Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Erick Thohir, Ahok dan Kabar Baru Terkuak dari Kasus Garuda

12 Desember 2019   14:59 Diperbarui: 12 Desember 2019   15:04 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau Ahok ditugas oleh Jokowi untuk membasmi Mafia Migas, maka berbeda dengan tugas yang diemban oleh Erick Thohir. Erick Thohir lebih fokus pada pembenahan manajemen di lingkungan BUMN. Restrukturisasi manajemen hampir diseluruh BUMN yang bermasalah menjadi prioritas Erick Thohir sebagai Menteri BUMN.

Menguaknya berbagai persoalan di PT Garuda Indonesia, membuka tabir tata kelola diperusaahaan penerbangan tersebut. Mulai dari gaya kepemimpinan yang feodalistik, dan gaya hidup hedonis para jajaran direksi Garuda, membuat para karyawan merasa terdzolimi. Dan efeknya sangat besar terhadap produktivitas karyawan.

Semua persoalan yang melatari karut-marut di garuda selama ini terbuka sendiri, setelah terkuaknya kasus penyelundupan motor Harley dan sepeda Brompton di pesawat baru Airbus A330-900 neo, oleh Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara, yang viral di media sosial.

Bukan cuma itu, buruknya manajemen Garuda dibawah kepemimpinan Ari Askhara terkuak, setelah berbagai karyawan dari berbagai bidang, termasuk juga awak kabin di Garuda mengadukannya kepada Erick Thohir.

Kabar terbaru yang lebih membuat kita tercengang adalah, satu orang direksi Garuda merangkap menjadi komisaris utama dibeberapa anak-cucu, dan cicit PT Garuda Indonesia. Bahkan Ari Askhara sendiri menjabat sebagai komisaris utama di 6 perusahaan anak-cucu, dan cicit PT. Garuda Indonesia.

Selain Ari Askhara, juga empat mantan direksi Garuda Indonesia yang turut diberhentikan dalam keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Garuda Indonesia. Masing-masing menjabat sebagai komisaris utama di anak-cucu, dan cicit PT Garuda Indonesia lebih dari satu perusahaan.

Dalam dokumen yang diterima Kumparan, Kamis (12/12),  menerangkan bahwa dokumen dengan Nomor Garuda/Dekom-102/2019, Dewan Komisaris Garuda Indonesia pada tanggal 9 Desember 2019 memberhentikan jabatan Dewan Komisaris di anak, cucu, dan cicit usaha yang dijabat oleh 5 mantan direksi Perseroan.

"Pemberhentian pada jabatan Dewan Komisaris anak/cucu perusahaan tersebut sejak penetapan pemberhentian sementara waktu yang bersangkutan dari jabatan Direksi Garuda Indonesia," tulis dokumen tersebut.

Sumber: Kumparan
Sumber: Kumparan

Artinya, dengan diberhentikannya kelima Direksi Garuda Indonesia tersebut maka sekaligus juga pemberhentian sementara kelimanya dari Dewan Komisaris anak-cucu, dan cicit dari perusahaan tersebut.

Jadi tidak salah kalau dikatakan kasus penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton itu adalah fenomena gunung es, yang akan rontok dan lumer dengan sendiri nya, menjadi pembuka tabir berbagai misteri yang terjadi didalam PT Garuda Indonesia selama ini.

Inilah tugas berat Erick Thohir dalam membenahi BUMN. Boleh saja Rocky Gerung menganggap apa yang dilakukan Erick Thohir tidak lebih dari pencitraan, tapi tantangan yang dihadapi Erick Thohir tersebut bukanlah sesuatu yang terjadi atas dasar sebuah rekayasa untuk pencitraan.

Permasalahan yang terungkap di PT Garuda Indonesia, barulah sebagian kecil dari berbagai persoalan besar di berbagai BUMN lainnya. Sangat naif dan terlalu prematur kalau dianggap sebagai pencitraan, karena persoalan tersebut sudah mengakar selama puluhan tahun di BUMN.

Erick Thohir tidak lagi perlu panggung, sebelum menjadi Menteri BUMN, dia sudah moncer sebagai pengusaha. Erick sudah punya panggung, jelas berbeda dengan Rocky Gerung yang selalu mencari panggung lewat pernyataan-pernyataannya yang kontroversil, tanpa itu Rocky akan tenggelam dengan sendirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun