Mohon tunggu...
Aji Putra
Aji Putra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Satu langkah kecil akan mendekatkan kita kepada tujuan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Izrail dan Tekhnologi

7 Oktober 2010   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu kecil saya membayangkan bagaimana repotnya kerja malaikat pencabut nyawa. Bayangkan…. dia harus muter bolak-balik sendirian ke seluruh dunia. Dia harus stand by setiap waktu. Mengintai siapa-siapa saja yang harus ia cabut nyawanya. Apa dia tidak merasa capek?

Belum lagi kalau dalam satu waktu misalkan ada dua nyawa yang harus ia cabut, yang satu di ujung barat yang satu di ujung timur. atau dalam waktu bersamaan ada empat nyawa yang harus dicabut, dan tempatnya satu di kutub selatan, satu di kutub utara, satu di ujung barat dan satunya lagi di ujung timur. bagaimana mungkin ia bisa melakukannya? Tapi toh, yang di ujung barat ya mati, yang di ujung timur diberi gelar almarhum, yang di kutub utara tinggal namanya dan tak ketinggalan yang di kutub utara juga tak bernyawa. Semuanya nasibnya sama, tidak bisa lagi merasakan segarnya udara dunia. Ini baru empat lho… kalau misalkan dalam satu waktu ada seratus, dua ratus atau bahkan dalam jumlah ribuan bagaimana?

Aku bingung. Bagaimana cara kerja Izrail itu. Selain dapat mengerjakan beberapa tugas dalam satu waktu, Dia juga on time, tidak pernah molor barang sedetikpun.. Semuanya berjalan tepat pada waktunya. Tidak ada yang meleset barang setengah detik. Dan juga selalu tepat sasaran.

Saya tak juga dapat menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Beberapa kali saya ajukan pertanyaan itu ke beberapa ustadz. Akan tetapi jawaban demi jawaban tak kunjung memuaskanku.

Dan akhirnya setelah rumah saya di pasangi listrik saya baru ngeh, ternyata kerja Izrail seperti halnya saklar. Dia tidak perlu capek-capek keliling dunia untuk mencabut nyawa satu persatu. Dia cukup pencet saklar kematian. Beres dah, urusannya.

Mungkin anda sekalian mau Tanya: "kok gak ada yang keliru ya…

Bagaimana mungkin keliru, dia juga menggunakan alat deteksi yang super canggih. Dalam ruang kerjanya juga dipenuhi dengan kamera monitor yang memantau seluruh makhluk di alam dunia. Data-datanya juga akurat. Makanya dia tidak pernah keliru dalam mencabut nyawa makhluk.

Oooooo….. ghitu ya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun