Sesorang yang mampu menyajikan sesuatu topik dengan sangat imformatif, meskipun tulisannya panjang, pasti tetap enak dibaca, sehingga akan terbaca sampai tuntas.
Ketiga, Judul artikelnya menarik, dan tidak biasa. Ini tidak kalah penting, karena judul merupakan gerbang imformasi yang akan disajikan. Judul yang menarik akan mengundang pembaca untuk mengetahui isinya, tapi tidak bisa cuma judul yang menarik, kalau tidak didukung imformasi yang juga menarik.
Keempat, Menyajikan imformasi yang baru. Sesuatu yang baru tentunya sangat mengundang keingintahuan pembaca, namun sesuatu yang baru pun harus diimformasikan dengan judul yang menarik, kalau judulnya tidak mengundang penasaran, maka imformasi yang baru pun tidaklah akan menjadi menarik perhatian.
Menunurut saya pribadi, empat hal ini sangat mempengaruhi tingkat keterbacaan sebuah artikel. Memang terkadang, dalam menulis tidak selalu berorientasi pada tingkat keterbacaan, hal yang terpenting adalah, apa yang ingin disampaikan sudah dibagikan.
Itulah pada akhirnya memasrahkan biarlah sebuah tulisan menemukan takdirnya sendiri, karena sebuah tulisan yang memang lahir dari hati, akan memiliki kekuatan untuk menggugah pembacanya.
Ada memang tulisan yang begitu di publish langsung diserbu pembaca, namun ada juga tulisan yang pertama di publish, tidak dilirik pembaca, namun setiap hari tetap akan terus terbaca, dan ada yang membacanya. Inilah bukti bahwa setiap tulisan punya takdirnya sendiri.
Intensitas menulis akan sangat mempengaruhi kemampuan dalam memenuhi target diatas, dan terus mengasah kemampuan menulis, mengetahui kemampuan dan karakteristik yang menjadi kekuatan diri, maka semakin akan menemukan kenikmatan menulis.
Saya secara pribadi sebetulnya tidak terlalu peduli dengan berbagai teori menulis, karena kadang-kadang kebutuhan menulis setiap orang berbeda-beda, sementara teori menulis hanyalah bersifat bimbingan dasar, selebihnya bisa dipelajari sambil berjalan.
Kadang terlalu teoritis juga hanya membuat sebuah tulisan yang dihasilkan menjadi terlalu kaku, sehingga terkesan tidak lugas, karena terlalu terikat dengan berbagai teori penulisan. Menulis merupakan pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, jadi kita sendiri bisa menciptakan teori.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H