Dari tulisan kemarin Lailatul Qadar, disebutkan bahwa malam penuh kemuliaan atau malam seribu bulan tersebut tidaklah ada yang mengetahui kapan jatuh/ tibanya. Kita hanya bisa mengira-ngira atau menebak-nebak akan jatuhnya malam tersebut, mungkin pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan atau pada tanggal-tanggal ganjil.
Tentunya ini menjadi hal yang cukup unik bila kita melakukan tebak-tebakkan dengan sang pemberi malam tersebut. Jika terus berlanjut menebak-nebak, tentunya ini bisa saja dikatakan suatu gembling dan pastinya gembling di dunia nyata saja pasti rugi, apalagi dengan Sang Ilahi.
Begitu pula apa yang dikatakan oleh KH Buya Syakur Yasin, dalam sebuah konten di channel youtubenya yang mengatakan bahwa:
"Jika ingin bertemu dengan malam Lailatul Qadar, tak perlu mengira-ngira kapan kedatangan malam tersebut. Mau awal Ramadhan, akhir Ramadhan, tanggal-tanggal ganjil bulan Ramadhan, terserah Tuhan mau menurunkan malam Lailatul Qadar kapan. Kita sebagai umatnya, lebih baik mempersiapkan kedatangan malam tersebut dari awal puasa sampai akhir puasa, dan terus menjaga keistiqomahan dalam setiap menjalankan ibadah kepada Allah SWT".
Lebih jauh lagi, Buya Syakur Yasin mengatakan bahwa makna Lailatul Qadar yang sebenarnya adalah bagaimana kita dalam menjaga keistiqomahan dalam beribadah kepada Tuhan. Jika kita hanya berharap kemuliaan pada suatu malam tersebut, beribadah dengan rajin hanya karna mengetahui akan kemuliaan serta apa yang menguntungkan di hidup kita, tentunya tak akan ada maknanya kita menjalankan suatu ibadah.
Kemudian, dalam Nabi Muhammad SAW mendapatkan malam Lailatul Qadar saat Nabi telah mencapai kesucian jiwa (kebijaksanaan sejati) dalam diri beliau. Dibarengi dengan turunnya malaikat Jibril yang memberikan wahyu kepada Nabi dengan memerintahkan: "Iqra!" ("Bacalah!").
Sedangkan kita tahu bahwasanya, Nabi Muhammad SAW merupakan seorang yang tak bisa baca tulis. Lalu, apa sebenarnya maksud dari seruan "Bacalah!" tersebut?
Buya Syakur Yasin menjelaskan artian tentang malaikat Jibril yang memberikan wahyu kepada Nabi dengan seruan "Iqra!" sebenarnya bukan menyuruh untuk "membaca" melainkan untuk "belajar" dengan kata lain mencerdaskan umat.
Hal ini sejalan dengan pengertian Lailatul Qadar yang memberikan perubahan total dalam perjalanan hidup Nabi serta perjalanan hidup umat manusia (merdeka.com). Singkatnya, dengan belajar maka sumber daya manusia akan mengalami peningkatan, sehingga memberikan dampak perubahan kepada setiap manusia ke arah yang lebih baik.
Oleh karena itu, peristiwa Nabi Muhammad SAW mendapatkan malam Lailatul Qadar yang dibarengi dengan turunnya Al Quran pertama kali. Memberikan kita gambaran bahwa, terdapat tiga poin yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut yaitu tentang istiqomah, kemudian perubahan ke arah yang lebih positif, serta pentingnya belajar sepanjang hayat.
***
Semoga dalam puasa Ramadhan kali ini, kita dapat memetik hikmah dari kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan serta dapat menjadikan sikap dan kebiasaan dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin
Referensi:
Dedi Rahmadi, (2017). Kisah Nabi Muhammad pertama kali mendapatkan malam Lailatul Qadar. (Online) https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-nabi-muhammad-pertama-kali-mendapatkan-malam-lailatul-qadar.html
KH Buya Syakur Yasin MA, (2022). Bagaimanakah Proses Turunnya Lailatul Qadar di Alam Semesta Ini? (YouTube) https://www.youtube.com/watch?v=606PR4q-wRI
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H