Mohon tunggu...
Aji Prasanto
Aji Prasanto Mohon Tunggu... Lainnya - Bujangan

Suka menulis apa saja dan tertarik dengan keluh kesah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Coretan Ramadhan 08] Masuknya Islam ke Pulau Jawa

30 Maret 2023   20:12 Diperbarui: 30 Maret 2023   20:17 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dakwah Wali Songo (pergunu.or.id)

Seperti apa yang telah dibahas kemarin, proses penyebaran Islam di Nusantara sendiri sangat erat kaitannya dengan kegiatan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh ulama dan pedagang dari Timur Tengah. Begitu pula di pulau Jawa, dengan datangnya mereka membawa wajah baru yang hampir mengubah Jawa secara keseluruhan.

Secara umum, kita ketahui bahwa proses penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali (Wali Songo). Dengan menggunakan teknik penyebaran yang lues, fleksibel, damai, serta santun kepada masyarakat di pulau Jawa. Lalu bagaimana para wali tersebut bisa sampai ke pulau Jawa? untuk mendapat jawaban dari pertanyaan tersebut, mari kita simak ulasan berikut ini...

***

Masih melansir dari buku Sejarah Peradaban Islam, karya Achiriah & Laila Rohani tahun 2018. Disebutkan bahwa penyebaran ajaran Islam di Nusantara dilakukan melalui pendekatan dengan kerajaan-kerajaan juga melalui perdagangan, di pulau Jawa sendiri tidak dapat ditentukan secara pasti apakan hal tersebut juga dilakukan.

Namun, ditemukannya sebuah makan di Gresik, dengan nisan yang bertulis Fatimah binti Maimun, meninggal pada tanggal 7 rajab, tahun 475 H/ 1082 M, kemudian makam dari Maulana Malik Ibrahim, yang wafat pada 12 rabi'ul awal, 822 H/ 1419 M. Menandakan bahwa pada abad ke-15 M, Gersik telah menjadi daerah yang tidak hanya sebagai wilayah perdagangan namun juga sebagai wilayah masuknya ajaran Islam yang ditandai dengan adanya makam Maulana Malik Ibrahim yaitu seorang penyebar Islam pertama di Pulau Jawa.

Dalam sumber catatan Tionghoa, orang Islam sudah ditemukan di pulau Jawa pada tahun 1416 M, tetapi mereka bukan orang yang berasal dari tanah Jawa sendiri, melainkan orang asing. Sedangkan menurut catatan dari Portugis, beberapa kabupaten di pesisir utara pulau Jawa, pada tahun 1448 M rakyat dan bupatinya sudah beragama Islam. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa penyebar ajaran Islam pertama di pulau Jawa adalah Maulana Malik Ibrahim.

Setelah Maulana Malik Ibrahim meninggal, disebutkan bahwa penerus gerakan penyebaran Islam di pulau Jawa adalah Sunan Ampel. Ditemukan tenggang waktu dari kedua tokoh tersebut, namun tidak terlalu lama.

Sunan Ampel sendiri merupakan seorang yang berasal dari Campa, suatu daerah di pesisir Vietnam. Hal tersebut disebabkan karena Sunan Ampel adalah kemenakan Permaisuri Majapahit, yang dalam sejarah berasal dari Vietnam. Nama yang dimiliki Sunan Ampel sebenarnya adalah Rahmat kemudian diberi gelar yaitu Sayid Ali Rahmat, nama Ampel sendiri diberikan karena Ia mendirikan sebuah pesantren di Ampel. Pesantren tersebut adalah hasil pengembangan, yang sebelumnya telah didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim.

Pesantren kala itu, disebutkan merupakan suatu tempat keagamaan serta tempat belajar membaca Alqur'an, seperti terdapat di Baghdad. Murid-muridnya diasramakan serta sistem pengajarannya sudah mengambil bentuk halaqah, yaitu sekelompok siswa belajar dibawah bimbingan seorang guru. Disamping sebagai lembaga pendidikan, pesantren Ampel juga merupakan pusat dakwah islam yang mengatur taktik dan strategi dakwah.

