Mohon tunggu...
Aji Aribowo
Aji Aribowo Mohon Tunggu... Penulis - Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Pujakesuma) | Law, Science, Sport, and Social Enthusiast.

Penyangkalan: Segala tulisan yang saya tulis tidak terikat dan tidak terkait dengan lembaga/institusi tempat saya mencari nafkah. Demikian, salam kecup jauh.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kenali Empat Faktor Penyebab Depresi di Kala Pandemi

22 Oktober 2020   22:12 Diperbarui: 23 Oktober 2020   08:30 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak dapat dielakkan lagi kalau faktor ekonomi seringkali menjadi major cause dari berbagai permasalahan mental. Pengangguran dan tekanan ekonomi menciptakan ketidakpastian finansial dan rasa keputusasaan, mengingat saat ini tidak ada yang tahu pasti kapan pandemi akan berakhir. 

Pada kuartal II tahun 2020, perekonomian Indonesia terpantau tumbuh negatif 5,32%. Bahkan hingga akhir Juli 2020 tercatat sejumlah 2,14 juta tenaga kerja formal dan informal terdampak pandemi Covid-19. Faktor ekonomi yang disebabkan pandemi memang tidak secara langsung membawa dampak buruk pada kesehatan mental.

Namun akan terasa nyata dan langsung bagi mereka para pekerja informal sepert mitra ojek online, pedagang kaki lima, warung dan masyarakat yang mengandalkan pendapatan harian mengingat adanya pembatasan sosial dan larangan untuk keluar rumah. 

Bagi pekerja formal, dampak pandemi semakin terasa nyata ketika mayoritas perusahaan memutuskan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja mereka karena perusahaan terus merugi. Tidak sedikit mereka yang tetap bertahan harus memilih pengurangan gaji sebagai opsinya.

3. Stres dan Trauma

Stres dan trauma yang eksisting saat ini didominasi peran media sosial dan media massa. Terlalu sering mengakses informasi seputar Covid-19 juga dapat menimbulkan rasa cemas yang berlebihan hingga berujung depresi. 

Namun stres dan trauma yang dirasakan masyarakat akan dirasakan lebih berat lagi oleh tenaga kesehatan. Sumber stres mereka bisa dibilang cukup ekstrim seperti menyaksikan pasien Covid-19 meninggal sendirian, atau khawatir akan tertular langsung dari pasien, jam istirahat yang amat sangat berkurang atau bahkan tidak ada, belum lagi mereka harus meninggalkan keluarganya untuk waktu yang lama. 

Dalam sebuah survei yang diselenggarakan oleh Departemen Keperawatan Jiwa UI dan Divisi Penelitian Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) terhadap 2.132 perawat seluruh Indonesia pada bulan April-Mei 2020. 

Mayoritas tenaga kesehatan mengalami kecemasan dan depresi serta terdapat beberapa dari mereka yang berpikir untuk bunuh diri karena tak mampu menahan beban kerja yang semakin berat.

4. Stigma dan Diskriminasi

Di Indonesia, stigma dan diskriminasi terasa amat nyata. Terlebih bagi mereka tenaga kesehatan (lagi-lagi tenaga kesehatan mohon dikoreksi kalau saya salah yaa) yang harus bekerja di rumah sakit. Tak sedikit tetangga, keluarga, rekan, atau orang sekitar mereka yang menghindar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun