Tuhan menyandingkan aku dengannya di Surga. Kalau pun sekarang aku masih hidup, itu tidak lebih menyambung pengabdiannya kepada Tuhan, dengan kornea mata yang dititipkan kepadaku.
Kalau pun aku tidak bisa bersanding dengannya di dunia, semogaBAB VII. TAWANAN WAKTU
Ada satu hal yang aku hargai dari Bimo, selain budi baiknya sama aku selama kami bersama, Bimo sangat menghargai aku sebagai perempuan, dia tidak pernah melecehkan aku.Â
Saat kami dirumah cuma berdua, tidak ada keinginannya memanfaakan kesempatan untuk mencium aku atau pun sejenisnya.
Bagi Bimo, kesempatan seperti itu adalah ujian keimanan bagi dia. Justeru itu tantangan terbesar baginya sebagai seorang laki-laki. Padahal, sebagai wanita dewasa aku juga ingin merasakan bagaimana sentuhan seorang lelaki, kadang aku berpikir, jangan-jangan Bimo tergolong manusia yang tidak memiliki nafsu.
Tapi penjelasan Bimo tentang itu sangat melegakan hati, alasannya sangat masuk akal;
"Aini, mas ini lelaki normal yang punya nafsu"
"Tapi kalau mas gagal mengendalikan nafsu, maka kedepan hubungan kita akan rusak karena itu"
"Mas sedang menjalankan amanah, ayah kamu sedang tidak dirumah, jadi mas wajib menjaga kehormatan kamu"
Betapa senangnya hatiku mendengar penjelasan Bimo, karena dugaanku salah. Bimo seperti mendengar apa yang aku katakan didalam hati. Aku jadi berpikir, jangan-jangan Bimo bukan cuma berpikir cara para sufi, tapi Bimo sendiri sudah menjadi seorang sufi.