Hal tersebut dapat digambarkan seperti, dalam mencari kerja yang membutuhkan riwayat pendidikan, atau dalam mencari suatu informasi, serta dalam menjalin koneksi atau hubungan dengan orang lain.
Dalam hal mencari informasi, orang yang memiliki sedikit pengetahuan dalam hal tersebut akan sangat sulit mendapatkan informasi yang valid, sehingga sering terjadi kesalahan pemahaman serta menjadi mudah percaya dengan suatu berita atau informasi yang tidak didukung dengan data (hoaks).
Dari sini saja kita dapat melihat betapa pentingnya suatu pendidikan yang diemban seseorang, memang tidak menjamin pendidikan memberikan/ membuat seorang menjadi kaya-raya, sukses, bahagia di kehidupannya. Namun kita melihat dari sudut pandang yang lain, yaitu tentang berpikir kritis, tidak mudah tergoda sesuatu (bukan kebutuhan pokok), atau mudah mempercayai dan fanatik dalam mengidolakan seseorang atau ajaran tertentu.
Kemudian dalam mencari pekerjaan yang dikatakan "layak" tentu akan sedikit banyak mendapatkan kesusahan dan halangan-halangan. Begitu pula dalam hal hubungan sosial, tentunya akan sulit merambah pada komunitas yang sedikit berada pada tingkatan yang lebih tinggi.
Kedua yaitu tentang kemiskinan, tentunya masalah ini sudah bukan hal yang perlu di jelaskan panjang lebar. Kita tau kemiskinan menyulitkan setiap hal dalam kehidupan manusia, perkataan "miskin privilese", itu perkataan dari seorang penipu yang sekarang sudah dipenjara.
Hidup miskin sama dengan susah, susah sama dengan tidak memiliki fasilitas yang layak dan memadai, tidak mempunyai fasilitas yang layak sama dengan tertinggal. Mungkin pengertian tersebut dapat kita "iya-kan", sebagaimana jika kita melihat fakta bahwa orang yang hidup kurang beruntung dari kita, memiliki gambaran yang seperti tersebut.
Tentunya, miskin menjadi faktor penentu tentang masalah pendidikan bahkan kesehatan. Dari hidup yang serba kekurangan tersebut, pastilah mendorong seseorang untuk memilih jalan yang tidak sesuai dengan tata aturan atau nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Terjerumus dalam lubang kesesatan, seperti; Prostitusi, Pencurian, Penipuan, Perjudian atau yang sebagainya, merupakan jalan pintas mendapat penghasilan tanpa harus mempunyai keahlian dalam suatu bidang tertentu.
Terakhir gaya hidup, hal ini dapat dijelaskan merupakan suatu kebutuhan yang "bukan pokok" (sekunder) namun penting guna membantu kehidupan atau sekedar meningkatkan "gengsi" seseorang di beberapa kalangan.
Misalnya seperti: kendaraan, alat komunikasi, dan fasilitas rumah tangga. Memang hal-hal tersebut bukan merupakan hal yang pokok namun membantu meringankan dalam aktivitas kehidupan kita sebagai manusia. Sayangnya, hal ini selalu berubah mengikuti arus perkembangan zaman.Â
Saya di sini menggarisbawahi tentang pernyataan Gaya Hidup: Sekedar meningkatkan "gengsi" seseorang di beberapa kalangan. Pernyataan tersebut menjadi penting, yang mana terkadang seseorang baik dewasa maupun remaja tidak dapat terhindar dari dorongan "Nafsu" kebutuhan gaya hidup yang menjadikan seseorang menjadi mengambil jalan yang kurang baik di kehidupannya.