Suatu saat pernah terjadi dia marah besar kepada seseorang yang menertawai kami berdua, orang itu menganggap kami pasangan yang tidak serasi. Dia ajak orang tersebut untuk bicara baik-baik, dia tanya apa yang menjadi masalah bagi dia sehingga sampai mengeluarkan pernyataan tersebut. Orang itu tidak bisa menjawab pertanyaan Bimo, padahal Bimo bertanya tidak dengan intonasi suara yang marah. Akhirnya orang itu maaf lalu pergi begitu saja.
"Maaf..kalau boleh tahu apa yang Anda tertawakan.." Tanya Bimo dengan nada yang begitu geram.
"Oh..gak terlihat kurang serasi aja.."
"Anda punya masalah dengan ketidakserasian itu.."
"Kenapa Anda begitu peduli..Anda merasa lebih sempurna.."
Bimo terdengar sudah begitu geram, untungnya orang tersebut segera meminta maaf dan meninggalkan Bimo, aku begitu kuatir Bimo tidak bisa mengontrol dirinya. Mungkin Bimo tidak enak karena ada saya disitu.
"Aini..aku tidak akan membiarkan orang-orang bisa merendahkan kamu.."
"Terima kasih mas...aku cuma kuatir kamu tidak bisa kontrol emosi.."
"Kalau soal itu mas sudah lulus ujian Aini..gak usah kuatir.."
Bimo mengajaku makan disebuah restoran yang tidak terlalu ramai, dia ingin aku bisa mencicipi menu kesukaannya. Kami memilih tempat yang agak paling sudut, agar tidak terlalu terlihat banyak orang. Dia pesankan makanan kesukaannya. Sambil menunggu makanan, dia menceritakan banyak hal tentang ilmu Tasawuf, menurutnya memahami Tasawuf itu adalah ilmu untuk mengenal Tuhan.