Sangat menarik apa yang dipaparkan Arya Gunawan Usis, yang saya kutip dari Antaranews.com, ada tiga pelajaran yang dia dapatkan dari seorang Wartawan dan Sastrawan kawakan, Rosihan Anwar, yang merupakan hasil pengamatannya,Â
Pertama, seorang wartawan perlu membereskan terlebih dahulu keruwetannya berpikir, agar bisa merumuskan pandangan dengan jelas, lurus, dan sederhana untuk dipahami dengan mudah oleh pihak lain.
Kedua, seorang wartawan hendaknya tak bosan mengamati, mencatat dan melatih ingatan, bahkan sampai kepada hal-ihwal kecil yang kelihatannya seperti tidak berguna, yang barangkalai saja di kelak kemudian hari akan terpakai untuk bahan tulisan.
Ketiga, seorang wartawan dan penulis hendaknya menjadi sosok "die hard", pantang berhenti pantang pensiun selagi ingatan masih bersisa dan usia belum dipenggal Sang Maha Pemilik.
Kita bisa melihat betapa mulianya tugas seorang jurnalis/wartawan, yang tidak bekerja secara sembarangan. Apa yang disajikan dalam tulisannya semua berdasarkan fakta, dan hasil investigasi yang bisa dipertanggung-jawabkan secara hukum.
Profesi yang mulia ini bisa rusak seketika, ketika media tidak lagi bisa menyajikan informasi yang berimbang (cover both side), karena apa yang disajikan media adalah karya jurnalistik yang dihasilkan oleh seorang wartawan. Kalau wartawan sudah tidak bisa menjaga marwah profesinya, maka profesi akan rusak di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H