Pernah terbayang kagak? Kalau gara-gara kentut orang bisa naik haji. Dan dikarenakan dia dapat naik haji lantaran kentut yang membawa berkah itu, diapun akhirnya dijuluki pak Haji Kentut.
Paijo (bukan nama sebenarnya) adalah salah seorang pegawai di salah satu instansi pemerintah. Sudah sepuluh tahun terahir ini dia mengabdikan diri pada salah satu kantor kabupaten di daerahnya, tepatnya menjadi pegawai bagian kebersihan atau biasanya ngetrend dan tampak keren dengan sebutan cleaning service.
Paijo yang asli orang desa dengan tetangga orang-orang yang ndeso mendapatkan status terhormat di masyarakat. Layak saja, dia merupakan satu-satunya warga yang menjadi pegawai, pegawai bukan sembarang pegawai. Dia pegawai kabupaten. Dan karena sudah dianggap orang yang terhormat dan dinyana oleh banyak warga sudah mampu untuk naik haji, sering kali pertanyaan "kapan pak Paijo naik haji?" terlontar dari para tetangga dan warga sekitar. Kawus!!! Salah siapa selalu dandan rapi layaknya pegawai kantoran setiap kali berangkat dan pulang kerja.
Tetangga-tetangganya memandang bahwa menjadi seorang pegawai kabupaten akan dapat dengan mudah naik haji, mereka menganggap bahwa para pegawai dan para wakil mereka di gedung wakil rakyat dengan mudah akan mendapatkan gelar baru setelah duduk barang beberapa waktu disana. Yaitu dengan tambahan Haji Abidin di depan namanya. Tidak tau sih siapa yang menanamkan anggapan seperti itu, yang jelas mereka sudah agak lama punya anggapan seperti itu, entah dari mana mereka mendapatkannya.
Pada suatu hari (tidak disebutkan tanggal pastinya) Paijo mendapat tugas untuk merapikan dan mengontrol kebersihan lingkungan disekitar panggung yang berada persis di depan pendopo kabupaten. Hari ini ada acara penting. Bapak Bupati akan memberikan pengarahan terkait program yang baru saja dicanangkan.
Acara sudah berlangsung. Tiba waktunya bapak Bupati menyampaikan pengarahan. Para hadirin yang kebanyakan orang berdasi duduk penuh hidmat mendengarkan penyampaian bapak Bupati. Tiba-tiba saja di tengah-tengah beliau menyampaikan pidatonya ada suara aneh dan sangat keras terdengar melalui pengeras suara. Duuuut.. prêt... pre^t.... (Pak Bupati Kentut). Para hadirin saling menatap satu sama lain dan sejurus kemudian semuanya menatap ke depan. Wajah bapak Bupati merah padam melihat reaksi para hadirin. Beliau diam cukup lama. Tidak tau apa yang harus beliau sampaikan kepada para hadirin. Dan disaat itulah Paijo maju kesamping panggung dengan membawa mik. Dia berkata: "Maaf beribu maaf para hadirin sekalian. Pidato bapak Bupati terhenti karena ulah saya. Pada saat saya ngutak-ngatik mik tadi, saya tidak mampu menahan rasa mulas dan akhirnya terjadilah kejadian ini. Sekali lagi saya minta maaf atas kejadian ini."
Wajah bapak Bupati berseri-seri kembali setelah Paijo ngomong di depan hadirin bahwa dialah yang kentut, bukan bapak Bupati. Anehnya para hadirin juga percaya begitu saja.
Setelah acara selesai bapak Bupati memanggil Paijo di ruangannya.
"Paijo.. siapa yang menyuruhmu untuk maju kedepan dan mengaku bahwa kamu yang kentut?"
"Tidak ada pak.. spontan aja."
"Baiklah, karena kamu sudah menyelamatkan harga diri dan kehormatan saya maka saya akan memberikan hadiah apapun yang kamu minta. Kamu mau minta apa?"
Tanpa pikir panjang dia ngomong: "Saya minta naik haji dengan istri saya pak"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H