Ada yang tiba-tiba menutup pintu, melarang naik kendaraan umum, bahkan yang lebih ekstrim seperti diusir dari tempat tinggal dan ancaman diceraikan istri atau suami juga ada. Namun rupanya hal ini juga banyak dialami oleh mantan pasien Covid-19.Â
Hemat saya, Covid-19 bukanlah aib, sehingga kita tidak perlu bertindak berlebihan. Cukup ikuti protokol kesehatan yang berlaku dan tingkatkan kesadaran akan kebersihan.
Apa yang dapat kita lakukan?
Beberapa faktor di atas memang tidak menggambarkan keseluruhan faktor penyebab depresi khususnya di saat pandemi seperti ini, namun saya berharap ketika pembaca telah mengenali beberapa penyebab tersebut dapat melakukan mitigasi atau mengambil tindakan preventif seperti lebih bijak dalam memilih informasi yang Anda konsumsi baik di media sosial ataupun media massa.Â
Tidak lupa menjaga komunikasi dengan keluarga, sahabat, dan rekan kerja juga menjadi salah satu alternatif solusi untuk menjaga kesehatan mental. Menjaga pola hidup sehat dengan berolahraga teratur dan menjaga asupan gizi serta menekuni hobi baru yang bisa dilakukan di rumah menurut saya dapat mengurangi tingkat kecemasan dan depresi agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Apabila disekitar lingkungan sobat Kompasianer baik keluarga, teman, atau diri sendiri sudah merasa beban yang dipikul terlalu berat dapat menghubungi layanan psikologis gratis yang disediakan oleh pemerintah yaitu layanan Sejiwa.Â
Layanan ini adalah layanan kesehatan yang diinisiasi atas hasil Kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA), Kementerian Kesehatan, Satgas Percepatan Penanganan Covid-19, PT Telkom, Infomedia, dan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI).Â
Layanan ini ditujukan untuk membantu menangani potensi ancaman tekanan psikologi masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Layanan ini dapat dihubungi melalui hotline 119 ext 8.
Terima kasih,
Salam hangat.
Jakarta, 22 Oktober 2020