Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Erick Thohir Membuka Kebobrokan BUMN, Jokowi Kena Imbasnya?

15 Desember 2019   07:54 Diperbarui: 17 Desember 2019   20:20 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua orang mendukung langkah Erick Thohir dalam membenahi BUMN, respon negatif dari berbagai pihak yang menganggap aksi membuka kebobrokan dan tata kelola BUMN, seperti "menepuk air didulang, terpercik muka sendiri".

Langkah Erick Thohir tersebut dianggap sebagai membuka aib pemerintahan Jokowi sendiri, benarkah demikian.? Secara sadar pastinya Jokowi sebagai atasannya Erick Thohir sudah mempertimbangkan imbasnya, itulah makanya di men-support langkah tersebut.  

Tidak bisa dipungkiri, bobroknya BUMN adalah 'residu' tata kelola pemerintahan yang penuh vested interest, pengakomodiran balas jasa politik yang mengental di periode pertama, demi memuaskan partai politik sehingga abai menempatkan kepentingan negara diatas kepentingan politik.

Maka yang mengemuka dari gebrakan Erick Thohir, ditepuk air didulang, terpercik muka Jokowi. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, resiko dari sebuah kebijakan yang mau tidak mau memang harus diambil.

Yang terpenting seberapa besar manfaatnya kebijakan tersebut jika dibandingkan dengan mudharatnya. Tidak sepenuhnya gebrakan Erick Thohir berimbas pada pemerintahan Jokowi di masa lalu, meskipun sebagai pemegang tanggung jawab pemerintahan adalah Jokowi.

Kalau langkah pembenahan BUMN tidak dilakukan saat ini, sampai kapan BUMN terus dibiarkan bobrok tata kelolanya. Memang harus ada keberanian dan niat baik untuk memperbaiki kinerja BUMN, sekaranglah momentumnya.

Kesiapan Jokowi menerima imbas dari langkah-langkah Erick Thohir dalam membenahi BUMN, adalah manifestasi dari keseriusannya untuk membenahi pemerintahannya di periode kedua. Jokowi ingin meninggalkan legacy atas kerja kerasnya selama dua periode.

Harus diakui BUMN kita memang bobrok secara tata kelola, dan itu sangat disadari Jokowi. Kritik terhadap bobroknya BUMN inipun pernah di kemukakan Prabowo sewaktu Pilpres 2019 lalu, Prabowo mengatakan kalau BUMN sudah salah urus, gebrakan Erick Thohir sekarang ini adalah buktinya.

Tidak bisa dinafikan kalau dikatakan BUMN merupakan tempat penampungan relawan Jokowi, tapi tudingan itu tidaklah sepunuhnya benar jika dikatakan sebagai sumber masalahnya. Sebelum Jokowi berkuasa, BUMN kita sudah bermasalah, konspirasi memanfaatkan BUMN sebagai bancakan partai politik sudah terjadi.

Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono memberikan kritik yang sangat pedas terhadap langkah Erick Thohir dalam membenahi BUMN, meskipun disisi lain dia sangat mengapresiasi adanya langkah tersebut.

Menurutnya, langkah tersebut perlu naungan negara dan perlu diperbaiki. "BUMN kita lima tahun terakhir memang kotor banget pengelolaannya, alias banyak sekali markup, rugi, dan utang," ucapnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (14/12/2019). Sumber

BUMN kita bobrok dan kotor bukanlah baru lima tahun belakangan saja, tapi sudah sejak lama. Adanya Petral di Pertamina adalah indikator dari kebobrokan tersebut, dimana anak perusahaan Pertamina tersebut hanya menjadi benalu di Pertamina.

Sebetulnya upaya bersih-bersih BUMN sudah dilakukan di periode pertama pemerintahan Jokowi, dan itu terbukti dengan di bubarkannya Petral, yang tidak pernah bisa dibubarkan oleh pemerintahan sebelumnya. Hanya saja apa yang dilakukan pemerintahan Jokowi belum menyentuh akar maasalah yang sebenarnya.

Hal itu disebabkan banyaknya konflik kepentingan partai politik didalamnya, makanya pada periode kedua, Jokowi tidak ada lagi beban untuk membenahi pemerintahan, termasuk juga membenahi BUMN, meskipun imbasnya tetap saja harus ia terima. Itu adalah konsekuensi dari sebuah kebijakan yang harus dia pikul.

Bersih-bersih BUMN juga akan memberikan efek pada relawan Jokowi, yang pada periode pertama banyak ditampung di BUMN. Relawan yang memang tidak memiliki kompetensi dan kapabelitas pada posisi yang ditempatkan, secara otomatis akan tersingkir dengan sendirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun