Mohon tunggu...
Aji Prasanto
Aji Prasanto Mohon Tunggu... Lainnya - Bujangan

Suka menulis apa saja dan tertarik dengan keluh kesah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

[Coretan Ramadhan] Tafakur

23 Maret 2023   21:03 Diperbarui: 23 Maret 2023   21:08 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cahaya Ramadhan, (pexels.com/ Oleksandr Pidvalnyi)

Ramadhan hari pertama telah dijalani, jika kita ingat Ramadhan pada beberapa tahun ke belakang terjadi banyak hal yang kurang menyenangkan, yang mana dampak dari covid-19 juga penanggulangan atas virus tersebut membuat kita dipenuhi rasa kesedihan. Kita patut bersyukur di tahun ini, dengan kondisi penyebaran covid-19 yang semakin teratasi dan telah longgarnya peraturan pemerintah atas penanggulangan dari penyebaran virus tersebut, cukup memberikan kita angin segar.

Tentunya dari fenomena tersebut, dapat kita renungi bahwasanya setiap kejadian pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Dari setiap kisah dalam perjalanan kita semasa hidup dapat menjadikan suatu pelajaran yang bermanfaat untuk masa depan, bukan cuma untuk diri sendiri namun juga bekal kepada anak cucu kita nanti. Berbicara mengenai perenungan, dalam islam terdapat istilah yang cukup menarik dari pererungan, yaitu Tafakur.

Tafakur di jelaskan dalam KBBI, memiliki arti yaitu renungan atau perenungan. Perihal merenung, memikirkan, atau menimbang-nimbang dengan sungguh-sungguh. Kata tafakur berasal dari bahasa arab yaitu Tafakkara yang artinya mempertimbangkan atau memikirkan perkara.

Kemudian, Quraish Shihab menjelaskan pengertian dari tafakur yaitu merupakan kata yang terbentuk dari kata fikr yang berasal dari kata fakr yang artinya mengorek. Mengorek dalam arti memunculkan, menumbuk hingga hancur, dan juga menyikat atau membersihkan noda pada pakaian hingga kotorannya hilang.

Tafakur dapat dipahami sebagai suatu kunci dari segala kebaikan melalui kognitif seseorang, dikutip dari orami.co.id para ulama, menyebutkan bahwa tafakur merupakan cara beribadah dalam diam yang dianggap lebih utama dari Tahajud. Para sufi juga mengatakan bahwa tafakur merupakan cara manusia untuk mendapatkan ilmu tentang Allah SWT yang hakiki.

Dari beberapa pengertian di atas, mengantarkan kita ke dalam suatu penjelasan bahwa Tafakur dengan artian merenung dan berpikir merupakan suatu kegiatan yang menjadi penting dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Seperti dalam sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Berpikir sesaat lebih baik daripada beribadah seribu tahun" (HR. Ibnu Hibban dari Abu Hurairah). Menunjukkan bahwa pentingnya menjalani kehidupan baik di dunia maupun beragama dengan berpikir.

Namun, kita sebagai manusia mempunyai sesuatu yang kita sebut saja "unik" di dalam buah pikir kita. Terkadang saat berpikir dengan kebebasan penuh, memunculkan pula ide-ide atau imajinasi atau bayangan-bayangan yang terkadang melampaui batasan-batasan. Tentunya sah-sah saja sebagai buah pikir seorang individu asal tidak mempengaruhi orang lain, serta selagi masih dalam pikiran belum berbentuk tindakan maka pikiran-pikiran tersebut tidaklah dapat kita permasalahkan.

Oleh karena itu, terdapat suatu istilah yang umum yang sering disebut berpikir dengan "akal sehat". Perlunya berpikir dibarengi dengan akal yang sehat karena dengan akal yang sehat tersebut akan memberikan kita sebentuk pikiran yang positif serta lebih objektif dalam memberikan penilaian pada suatu hal atau peristiwa. Seperti apa yang dimaksud dalam pengertian Tafakur di atas.

Proses berpikir sehat tidak hanya dilakukan oleh otak kita, yang mana kita sebagai manusia mempunyai perasaan, emosi, nafsu, amarah, juga kebendaan. Dibutuhkan pula suatu kejernihan hati nurani yang akan menuntun kita ke dalam suatu kebenaran absolut dari Tuhan, dibarengi dengan kesadaran diri, kerendahan hati, keikhlasan, serta rasa cinta kita terhadap sang pencipta.

Dalam proses kita menjalani kehidupan sosial juga sebagai umat yang beragama, adanya Tafakur akan memberikan kita sebentuk pengertian bahwa, terlahir sebagai manusia adalah suatu karunia yang sangat besar yang diberikan dari Tuhan. Dengan melihat dari diberikannya pikiran, emosi, perasaan, kesehatan, tempat tinggal, alam, serta yang lainya untuk kita gunakan. Serta menunjukkan kita sebagai makhluk hidup dengan derajat tertinggi yang mana kita memiliki akal pikiran.

Objek Tafakur disebutkan dari beberapa referensi yaitu: tafakur tentang segala nikmat Allah, tentang kekuasaan Allah, tentang janji-janji Allah, tentang ancaman Allah dan tafakur tentang kematian. Dengan kelima objek tafakur tersebut, perjalanan kita sebagai manusia di dunia ini akan lebih memiliki makna, berhati-hati dalam bertindak dan tidak gegabah, serta pastinya akan menumbuhkan rasa syukur dan kebahagiaan yang hakiki.

Proses berpikir dan merenung dari seseorang dengan yang lain tentunya berbeda-beda, tahapan-tahapannya pun berbeda-beda. Namun pada puncaknya, proses perenungan seseorang akan memberikan suatu bentuk kekayaan yang ditunjukkan dalam proses kognitif seseorang dengan spiritualitasnya yang tinggi yang tidak memandang agama hanya dari kegiatan ritual semata.

Proses Tafakur akan memberikan kita pandangan yang luas dalam melihat berbagai fenomena serta faktor-faktor baik dalam diri maupun luar diri kita. Memberikan sebentuk gambaran atau pandangan bahwa, setiap yang berada di muka bumi ini bergerak sesuai dengan kehendak-Nya. Serta akan selalu menambahkan keikhlasan dan rasa syukur di hati dalam menjalani kehidupan di dunia.

***

Tulisan sederhana sebagai pengingat diri. Semoga dalam Ramadhan kali ini, seluruh makhluk diberikan kesejukan serta kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun