Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kekuasaan Terhadap Keinginan

13 Januari 2024   11:32 Diperbarui: 13 Januari 2024   11:53 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pinterest

Manusia tidak berkuasa atas apapun, bahkan terhadap pencapaian keinginannya sendiri. Manusia hanya berhak sebatas keinginan dan rencana, yang hasil akhirnya Tuhan yang menentukan.

Tuhan menciptakan manusia tidak akan melebihi ke-Mahaan-Nya, karena watak manusia cemderung 'jumawa' dan 'Takabur', juga sombong dan menyombongkan diri. Tidak ada yang patut disombongkan jika tidak memiliki kuasa atas diri sendiri.

Apapun yang diciptakan manusia tidaklah akan sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan semata. Sementara, manusia diciptakan Tuhan dengan sempurna. Meskipun terlihat ada kekurangan, namun di balil kekurangan tersebut Tuhan berikan kelebihannya.

Setiap anggota tubuh dan organ tubuh saling teehubung fungsinya. Satu bermasalah akan menyebabkan yang lainnya pun bermasalah. Seperti itulah kesempurnaan manusia diciptakan-Nya.

Tuhan pun berkuasa membolak-balikkan hati manusia. Mekanismenya disesuaikan sikap dan perilaku manusia. Saat ucapan dan tindakan tidak sesuai, maka saat itulah mekanisme itu berjalan. 

Jika melihat seseorang berubah sikap dan perilakunya, bahkan nasibnya berubah seketika, itulah tanda dia tidak berkuasa atas kehendak Yang Maha Kuasa.

Kalau sebatas keinginan saja tidak bisa kita wujudkan tanpa Ridho-Nya, sadarilah itu bahwa kita tidak memiliki kekuasaan atas apapun. Bahkan, sebuah jabatan yang dianggap sebagai kekuasaan hanyalah Titipan-Nya.

Berkinginan menjadi pemimpin yang baik dan dihormati, bukan hanya lepas pada ucapan. Wujidkan keinginan tersebut dengan meyakimkan Tuhan yang menitipkannya. Bukan mengumbar janji penuh kebohongan.

Jika harus berjanji untuk meraih simpati, berjanjilah secara tidak muluk-muluk, tidak menjanjikan hal yang tidak mungkin ditepati. Ingatlah, manusia tidak berkuasa atas keinginannya. 

Berjanjilah pada Tuhan untuk menepati janji. Berjanji pada rakyat pun juga merupakan janji kepada Tuhan. Janji tersebut akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun