Mohon tunggu...
Aji Putra
Aji Putra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Satu langkah kecil akan mendekatkan kita kepada tujuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ratusan Anak Tak Bersalah dalam Penjara Israel

26 September 2010   09:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:57 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_269994" align="alignleft" width="264" caption="ILUSTRASI"][/caption]

Membicarakan kebrutalan, kekejaman, kebengisan, kesewenang-wenangan, dan istilah-istilah yang sejenis untuk menggambarkan tindak-tanduk amoral Israel tidak akan pernah mengenal kata habis. Entah mengapa bangsa yang satu ini tidak akan pernah nyenyak tidur kalau bangsa-bangsa tetangga tidak merasa terusik dan tertanggu, padahal kalau melihat dari nama mereka yang bermakna hamba Alloh (Is:hamba Rail:Alloh) maka sebenarnya mereka sama dengan mahluk-mahluk lain di muka bumi ini. Sama dalam hal berpotensi membuat kerusakan dan menumpahkan darah sesamanaya akan tetapi di satu sisi juga mampu untuk membuat kedamaian dan ketentraman. Dan yang kita rasakan sejauh ini, mereka hanya memposisikan dirinya pada poin pertama sama sekali jauh dari poin yang kedua. Apa mereka memang sudah digariskan untuk berbuat kerusakan dan menumpahkan darah?

Semenjak intens mengikuti pemberitaan media-media ditimur tengah baik cetak maupun elektronik, rasa-rasanya memori otakku ini tidak mampu untuk menyimpan file-file kesewenang-wenangan mahluk Alloh paling sempurna di muka bumi ini, sebagaimana klaim mereka, karena saking seringnya liputan tentang mereka. Sampai-sampai saya bingung untuk menuliskannya satu persatu. Peristiwa ini kapan terjadinya, berapa korbannya, apakah mati, cedera ringan, atau luka parah, si korban laki-laki atau perempuan, anak-anak, remaja, dewasa, atau sudah tua, apa motifnya, berapa pelakunya, di daerah mana, alat yang digunakan untuk berbuat apa saja, kapan waktunya, dan seterusnya. Campur bawur semuanya.

Sampai ahirnya pada rabu pagi saya membaca pemberitaan di Koran Ahram dengan judul "Hari-hari anak-anak Sudan dalam penjara Israel", mak senuuut… keinginan untuk sedikit mengoleksi catatan kebengisan kaum nabi Musa itu seakan tak dapat ditawar lagi..

Begini ringkasan ceritanya: "Sedikitnya 90 anak-anak dibawah umur (13-17 thn.) berkebangsaan Sudan dan Eritria sekarang menempati penjara Jaf'oun. Mereka ditahan tanpa alasan yang jelas oleh pemerintah Israel. Mereka ditempatkan pada penjara para penjahat, hanya saja ruangannya dipisah dari napi dewasa, yaitu penjara nomor 6. penjara husus anak-anak"

Mereka tidak dapat berinterkasi dengan sesama tahanan lain, karena dalam sehari harus meringkuk dalam tahanan yang tertutup rapat selama 16 jam perhari. Mereka hanya dapat berbicara dengan teman satu blok yang terdiri dari 6 anak. Itupun dengan mendengarkan lewat celah-celah jeruji atau lobang pintu besi. Keinginan untuk dapat menghirup udara bebas dan kekangenan dengan keluarga mereka pendam dalam hati saja dan seringnya dinyatakan dengan tulisan-tulisan di dinding penjara. Rata-rata mereka menuliskan tentang kekangenan dengan sanak saudaranya, nomor telephone dan tulisan-tulisan lain dalam bahasa Inggris, salah satunya berbunyi "ERITREA SWEET BUT NO EAT"

Pada bulan Juli tahun 2009 yang berwenang di penjara itu berbaik hati mengijinkan kepada salah satu media untuk menyambangi mereka dalam penjara. Dari liputan tadi diketahui bahwa pemerintah Israel telah menyerahkan urusan anak-anak dari Sudan dan Eritria sepenuhnya kepada pihak penjara, walaupun mereka tidak terbukti melakukan pelanggaran dan tidak ditemukan bukti-bukti apapun yang bisa digunakan untuk menjerat mereka dalam tahanan.

Dari data yang diperoleh dari pihak penjara, sedikitnya 500 anak pernah menempati penjara ini selama kurun 5 tahun dengan prosentase dalam satu tahun terdapat 100 tahanan. Dan untuk tahun ini terdapat 90 anak dengan enam anak diantaranya adalah perempuan.

Kutipan dari Al Ahram 22/9/10.

'Adil Syahbun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun