Tak terasa bulan suci Ramadhan yang penuh keberkahan ini hampir berakhir, tentunya kita berharap semoga kita dapat mendapatkan hikmah serta pelajaran yang penuh makna tentang ibadah puasa yang telah kita jalankan selama sebulan kurang beberapa hari ini.
Berbicara hikmah atau pelajaran, tentunya ibadah puasa wajib yang dijalankan di bulan Ramadhan ini memberikan kita banyak pelajaran. Yang diantaranya seperti: membiasakan diri untuk dapat mengatur waktu dengan baik, memberikan sebentuk perilaku dalam diri untuk terbiasa menahan akan "keinginan", serta memberikan sebentuk empati dalam diri kepada orang-orang yang kurang beruntung dalam kehidupannya.
Tentunya masih banyak lagi yang dapat kita sebutkan tentang pelajaran atau hikmah yang dapat kita ambil selama bulan Ramadhan atau selama menjalankan ibadah puasa ini. Namun, diantara pelajaran atau hikmah puasa yang di sebutkan di atas, masalah empati atau mempunyai perasaan untuk saling membantu (tolong menolong) antar sesama manusia menurut penulis haruslah kita tekankan dan jalankan di setiap harinya.
Tolong menolong antar sesama, tentunya memiliki banyak arti serta memiliki banyak bentuk dalam proses menjalankannya. Namun, dalam artikel kali ini kita akan sedikit mengulas tentang bagaimana Islam mengatur "Perekonomian" yang bukan hanya untuk keuntungan diri sendiri tapi juga bertujuan untuk beribadah kepada Tuhan serta untuk membantu kepada sesama.
***
Kita tahu bahwa Islam merupakan agama yang bukan hanya berlaku untuk kebaikan manusia saja namun juga untuk kebaikan di seluruh alam semesta ini. Sehingga dalam hal ini, Islam dipandang sebagai agama yang universal beserta komprehensif yang mengatur setiap tatanan kehidupan di muka bumi ini.
Seperti halnya aspek lingkungan alam, sosial, politik, hukum, pendidikan, bahkan seni dan budaya, Islam juga mengatur hubungan dalam hal perniagaan atau perekonomian.
Dalam prinsip atau konsepnya, perniagaan atau perdagangan atau transaksi atau perekonomian dalam Islam bukan hanya bertujuan untuk mencari keuntungan semata namun pula untuk membantu sesama serta sebagai bentuk beribadah (pengabdian diri) dengan Sang Kuasa.
Dapat kita lihat bahwa dalam Islam mengajarkan kita untuk senantiasa berlaku jujur, adil, serta tanggung jawab, begitu pula dalam hal perdagangan atau perniagaan dalam Islam.
Seperti yang disebutkan dalam ilmusyariahdoktoral.uin-suka.ac.id, perekonomian Islam menggunakan asas yang terdiri dari tiga pilar yaitu: bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (al-milkiyah), kemudian bagaimana pengelolaan kepemilikan harta (tasharruf fil milkiyah), serta bagaimana distribusi kekayaan di tengah masyarakat (tauzi'ul tsarwah bayna an-naas).
Tujuan dalam perekonomian Islam, di samping untuk pemenuhan kebutuhan dalam hidup seseorang atau kesejahteraan serta kehidupan yang lebih baik. Ekonomi Islam pula bertujuan untuk jalinan atau hubungan yang baik dengan sesama atau keadilan sosial, juga menuntut tingkat kepuasan yang seimbang antara kepuasan materi dan rohani (ilmusyariahdoktoral.uin-suka.ac.id).
Lebih jauh lagi dalam ilmusyariahdoktoral.uin-suka.ac.id, menyebutkan bahwa prinsip ekonomi Islam memiliki dasar atas lima nilai yang universal, meliputi; tauhid(keimanan), 'adl (keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah) dan ma'ad (hasil). Dari dasar tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yaitu; kepemilikan multijenis (multiple ownership), kebebasan bertindak atau berusaha (freedom to act), serta keadilan sosial (social justice).
***
Singkatnya, ajaran Islam menuntun setiap tingkah laku kita agar terhindar atau menjaga diri dari segala keburukan yang ada di muka bumi ini.
Seperti halnya ilmusyariahdoktoral.uin-suka.ac.id, yang menyebutkan bahwa, aturan yang ada dalam ajaran Islam, dimaksudkan untuk menjaga keselamatan manusia dalam kehidupanya. Meliputi; keselamatan agama, keselamatan jiwa dan raga, keselamatan akal, keselamatan harta benda, maupun keselamatan nasab (keturunannya). Yang merupakan merupakan kebutuhan pokok atau primer (al-haajat adh-dharuriyyah).
Begitu pula dalam hal perniagaan atau perekonomian dalam Islam yang berorientasi kepada kehidupan baik lahiriah maupun batiniah. Yang mana pemenuhan atas kebutuhan dalam kehidupan seseorang tidak hanya dipicu untuk kebutuhan atas diri pribadi saja, namun pula bertujuan untuk kesejahteraan bagi masyarakat keseluruhan juga merealisasikan kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan.
Referensi:
Rahadi Kristiyanto, S.H., M.H. (2022). Konsep Ekonomi Islam. ilmusyariahdoktoral.uin-suka.ac.id. (Online) https://ilmusyariahdoktoral.uin-suka.ac.id/id/kolom/detail/526/konsep-ekonomi-islamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H