Mohon tunggu...
Aji Prasanto
Aji Prasanto Mohon Tunggu... Lainnya - Bujangan

Suka menulis apa saja dan tertarik dengan keluh kesah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Isu Agama sampai Isu Kesehatan Mental Generasi Muda, Bagaimana Kita Memaknainya?

10 Januari 2023   18:08 Diperbarui: 10 Januari 2023   18:29 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Opening Image (pexels.com/ Chris F)

Mencoba menguak beberapa isu yang belakangan ini muncul, tentang masalah mental yang melanda pada kalangan remaja sampai dewasa muda, kemudian menghubungkan dengan masalah religiusitas khususnya dalam meledaknya budaya islami. Adakah pengaruh serta dampak yang berkaitan dengan kedua isu tersebut. Mencoba menggali isu secara ringan, dengan mengadopsi metode penelitian studi pustaka sederhana.

Introduction

Sudah bukan menjadi hal yang asing lagi, jika kita melihat mengenai trend remaja sampai pada dewasa muda masyarakat kita tentang apa yang disebut kesehatan mental. Banyak kalangan dari mereka sering mendiagnosis dirinya sendiri dengan betapa lelah dan merasa tak berdaya dengan jiwa mereka, merasa begitu berat beban di punggung.

Hal ini dikuatkan dengan data dari cnnindonesia.com, "Kesehatan Mental Jadi Isu yang Banyak Disorot Anak Muda Zaman Now", Oktober 2022. Dalam artikel tersebut, menjelaskan bahwa "anak muda Indonesia menyimpan perhatian dalam isu kesehatan khususnya pada kesehatan mental, yang mana paling disorot pada kalangan muda tersebut". Percakapan tentang kesehatan mental merupakan sesuatu yang dapat dikatakan baru, namun sedang berkembang.

Agama merupakan sebuah rumah bagi semua umatnya, kehidupan manusia di dunia tidak akan mampu dipisahkan dengan agama. Sayangnya terkadang dalam kelompok beragama didalamnya terdapat konflik-konflik internal, seperti halnya; perbedaan di dalam kelompok tersebut, saling menguatkan ego antar golongan, serta faktor kepentingan lainnya. Apalagi dalam konflik eksternal.

Masuknya politik ke dalam dunia islam belakangan ini, memicu beberapa pemikiran pada kalangan muda, ada yang apatis juga radikalis. Kemudian merebaknya konten-konten tentang agama di media sosial juga menjadi isu yang cukup menarik untuk dibicarakan. 

Dilansir dari republika.co.id, "Media Sosial dan Potensi Konservatisme Beragama Generasi Muda", Desember 2021. Generasi muda sangat rentan terpapar konservatisme, "media sosial menciptakan kerentanan dalam aspek faktualitas dan kredibilitas informasi, termasuk dalam konten agama".

Dalam artikel tersebut, Husein Ja'far Al Hadar (Habib Ja'far) mengatakan bahwa manusia pada dasarnya lahir sebagai pribadi yang moderat, namun dengan terpaparnya mereka dengan konten-konten media yang salah, menjadikan niat belajar agama yang sebelumnya positif menjadi negatif. Seorang yang sebelumnya moderat dengan terpapar oleh media tersebut, dapat berubah menjadi seorang yang konservatif.

Lebih lanjut lagi Habib Ja'far mengatakan bahwa paham konservatif berbasis pada dua hal, yaitu kebodohan atau tidak memiliki pemahaman keagamaan yang baik. Kedua, yaitu egoisme, dimana seseorang tidak memiliki dasar atau modal keagamaan yang kuat namun sangat mudah terjerumus dengan informasi dan konten keislaman yang belum jelas kebenaran sumbernya.

Dari beberapa isu tersebut, kita diantarkan pada hubungan antara popularitas konten-konten agama dengan popularitas masalah kesehatan mental pada remaja muda di indonesia. Sebelum masuk kedalam penjelasan lebih lanjut tentang hubungan antara popularitas konten-konten agama dengan popularitas masalah kesehatan mental, kita perlu mengetahui terlebih dahulu tentang beberapa pengertian di bawah ini.

Kesehatan Mental

Ilustrasi Kesehatan Mental (pexels.com/ Loc Dang)
Ilustrasi Kesehatan Mental (pexels.com/ Loc Dang)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyebutkan bahwa kesehatan mental merupakan keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi diri mereka sendiri.

Dalam hotcourses.co.id, "Menjadi Isu Global, Ini Pentingnya Kesehatan Mental Mahasiswa dan Pelajar", April 2022. Mengartikan kesehatan mental, merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk dapat mengatasi tekanan dalam kehidupan normal. Dapat menjalankan kehidupan secara produktif serta bermanfaat, mampu memberikan kontribusi kepada kelompok sosialnya.

Selanjutnya dalam unair.ac.id, "Infografik: Isu Kesehatan Mental Remaja Indonesia", November 2022. Margaretha SPsi PGDipPsych GCertEd MSc dosen Fakultas Psikologi UNAIR,  mengungkapkan bahwa masalah kesehatan mental dengan gangguan mental merupakan dua hal yang berbeda. 

Gangguan mental merupakan suatu yang diderita oleh seseorang dengan kriteria klinis yang dimaksud dengan gangguan, sementara kesehatan mental merupakan suatu yang dialami oleh seseorang yang tidak memenuhi kriteria klinis namun memunculkan beberapa persoalan.

***

Beberapa penyebab dari masalah kesehatan mental dalam unair.ac.id yang dialami pada generasi muda, diantaranya berupa:

  • Perubahan usia atau masa transisi dari remaja usia 15 hingga 18 tahun, yang mana dari usia tersebut beban masalah yang dimiliki semakin menumpuk dan semakin berat. dan
  • Keterbatasan dalam akses layanan kesehatan mental, karena masih tergantung pada orang tua. Latar belakang orang tua yang berbeda-beda, serta pemahaman, dan pengetahuan tentang masalah kesehatan mental membuat banyak orang tua kurang peka.

Mozaic Science melalui World Economic Forum (WEF) dalam hotcourses.co.id, menyatakan bahwa jumlah mahasiswa di Inggris yang mengunjungi bagian konseling kampus meningkat hampir lima kali dibandingkan 10 tahun lalu. 

Sama halnya di Amerika Serikat, depresi dan kecemasan pada kalangan anak usia 17 tahun kebawah banyak bermunculan. Untuk usia mahasiswa, permintaan konseling jadi meningkat, yang didasari dengan iklim lingkungan belajar baru, tuntutan meniti karier, serta permasalahan keuangan.

Lebih lanjut hotcourses.co.id, menyebutkan bahwa terdapat 63,6% kasus kecemasan dan kesehatan mental yang dialami oleh kalangan pelajar juga mahasiswa di Indonesia, sejak pandemi Covid 19 yang diharuskannya pembelajaran jarak jauh.

Dari pengertian serta data diatas, tentunya menjadi kekhawatiran pada semua kalangan khususnya orang tua kepada anaknya. Mau tidak mau kita harus memahami situasi ataupun keadaan pribadi dari seseorang, dapat dimungkinkan seorang yang kurang produktif atau tidak bergairah dalam memenuhi kewajiban-kewajibanya di kehidupan sehari-hari baik di sekolah, pekerjaan, atau lingkungan sosial dan keluarga sedang mengalami masalah kesehatan mental tersebut.

Hakikat Agama

Ilustrasi Hakikat Agama (pexels.com Soner Arkan)
Ilustrasi Hakikat Agama (pexels.com Soner Arkan)

Berbagai macam pengertian tentang agama yang ada pada masyarakat kita, tentunya perbedaan tersebut didasari dari berbagai faktor seperti; pendidikan, pengalaman, pandangan hidup, serta banyaknya disiplin ilmu yang diajarkan dari berbagai tokoh yang memunculkan perbedaan antara masing-masing individu.