Dari situlah benih lahirnya gerakan dakwah di pulau Jawa. Dengan upaya mengumpulkan para ulama di pesantren itu, kemudian para maulana dari berbagai negeri Islam yang telah memiliki pengetahuan agama pun berdatangan, seperti dari Arabia, Libya, maupun Persia. Mereka kemudian di gembleng oleh sunan Ampel untuk melaksanakan tugas dakwah di pulau Jawa. Para da'i itu kemudian dalam sejarah dikenal dengan sebutan Wali Songo.

Istilah Wali, dapat dikatakan sebagai penyebutan orang-orang suci yang menjadi guru yang mengembara, sedangkan istilah Syekh di Jawa dapat dikatakan untuk menyebut tokoh yang berkonotasi keilmuan. Demikian pula sebutan "Songo" yang dalam bahasa Indonesia berarti sembilan, namun bukanlah berarti jumlah wali itu sembilan akan tetapi sebutan itu untuk menunjukkan kesempurnaan pribadi para wali, sebab angka sembilan dalam budaya Jawa dianggap keramat dan angka itu dianggap paling sempurna.

Ilustrasi Dakwah Wali Songo (pergunu.or.id)
Ilustrasi Dakwah Wali Songo (pergunu.or.id)

Dari beberapa wali yang diketahui namanya, beberapa diantaranya dapat diketahui sedikit identitas dan asal-usulnya, yakni:

  • Maulana Malik Ibrahim, dengan nisan yang ditemukan di Gresik diduga bahwa la berasal dari Gujarat, sebab bentuknya mempunyai kesamaan dengan bentuk tembok kuil Hindu di Gujarat. la mengembangkan dakwahnya di Gresik.
  • Sunan Ampel, yang memiliki nama asli yaitu Raden Rahmat, la berasal dari Campa, Vietnam Selatan. Ayahnya adalah Ibrahim Al-Samarkand yang berkelana ke China untuk dakwah Islam, tetapi mendapat kesulitan lalu beralih ke vietnam, sedangkan adiknya dijadikan Permaisuri oleh raja Majapahit.
  • Sunan Giri, yang memiliki nama asli yaitu Raden Paku, la merupakan putra Maulana Ishak, ulama yang datang dari luar Jawa yang dibina oleh Raden Rahmat untuk menjadi penyebar Islam di Jawa. Digelari dengan sunan Giri karena daerah yang diislamkan adalah daerah Giri.
  • Raden Hamzah, merupakan seorang putra dari Raden Rahmat. Ia bertugas melaksanakan dakwahnya di Singasari, Tumapel dan karenanya ia digelari Pangeran Tumapel.
  • Raden Hasan, merupakan putra dari Sri Kertabumi dan Ia ditempatkan di Bintara. la merupakan menantu dari Raden Rahmat.
  • Sunan Bonang, yang memiliki nama asli yaitu Raden Makdum Ibrahim, merupakan putra sulung dari Raden Rahmat yang bertugas dakwah di Daha.
  • Sunan Drajat, Ulama yang diberi gelar Sunan Drajat pertama adalah Raden Mahmud, putra dari Raden Rahmat.
  • Syekh Siti Jenar, yang memiliki nama asli yaitu Syekh Abdul Jalil. Gelar Siti Jenar diberikan kepadanya karena la bertugas di Lemah Abang (Tanah Merah). Cerita mengenai dirinya masih diliputi rahasia yang belum jelas. Ada yang menyebutkan bahwa nama Siti Jenar hanya gelar yang berasal dari bahasa Persia. Jin dan Nar yang berarti orang yang mempunyai kekuatan seperti api.
  • Raden Qasim, la ditugaskan di majagung. Raden Qasim belum diketahui asal-usulnya sebenarnya, dimungkinkan la adalah seorang Maulana yang datang dari luar lalu kemudian dibina oleh Raden Rahmat.
  • Usman Haji, sebagaimana Raden Qasim demikian pula Usman Haji ini, belum juga diketahui asal-usulnya.

Semua Ulama yang telah disebutkan adalah ulama yang sempat bertemu dengan Raden Rahmat semasa hidupnya. Setelah Raden Rahmat wafat, 1524 M, datang Syekh Nurullah dari mengerjakan haji di Mekkah.

Syekh Nurullah sendiri merupakan seorang yang berasal dari Pasai, tetapi tidak kembali ke Pasai setelah pulang dari Mekkah karena Pasai saat itu sedang dikuasai Portugis. Syekh Nurullah juga digelari Sunan Gunung jati karena ia dimakamkan di daerah Gunung Jati. Orang Barat mengenal Syekh Nurullah dengan nama Falatehan. la menjalankan dakwahnya di bagian barat Jawa, yaitu Cirebon dan Banten.

Kemudian Sunan Kalijaga yang menggantikan kedudukan gurunya, yaitu sunan Bonang, Ia mengembangkan dakwahnya di Jawa Tengah. Dalam dakwahnya, ia tetap berpegang pada tradisi setempat, yang diformulasikan dengan tradisi Syi'ah. Hal ini disebabkan ia banyak berdakwah di pedalaman dan selalu berhadapan dengan Syekh Siti Jenar.

Sunan Giri yang Sunni sebenarnya tidak setuju dengan langkah Sunan Kalijaga itu, tapi Wali yang lain berusaha menjaga keseimbangan antara keduanya. Langkah yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga itu kemudian menimbulkan bentuk sikap muslim Jawa yang disebut dengan Islam Abangan.

***

Gerakan Islamisasi di Jawa, dilakukan dengan mengembangkan Pendidikan, membangun masjid, mengembangkan tasawuf, mengembangkan tradisi keagamaan, mengembangkan bela diri pencak silat, mengembangkan wayang kulit, dan mengubah azas Matriakhat ke Patriakhat, serta menetapkan perundang-undangan.

Keluwesan para Wali dalam menyebarkan dakwah di pulau Jawa dapat dilihat dari, bagaimana mereka menyeimbangkan ajaran islam dengan tradisi/ budaya yang berlaku di masyarakat. Mereka mengembangkan tradisi yang berkaitan dengan Islam seperti maulid Nabi, Nisfu Sya'ban, hari raya Idul Fitri dan Hari Raya ketupat (hari kedelapan syawal), hari raya kurban, dan sebagainya. Golongan Syi'ah juga membuat upacara-upacara yang diisi dengan unsur keislaman, seperti Sradha (upacara hindu untuk memperingati hari ketiga, ketujuh dan keempat puluh kematian) dengan membaca tahlil.

Percepatan ajaran Islam semasa dilakukan oleh para wali tersebut, dikarenakan faktor dari semakin melemahnya kekuasaan kerajaan Majapahit. Dari melemahnya kerajaan tersebut, sering terjadi kekacauan keamanan di masyarakat sehingga para santri yang memiliki bekal bela diri tampil menggantikan petugas keamanan. Sehingga pesantren tidak hanya berperan sebagai pendistribusian ajaran islam dan tempat keagamaan, namun juga berperan dalam kehidupan sosial masyarakat. Sehingga dari hal tersebut Islam menjadi semakin populer.

Faktor lainnya yaitu kemampuan para Wali dalam mendekati masyarakat dengan tidak konfrontatif, tetapi berusaha memberi corak tauhid pada budaya jawa yang sebelumnya berakar pada agama Hindu, seperti sesaji diganti dengan kenduri.

***

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu pribadi penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada dalam penulisan. Salam hangat untuk semua pembaca, serta tak lupa ucapan terima kasih karna telah berkunjung.. .

Referensi:

Achiriah & Laila Rohani, 2018. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun