Mohon tunggu...
Aji Putra
Aji Putra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Satu langkah kecil akan mendekatkan kita kepada tujuan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bertarung dengan Nyi Roro Kidul

7 Oktober 2010   11:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Samar dalam pandang mataku sebuah iring-iringan kereta. Rombongan itu sepertinya menuju ke arahku. Benar, ternyata memang menuju ke sini. Ke tempat aku berdiri.

Kerlap-kerlip kemilau kereta dan penunggangnya mengundang rasa penasaran. Sebenarnya siapa mereka? Dan ada tujuan apa mereka kesini?

Sejurus kemudian tampak seorang wanita cantik dengan busana kuning berkilauan semakin mendekat. Didepannya duduk seorang kusir dan dibelakangnya duduk dua orang perempuan yang tak kalah cantiknya. Sementara di depan dan belakang kereta ada beberapa pengawal dengan senjata lengkap selalu mengiringi kemana laju keretapergi.

Aku terbelalak kala melihat dengan jelas wanita itu. Dia tampak sangat anggun dengan busana dan mahkotanya. Rambut yang hitam pekat serta panjang dibiarkan saja tergerai. Aku tak kuasa untuk sedikit saja mengerjapkan mata. Sungguh!!! Sempurna.

Mataku tambah leluasa menikmati keindahan tubuhnya kala ia mendekat. Begitu dekat. Hanya beberapa centi saja. Semerbak tubuhnya… amboi…

"Aku Roro Kidul, penguasa laut selatan" katanya memperkenalkan diri.

" Tujuanku datang kesini tak lain adalah untuk meminta barang yang ada ditanganmu. Saya harap kau mau menyerahkanya. Jika kau tidak mau, maka aku denganterpaksa akan mengambilnya dengan paksa".

Aku tertegun. Tidak tau apa yang dimaksud dengannya mengenai barang yang ada ditanganku. Sungguh aku tidak tau barang apa yang ia minta.

"Nyai, saya tidak mengerti apa yang ditanyakan oleh nyai, saya tidak punya apa-apa yang nyai cari. Sungguh nyai, saya tidak berbohong"

Kemarahan Nyi Roro Kidul muntab. Dengan selendangnya ia berusaha menjamah dan menghajarku. Aku pun mengeluarkan jurus andalan yang aku punya. Lari……

Aku berusaha sekuat mungkin untuk berlari. Tapi, setiap kali aku berlari dan sudah ngos-ngosan, setiap itu pula ia berada tepat dibelakangku. Aku tidak tau apalagi yang harus ku lakukan. Ah… dari pada aku mati konyol lebih baik aku melawannya.

Tapi dengan apa aku akan melawan? Melakukan kuda-kuda saja aku tak bisa. Oh ya… terbesit ide dalam hatiku. aku diam sambil komat-kamit merapal doa. Sebisanya. Setiap serangan Nyi Roro Kidul aku tangkis dengan tangan dan dengan rapalan doa. Lumayan, walau tak seratus persen dapat menghalau selendang miliknya, tapi tidak sampai mengeluarakan nyawaku dari badan. Aku terkapar di tanah. Ia berusaha mengabisiku. dan untuk terahir kali ia berkata: "mana barang itu.. atau aku akan menghabisimu!!!"

Aku diam saja. Merasa terpepet, aku pun mengeluarkan rapalan doa yang paling ampuh. Allohu Laa Ilaha Illa huwa…… dia tersentak mendengar suara itu. Diapun tidak main-main lagi. Sepasang bola api ia arahkan kepadaku. Cia………tt,. Dum……. Terjadi benturan keras dan aku pu menjerit… dan pada saat itu ada suara mas…mas…mas… bangun!! Mas…mas..mas… bangun!!! Aku terperanjat. Alhamdulillah… ternyata hanya mimpi.

Mimpi ini adalah mimpi ketiga kalinya buatku. Semoga tidak akan mimpi seperti itu lagi.

Helwan, 15 januari 2010.

Maaf buat Nyi Roro Kidul karena cerita ini Ku tulis di Kompasiana. Jangan datang lagi ya….

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun