Bimo selalu membuat aku tersenyum disaat hatiku sedang gelisah, Bimo juga yang menjelaskan padaku bahwa dunia ini begitu indah diciptakan Tuhan, dan sangat sempurna sebagai sebuah karya cipta. Semua yang dikatakan Bimo bukan sekadar menyenangkan hatiku, setelah aku bisa melihat, aku bisa membuktikan bahwa apa yang dikatakan Bimo semuanya benar.
BAB III. SEBUAH PERTEMUAN
Aku memang patut bersyukur karena Allah sudah memberikanku penglihatan, namun kadang aku sulit menerima kenyataan kalau penglihatanku ini harus ditebus dengan kehilangan Bimo. Tapi begitulah rencana Tuhan yang tidak pernah aku ketahui, tidak ada rencana-Nya yang tidak baik, itulah rahasia hidup yang harus aku yakini.
Bahkan pertemuanku dengan Bimo dua tahun yang lalu, tidak terlepas dari rencana-Nya. Tuhan tidak cuma mempertemukanku dengan Bimo, Tuhan juga menjadikan Bimo sebagai perantara kornea mata agar aku bisa melihat.Â
Pertemuan yang tidak sengaja, yang penuh cinta dan kehangatan. Seringkali Bimo menyisipkan ucapan yang sarat makna, yang menggugah perasaanku.
Kata-kata itu sangat menguatkan dan menajamkan batinku dalam menjalani hidup, yang mengajarkanku menghadirkan Tuhan dihatiku, dalam setiap niat saat aku ingin melakukan sesuatu. Tuhan dengan sengaja mengirimkan Bimo untukku, meskipun tidak untuk selamanya, sesaat kehadiran Bimo itu sudah sangat memberikan arti bagi perjalanan hidupku.
Aku sengaja menuliskan apa yang aku alami, dan aku rasakan, agar setiap orang bisa mengambil manfaat dari semua itu. Dan agar aku bisa mengevaluasi diri apa saja dari yang sudah aku tulis bisa diambil menjadi pelajaran. Pertama aku mengenal Bimo aku memarahi Bimo yang sudah lancang memegang tanganku.
Padahal saat itu dia sedang berusaha menyelamatkanku, yang hampir saja kejeblos got yang menganga ditengah guiding block yang aku lalui. Bimo yang kebetulan melintas di trotoar yang sama, dia dari arah yang berlawanan denganku. Aku tidak pernah mengira kalau jalur guiding block ada yang tidak aman.