Dilansir dari Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy, "Hakekat Agama Dalam Perspektif Filsafat Perenial" dari Siti Amalia (2019). Tinjauan teoritis tentang hakikat agama yaitu agama merupakan suatu bentuk jalan keselamatan untuk kehidupan di dunia, dari hubungan antara manusia dan sang pencipta. Berisi tentang ajaran-ajaran, hukum, juga aturan-aturan yang sifatnya mengikat. Aturan-aturan tersebut dibuat oleh sang pencipta yang disampaikan lewat utusan-Nya berupa doktrin-doktrin agama dan juga kitab suci.

Lebih lanjut dijelaskan dalam jurnal tersebut bahwa, berbagai cara yang ditempuh setiap manusia yang telah menyatakan dirinya memeluk suatu agama. Secara umum dijelaskan bahwa seseorang memeluk agama dengan enam faktor yang mempengaruhinya, yaitu; untuk mendapatkan rasa aman, tempat mencari perlindungan, tempat mencari penjelasan tentang segala macam yang ada di dunia, memperoleh pembenaran atas segala praktik-praktik hidup yang ada, meneguhkan nilai yang telah mengakar pada masyarakat, serta memuaskan kerinduan hidup.

Dalam jurnal tersebut, memaparkan tentang teori dari Sigmund Freud atau Karl Marx yang mana kebutuhan untuk ber-Tuhan ataupun beragama dari seseorang didasari dari pesakitan atau malapetaka yang sedang dialami oleh seseorang tersebut. Dari situ dijelaskan bahwa keyakinan tentang Tuhan hanya produk dari situasi tak berdaya, tak mampu lagi keluar dari derita dunia.

Siti Amalia (2019), "Hidup di dunia ini sungguh sangat menarik, tidak selalu aman, alam tidak selalu ramah, baik dan simpatik terhadap manusia". Manusia berpaling pada agama dengan pergi menghadap ke Tuhan, sedang dalam kehidupan manusia akan mengarah ke depan, baik sekedar mengikuti arus atau merencanakan kehidupan pribadinya, oleh karena itu manusia memerlukan perlindungan yang maha kuasa, dan membawa kita dalam kepercayaan terhadap agama.

Lebih jauh lagi, Hakekat agama dalam perspektif filsafat perenial dapat dilihat dari dua sisi yakni eksoterik dan esoterik. Sisi eksoterik melihat hakikat agama dari segi bentuk yang terkait dengan historisitas, kebudayaan, adat istiadat, dan suku dalam masyarakat tertentu. Sedangkan sisi esoterik melihat hakikat agama dengan mencari titik temu untuk menelusuri mata rantai historisitas tentang pertumbuhan agama.

Agama merupakan elemen warna yang satu yang memancar dan ditangkap oleh berbagai kebudayaan, historisitas, dan pola pikir yang berbeda. Oleh karena itu, dari warna yang satu memunculkan warna-warna yang berbeda, masing masing warna tidak bisa untuk mengesahkan kebenarannya secara mutlak, karena pada dasarnya warna tersebut memiliki kedudukan yang sama. Pada hakikatnya kebenaran suatu agama terdapat pada substansi yang berasal dari realitas yang mutlak.

***

Namun agama juga memunculkan situasi yang kurang menyenangkan, banyaknya pola pandang dominatif dalam mengemban misi agama, serta terdapat penyimpangan dari tujuan yang luhur dari agama atas perwujudan kehidupan dunia yang damai serta harmoni merupakan kegagalan para elit agamawan. Siti Amalia (2019) mengungkapkan, "Para Nabi tidak bermaksud membentuk agama identitas (Religion of Identitif) melainkan agama kebenaran (Religion of truth)". Umat beragama selalu berada pada posisi mencari, bukan untuk memonopoli sebuah kebenaran. Karena, saat kita merasa telah menggenggam suatu kebenaran, saat itu pula kita berada pada situasi krisis identitas.

