Visi dan Misi sebuah pernikahan, bukan cuma untuk melahirkan keturunan, tapi juga menyamakan tujuan akhir dari sebuah pernikahan, yakni, membangun Keluarga yang Sakinah, mawaddah, dan warahmah, keluarga yang bahagia, keluarga yang diridhoi Tuhan, agar bisa langgeng sampai akhir hayat.
Pada hakikatnya, manusia diciptakan berpasangan antara istri dan suaminya untuk mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan kasih sayang. Kalau salah satunya saja tidak didapatkan, setelah menjalani pernikahan, itu tandanya ada yang tidak dikomunikasikan diawal pernikahan.
Pentingnya komunikasi dalam sebuah rumah tangga, agar satu sama lain, antara suami dan isteri, tahu kebutuhan masing-masing, dan juga tahu bagaimana kebutuhan bersama yang utama.Â
Komunikasi juga dibutuhkan untuk mengetahui adanya perbedaan, kesenjangan pemikiran dalam melihat persoalan bersama.
Pada saat masih pacaran, semua terlihat indah, tidak ada kekurangan antara satu sama lain terlihat, tapi setelah menikah, semua baru akan terasa.Â
Disinilah perlunya ada komunikasi, masing-masing harus siap untuk dikoreksi pasangannya, dan juga mau introspeksi atas kekurangan yang dimiliki, selain itu mau memuji kelebihan pasangannya.
Tidak cukup waktu hanya satu atau dua tahun, untuk mengenal karakter pasangan, yang sudah menikah puluhan tahun pun belum tentu sudah mengenal pasangannya.Â
Penulis sendiri sudah menikah kurang-lebih 35 tahun, sampai saat ini masih merasa belum saling mengenal karakter dan sifat pasangan secara utuh, untungnya salah satunya mau saling mengalah, disaat terjadi perbedaan pendapat.
Persoalannya, ketika setelah menikah penulis lebih sibuk bekerja, dan isteri lebih fokus mengurus anak, otomatis waktu untuk berinteraksi dan berkomunikasi sangat sedikit.Â
Begitu menginjak usia pensiun, waktu lebih banyak dirumah, sehingga masing-masing baru mengetahui kelebihan dan kekurangan pasangan.
Perbedaan karakter dan sifat masing-masing baru terasa, kondisi seperti ini kalau tidak diselesaikan dengan komunikasi, maka tidak ada jaminan pernikahan yang sudah sekian puluh tahun akan bubar, tapi karena kedewasaan berpikir dalam menyikapi berbagai perbedaan, dan kesenjangan berpikir pasangan, semua itu bisa diatasi dengan berbagai pemakluman.
Perbedaan cara berpikir dan sikap maupun karakter, sangat perlu dikomunikasikan pada pasangan, itu kalau memang ingin menyamakan visi dan misi dalam berumah tangga, tetap konsisten terhadap tujuan awal saat menikah.
Ijab kabul adalah momentum untuk bersepakat dengan komitmen dan tujuan bersama dalam membina rumah tangga, itulah makanya proses ijab kabul itu dikatakan sebagai sesuatu yang sakral, bukan sekadar untuk menghalalkan hubungan, lebih dari itu, merupakan pengejawantahan dari mengukuhkan komiten dihadapan Allah.
Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah adalah istilah sekaligus doa yang sering kali dipanjatkan dan diharapkan oleh para muslim yang telah menikah dan membina keluarga.Â
Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah tentunya bukan hanya sekedar semboyan belaka dalam ajaran islam. Hal ini menjadi tujuan dari pernikahan sekaligus nikmat yang Allah berikan bagi mereka yang mampu membina keluarganya.
Kenapa tujuan berumah tangga agar menciptakan keluarga yang tenang, tentram dan nyaman? Karena keluarga yang tenang, dan tentram, akan menciptakan kenyamanan dalam berumah tangga. Rumah tangga yang tentram dan nyaman, sangat disukai Allah, dengan disukai Allah maka rezeki yang datang mudah dan berkah.
Sebuah keluarga yang dinaungi keberkahan, tentunya akan sangat rukun dan damai, kalau sudah begitu, ketentraman dan kenyamananpun akan mudah dihadirkan. Sebaliknya, rumah tangga yang penuh dengan konflik, sehingga jauh dari rasa tentram dan nyaman, itu sama halnya dengan neraka didalam rumah tangga.
Kalau rumah tangga sudah tidak nyaman, maka rumah pun bukan lagi 'rumahku-surgaku', tapi 'rumahku-nerakaku'. Kalau sudah begitu keadaannya, maka rumah tangga dan perkawinan pun sudah tidak layak untuk dipertahankan. Artinya tujuan awal pernikahan sudah tidak tercapai, ada yang salah dari niat awal saat menikah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H