Meludahi periuk nasi sendiri, terus setelah itu tetap makan dari periuk itu juga, bukanlah sesuatu yang patut. Tidak ada bedanya dengan menepuk air didulang terpercik muka sendiri.
Kalau merasa sudah tidak sejalan, lebih baik mengundurkan diri, sebelum dicopot dari jabatan. Sikap ini jauh lebih kesatria tenimbang terus nyinyir dimedia, dicela juga, tapi tetap dimakan.
Meskipun sudah dicopot dari jabatan, namun Refly tetap akan mendukung pemerintah, kalau pemerintah dalam posisi benar, kalau salah, Refly akan tetap konsisten menglritik pemerintah.
Sebetulnya proses pergantian Komisaris disebuah BUMN, adalah sesuatu yang lumrah terjadi, banyak faktor penyebabnya. Jabatan Komisaris disebuah perusahaan selama ini dianggap hanya sebagai tempat penempatan seseorang atas balas jasa.
Namun, sejak Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) menjadi Komisaris Utama Pertamina, jabatan Komisaris menjadi sebuah jabatan yang cukup "prestige", karena Ahok mampu memperbaiki citra jabatan Komisaris, yang tidak hanya sekadar ditempatkan, tapi mampu melakukan sesuatu yang lebih berarti bagi perusahaan.
Restrukturisasi jabatan disebuah perusahaan, biasanya sangat berkaitan dengan produktivitas, dan efektivitas. Mengisi sebuah jabatan kalau dianggap tidak produktif, tentunya akan dipertimbangkan untuk diganti. Terlebih lagi jika terjadi gesekan secara politik.
Refly Harun menduduki jabatan sebagai Komisaris Pelindo I sejak tahun 2017 yang lalu. Melalui akun media sosialnya Refly kerap mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggapnya tidak sesuai.Â
Terakhir, ia mengkritik Staf Khusus Presiden Andi Taufan Garuda Putra yang mengirim surat kepada camat dengan kop Sekretaris Kabinet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H