Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY dan Idiom "Air Laut Siape yang Asinin"

29 Mei 2020   14:48 Diperbarui: 30 Mei 2020   14:29 4862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun negara juga mengatur secara hukum, ada pasal penghinaan terhadap Presiden, dan siapa pun yang dianggap menghina dan melecehkan Presiden, dan dianggap melanggar hukum yang berlaku, tentunya perlu ditindak secara hukum.

Kalau hal seperti itu tidak ada tindakan hukumnya, maka selamanya seorang Presiden tidak akan pernah dihormati dan dihargai. Baik dimasa pemerintahan SBY, maupun Jokowi aturan tersebut tetap diterapkan.

Apalagi hal-hal yang menyangkut fitnah, baik terhadap SBY, maupun kepada Jokowi, negara mengambil tindakan jika SBY atau Jokowi melaporkan tindakan tersebut, kepada aparat yang berwajib, karena memang seperti itu prosedur hukumnya.

Pertanyaan SBY tersebut bentuk dari hiperbolisme berbagai keadaan yang dialaminya, dalam persepsi pribadinya. Jelas yang bisa mengukur seberapa buruknya keadaan yang dialaminya, hanya dia yang bisa jawab.

Resiko menjadi pemimpin itu memang menderita, apa lagi menjadi pemimpin negara dengan rakyat yang berkumlah 270 juta jiwa. Penderitaan yang dialami adalah satu paket dengan pengabdian, dan pengabdian erat kaitannya dengan ketulusan.

H Agoes Salim pernah mengatakan, "Memimpin itu Menderita", ungkapan tersebut jelas merupakan berdasarkan pengalaman yang dihadapinya di zaman Pra Kemerdekaan.

Paskakemerdekaan, situasinya sudah jauh berbeda, pemimpin menjadi raja diraja, bergelimang harta, dan kaya raya. Begitu menderita sedikit langsung melow, berkeluh kesah, dan mudah prihatin.

Memang menjadi seorang pemimpin itu secara mental tergantung tempaan keadaan, yang ditempa keadaan yang sulit, secara mental akan lebih kuat, dan lebih berani mengambil resiko.

Sangat sulit pertanyaan yang diajukan pak mantan, yang bisa menjawab seperti apa dulu memimpin, dan kurang apa kritik yang diterima, hanya pak mantan, kalau kita yang jawab nanti malah dianggap tidak objeltif.

Secara objektif harus diakui bahwa, hujatan, kritik dan caci-maki yang diterima SBY atau pun Jokowi sama beratnya, yang berbeda dari keduanya adalah reaksi dalam menerimanya. 

SBY cenderung sensitif dan reaktif, sementara Jokowi cenderung membiarkan, yang memberikan reaksi justeru pendukungnya dan aparat keamanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun