Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Demokrasi dan Kebebasan Akademis

1 Juni 2020   04:13 Diperbarui: 1 Juni 2020   05:56 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Enaknya mendengar kaum intlektual berargumentasi, selalu ada jalan pembenaran dari setiap manuver yang dilakukan. Diskusi-diskusi akademis di kampus adalah manifestasi dari kebebasan akademis, di dalam demokrasi, kebebasan tersebut tidak boleh diberangus.

Begitulah kira-kira argumentasi publik, dan kaum akademisi dalam memperjuangkan kebebasan akademis di kampus, yang terakhir sekarang ini dianggap mulai mengganggu penguasa, sehingga kampus sebagai penyelenggara kegiatan diskusi di intimidasi.

Ini yang sangat disayangkan, belum apa-apa tuduhan sudah dialamatkan pada penguasa, yang dicurigai penguasa sebagai pihak yang mengintimidasi, framing ini begitu dinikmati oleh barisan sakit hati, yang memang merasa mendapatkan momentum untuk mendelegitimasi pemerintah yang berkuasa.

Memangnya di tengah pandemi, tema diskusi yang layak dibahas oleh para akademisi, hanya hal-hal yang menyangkut pemecatan Presiden? Apa tidak ada tema-tema yang lebih ilmiah, yang bisa dibahas untuk membantu pemerintah? Bukankah seharusnya kita semua fokus pada persoalan penanganan pandemi?

Kenapa tiba-tiba kaum intlektual kita menjadi begitu arogan, menanggalkan intlektualitasnya mengikuti hawa nafsu kaum barisan sakit hati, yang begitu sangat membenci pemerintah berkuasa. Kenapa kaum akademisi tidak menjadi penyejuk di tengah situasi yang panas?

Seakan-akan pihak yang mengintimidasi diskusi di kampus adalah pemerintah yang berkuasa, sangat terasa framing diarahkan kearah sana. Padahal bisa saja situasi ini dimanfaatkan pihak ketiga, yang memang sengaja mengail diair keruh, memanfatkan peristiwa dan menungganginya untuk kepentingan politiknya.

Siapa yang membungkam panggung akademi? Kemana framing tuduhan akan diarahkan? Kenapa tema yang dipilih dalam diskusi tentang pemecatan Presiden? Apa urgensinya mengusung tema tersebut di tengah semua orang fokus pada pandemi covid-19?

Framing adanya pembungkaman panggung akademis, disantap dengan manis oleh kaum barisan sakit hati, mereka pun membuat tema seminar/webinar yang sama tentang pemecatan Presiden, mereka ingin menguji apakah seminar yang mereka lakukan juga akan dilarang dan di intimidasi.

Seperti itukah kaum intlektual di negara ini? Yang begitu senang mengail di air keruh, hanya demi melampiaskan syahwat kebencian, mereka rela menghabiskan waktu untuk hal-hal semacam itu.

Inilah realitas bangsa yang diperjuangkan para pendirinya dengan semangat dan tumpah darah, yang diteruskan oleh kaum intlektual yang arogan, yang cuma ingin mereguk kepuasan atas dendam yang tidak ada manfaatnya bagi bangsa ini.

Mereka hadir hanya untuk menciptakan panggung, demi eksistensi kelompoknya sebagai oposisi pemerintah. Tidak lebih dari itu, meskipun miskin kontribusi terhadap kemajuan bangsa, mereka sama selali tidak peduli.

Sudah selayaknya kaum akademisi di kampus-kampus, tidak termakan racun para oposisi, yang memang sengaja ingin menciptakan kegaduhan politik, dengan memanfatkan panggung-panggung akademis.

Tidak sepatutnya kampus-kampus bersikap oposan terhadap kekuasaan. Tetaplah kritis terhadap penguasa, namun tetap alam koridor akademis, bukan koridor politik.

Negara ini sedang menghadapi musuh yang tidak terlihat, yang sedang merusak sendi-sendiri perekonomian, politik, sosial, dan pertahanan negara. Dan musuh ini haruslah dihadapi secara bersama-sama.

Belum lagi musuh yang tidak terlihat, dan terus bergerilya mencari celah untuk menumbangkan pemerintah yang sedang berkuasa. Itu memang musuh yang tidak terlihat, tapi keberadaan mereka nyata ada, dan terus bergerak.

Tulisan ini lahir atas keprihatinan terhadap keadaan, dimana saat ini semua telunjuk sedang diarahkan kepada Presiden, yang secara konstitusional dipilih oleh rakyat yang jumlahnya lebih dari 50% penduduk yang memiliki hak pilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun