Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Penyebab "Konotasi" Buzzer Menjadi Negatif

18 Januari 2024   11:07 Diperbarui: 18 Januari 2024   11:09 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Kompas.com 

Lain halnya dengan Buzzer Politik di setiap Pilpres, sedikit sekali buzzer zona putih yang berfungsi menaikkan citra Paslon yang didukung. Yang lebih dominan buzzer zona merah dan hitam, dengungannya malah menjadi "spam" di media sosial. Sehingga konotasi buzzer tersebut sangat negatif. 

Efektifkah kehadiran buzzer politik dalam mengkampanyekan Paslon Capres-Cawapres di Pilpres?

Secara elektoral tidak berpengaruh besar, karena elektabilitas Paslon yang didukung tidak naik secara signifikan. Bahkan, apa yang didengungkan buzzer di media sosial berimplikasi terhadap turunnya elektabilitas Paslon yang didukung, karena apa yang didengungkan hanyalah pengulangan tentang keburukan lawan yang sudah diketahui publik.

Semestinya Tim Sukses setiap Paslon yang memanfaatkan jasa buzzer, mengevaluasi kinerja buzzer yang di-hire. Seberapa besar pengaruh kerja buzzer terhadap Paslon yang didukung? Seberapa besar efeknya terhadap elektabilitas Paslon Capres-Cawapres? Kalau cuma bikin ramai media sosial  karena dengungannya, akibatnya sangat negatif bagi Paslon Capres-Cawapres yang didukung.

Tanggapan Tokoh Terhadap Keberadaan Buzzer Politik

Kwik Kian Gie, tokoh ekonomi Indonesia, merasa ketakutan untuk mengemukakan pendapat yang berbeda. Pasalnya, setelah pendapat atau kritik itu terucap, ia diserang habis-habisan oleh para buzzer.

"Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yang berbeda dng maksud baik memberikan alternatif. Langsung saja di- buzzer habis2an, masalah pribadi diodal-adil. Zaman Pak Harto saya diberi kolom sangat longgar oleh Kompas. Kritik2 tajam. tidak sekalipun ada masalah," tulis Kwik melalui akun Twitter-nya. (Sumber) 

Pada Pilpres 2024, sebagian besar buzzer Jokowi yang dianggap sangat menakutkan Kwik Kian Gie ini, menjadi buzzer pasangan Ganjar-Mahfud. Jadi pak Kwik tidak perlu lagi takut bersuara, asalkan tidak mengkritisi Ganjar-Mahfud.

Sama seperti Kwik Kian Gie, budayawan Sujiwo Tejo pernah gerah dengan Buzzer Jokowi, beberapa kali mencuit soal buzzer. Menurutnya, niat warga melempar kritik ke pemerintah (government) bisa surut gara-gara resah dengan serangan buzzer.

"Masyarakat tadinya sudah aktif menyampaikan kritik ke government tapi langsung diserang oleh buzzer. Kritik berupa pikiran dan sikap dibalik dengan serangan pribadi yang sering tanpa bukti. Plus makian-makian," kata Sujiwo Tejo saat berbincang, Selasa (9/2/2021).

"Akibatnya banyak yang akhirnya jadi malas mengritik, bukan karena takut buzzer tapi risih saja dengan kata-kata mereka yang tak senonoh," sambung penulis buku 'Tuhan Maha Asyik' ini. (Sumber)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun