Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Metamorfosis Proses Hijrah Prabowo

21 Mei 2020   08:47 Diperbarui: 21 Mei 2020   08:40 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini sebuah catatan perjalanan Hijrah Prabowo Subianto dalam sudut pandang subjektif saya pribadi, yang saya lihat sebagai sebuah proses Metamorfosis Prabowo dari sosok yang berkarakter Antagonis, menjadi Protagonis. Catatan ini refelksi dari peristiwa 22 Juni 2019, setahun yang lalu.

Yang namanya sudut pandang pribadi sangat lah subjektif, bisa saja tidak sepenuhnya benar. Bisa saja dalam pandangan pendukungnya, Prabowo adalah sosok Protagonis, tapi setidaknya catatan ini berdasarkan peristiwa dan kejadian dari hasil pengamatan, yang terekam dalam ingatan saya.

Dua kali menjadi Calon Presiden, dan dua kali pula gagal. Sepertinya Prabowo menyadari betul banyak faktor yang menyebabkan kekalahannya, baik dalam strategi politik mau pun soal lingkungan politiknya.

Dalam dua kali mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden, Prabowo selalu melakoni peran antagonis, berlawanan dengan rivalnya Jokowi yang ditempatkan sebagai tokoh protagonis, yang lebih banyak meraih simpati. Ini pun tentunya pandangan yang subjetif.

Sebagai tokoh antagonis, secara strategis sangat merugikan posisi Prabowo, seperti pada umumnya tokoh antagonis pada lakon sebuah drama, apa lagi dianggap sebagai tokoh yang diperankannya tidak mengundang simpati.

Diakhir Pilpres 2019, sepertinya Prabowo menyadari betul kalau ada "kawan" yang sengaja memanfaatkan posisinya, untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga semakin memberikan kesan buruk kepadanya.

Dan puncak kesadaran tersebut muncul setelah peristiwa 22 Mei 2019, saat dia merasa ada yang memanfaatkan situasi untuk memecah belah bangsa, sementara dia tidak menyukai hal seperti itu meskipun sempat terlena dengan politik identitas yang ada disekitarnya.

Sementara motto hidup dan politiknya:

"Perjuangan politik harulah dalam koridor konstitusi. Harus dilakukan tanpa kekerasan"

Sumber foto: CNNIndonesia.com/design by ajinatha
Sumber foto: CNNIndonesia.com/design by ajinatha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun