Pada periode tahun 1997 hingga tahun 1998 angka kasus bunuh diri tercatat naik hingga 33,3%.
"Krisis semakin berat sedangkan tidak semua masyarakat memiliki daya tahan." ujar Prof. Dr. Dadang Hawari seorang psikiater dan Guru Besar Fakultas Kedokteran UI.Â
Bagi masyarakat yang tak mampu bertahan khususnya masyarakat kalangan kelas bawah yang rentan terdampak krisis, mereka seolah tak memiliki banyak pilihan dan bisa dibilang mereka menemui jalan buntu.Â
Sebagian masyarakat yang secara psikis tak mampu menahan beban lebih memilih untuk bunuh diri. Di satu sisi, masyarakat yang memiliki daya tahan secara psikis namun secara ekonomi tak mampu bertahan akhirnya terpaksa menempuh jalan tak halal dengan menjadi pelaku kriminal.
Situasi dan kondisi yang sungguh desperate kala itu sedang mencoba kembali menampakkan dirinya, kali ini berupa musibah pandemi Covid-19. Meskipun faktor penyebab situasi depresi kala itu begitu berbeda dibandingkan situasi saat ini, namun faktor ekonomi tetap menjadi salah satu penyebab utama depresi.Â
Dari beberapa informasi yang saya himpun, setidaknya terdapat empat faktor penyebab gangguan terhadap kesehatan mental di kala pandemi saat ini:
Rasa kekhawatiran dan ketakutan akan tertular Covid-19 rupanya menciptakan ketakutan yang serius. Adanya kebijakan menjaga jarak dan ajakan untuk tidak keluar rumah menciptakan rasa keterasingan bagi sebagian masyarakat. Rasa keterasingan ini cukup memengaruhi kondisi mental seseorang.Â
Apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa berdiam diri di rumah. Selain rasa keterasingan, rasa bosan karena berdiam di rumah terus menerus juga turut memberikan sumbangsih terhadap risiko kemungkinan bunuh diri.
2. Faktor Ekonomi