Tumbuhnya perbedaan dalam suatu agama menyebabkan pergeseran makna serta fungsi dari agama yang sebenarnya. Agama yang senantiasa mengajarkan hidup damai dan sejahtera ternyata di sisi lain, merupakan suatu faktor yang menjadikan pengaruh besar terjadinya suatu konflik dan kekerasan. "Kondisi demikian disebabkan karena kurangnya pemahaman yang universal para penganut agama, sehingga terkonstruk dalam pikirannya menjadikan anggapan bahwa agama yang dianut adalah satu-satunya agama yang memiliki sumber kebenaran" (Siti Amalia, 2019).

Discussion

Agama disebutkan merupakan suatu bentuk jalan keselamatan manusia untuk kehidupan di dunia, berupa ajaran-ajaran, hukum, juga aturan-aturan yang sifatnya mengikat. Aturan-aturan tersebut dibuat oleh sang pencipta yang disampaikan lewat utusan-Nya berupa doktrin-doktrin agama dan juga kitab suci.

Agama merupakan sebuah rumah bagi semua umatnya, kehidupan manusia di dunia tidak akan mampu dipisahkan dengan agama. Agama dapat memberikan rasa aman, perlindungan, memberikan penjelasan tentang segala macam yang ada di dunia, memberikan pembenaran atas segala praktik-praktik hidup yang ada, serta dapat memberikan keteguhan nilai yang telah mengakar pada masyarakat, dan juga memuaskan kerinduan dalam hidup.

Globalisasi serta kemajuan teknologi yang semakin canggih serta modern. Membuat suatu budaya baru, namun sayangnya fungsi dan tujuan dari teknologi tersebut tidak berjalan secara baik. 

Data yang menunjukan tentang banyaknya anak muda yang kelelahan secara fisik serta mental menunjukan bahwa peran ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang berlaku di masyarakat khususnya di Indonesia masih terbilang rendah, padahal secara awam dapat kita lihat pada masyarakat kita merupakan masyarakat yang berbudaya timur dan agamis.

Peranan agama yang menjadi mayoritas di negara Indonesia terlihat kurang dalam melihat beberapa masalah ini. Dilansir dari mediaindonesia.com, "Agama Diturunkan Tuhan untuk Memerdekakan Manusia", Agustus 2019. Prof Dr. l Komarudin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Mengungkapkan bahwa dalam politik, agama dikapitalisasi oleh para politisi.

Karena emosi dalam agama merupakan suatu yang sangat mudah disentuh atau dipikat, sehingga dengan kapitalisasi tersebut maka manusia itu cenderung emosional. Dengan menyatakan suka dan tidak suka, menonjolkan pengerahan massa dan program-program yang visioner. Menjadikan intelektualitas menjadi tenggelam.

Lebih lanjut Prof Dr. l Komarudin Hidayat, mengungkapkan bahwa kebanyakan komunitas agama itu tidak produktif, namun malah meminta sumbangan. Beliau menuturkan bahwa, seharusnya agama itu baik untuk ekonomi, secara intelektual bisa berkembang mandiri agar umatnya bisa menjadi manusia yang merdeka tanpa adanya beban buruk yang tidak produktif tadi.

***

Jika kita lihat lagi lebih dalam mengenai perkembangan dunia islam pada, sekolahathirah.sch.id, "Mengapa Umat Islam Mengalami Kemunduran dan Mengapa Umat Lainnya Mengalami Kemajuan?", Agustus 2021. Kemunduran dialami oleh kaum muslimin dikarenakan kaum muslim menjadikan kitab suci Al-Qur'an, sekadar ritual semata saja, dan tidak ada usaha untuk memahami kandungannya yang selanjutnya menjadikannya inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Padahal inspirasi apapun yang diinginkan oleh segenap kaum muslimin pasti ada dalam Al-Qur'an.

Hal tersebut, tentunya memiliki pengaruh dengan lemahnya mental pada generasi muda sekarang ini. Mengagung-agungkan ritual yang sebenarnya maksud dan tujuannya belum begitu paham. 

Prof Komaruddin dalam republika.co.id, "Sebab-sebab Pemicu Kemunduran Umat Islam Era Kini", Oktober 2021. Mengungkapkan bahwa penyebab ketertinggalan islam dalam membangun peradaban, termasuk sains, ekonomi, serta politik diakibatkan oleh krisis politik yang berkepanjangan. Keadaan ulama yang berada dibawah kontrol kekuasaan serta tidak adanya kaum borjuis islam yang independen semakin memperkeruh ketertinggalan dunia islam. 

Conclusion

Tentunya tulisan ini tidak bermaksud untuk menyinggung atau menyudutkan suatu pihak. Sebagai seorang yang menganut agama islam, pribadi penulis tentu ingin memberikan sesuatu yang baik untuk rumah yang ditinggali. Demikian pula, dari hal tersebut tentunya menjadi dasar tulisan ini dibuat.

Melihat berbagai konten-konten di media sosial, yang menyuguhkan tontonan tentang dunia islam. Beberapa dari konten tersebut kebanyakan hanya melihat mengenai masalah privat hubungan pribadi dengan tuhan seperti ritual-ritual wajib yang harus dijalankan seorang umat, terlalu sering membicarakan urusan orang mati. Namun kurang memperhatikan mengenai aspek kehidupan yang sedang dijalani sekarang ini, dapat dikatakan terlalu konservatif, tidak mau menerima kemajuan.

Sering sekali kita mendengar; "jangan terlalu mengejar keduniaan" atau, "tak apa sengsara di dunia, asalkan tidak menderita di neraka" juga, "harta dunia, tak ada artinya", dan masih banyak lagi. Tentunya ini hanya oknum, yang banyak kita jumpai di kehidupan kita. Prof Komaruddin menjelaskan 3 ajaran dasar dari semua rasul Tuhan, yaitu: bertauhid dan berserah diri kepada Tuhan, membangun keluarga yang penuh cinta kasih dan bahagia, membangun kehidupan sosial yang dijiwai nilai-nilai budi pekerti yang mulia. Rasulullah SAW sendiri telah melarang umatnya untuk menjadi fatalis. Dengan pemahaman demikian, mengkaji sebab-sebab kemunduran justru menjadi langkah awal menuju kebangkitan.  

Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Si., Ph.D. dalam uii.ac.id, "Menguak Penyebab Kemunduran Umat Islam". Mengatakan, "hal yang membuat umat Islam saat ini sedikit mengalami kemunduran yaitu masyarakat kurang mengapresiasi bakat di dalam dirinya, kurang mampu mengikuti perkembangan zaman, dan lamban dalam menelaah realita sosial". Begitu pula Drs. Imam Mudjiono, M.Ag. yang mengatakan bahwa, "Non muslim disiplin, kerja keras, selalu gatal/ haus kepada ilmu, pengabdian, kepedulian kepada fakir miskin".

Jika kemajuan agama dalam bidang ilmu pengetahuan serta memiliki kemandirian dalam hal ekonomi , tentunya masalah kesehatan mental pada kalangan generasi muda dalam hal tuntutan meniti karier serta permasalahan keuangan akan dapat teratasi dan tidak menjadi isu yang begitu mengkhawatirkan. Bersikap progresif pada kehidupan harusnya lebih dipentingkan ketimbang masalah ritual-ritual pribadi dalam kehidupan seseorang.

Islam mengajarkan umatnya untuk membangun suatu peradaban yang unggul, seperti halnya: kebertuhanan, berbudi pekerti luhur, keadilan dan kejujuran, penghargaan terhadap jiwa dan martabat manusia, berpendidikan, menghargai ilmu pengetahuan, membengun kemakmuran berdasar nilai dan semangat gotong royong, serta saling tolong menolong.

Reference:

  • Amallia, Siti. "Hakekat Agama Dalam Perspektif Filsafat Perenial." Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy 1.1 (2019): 1-18.
  • cnnindonesia.com, "Kesehatan Mental Jadi Isu yang Banyak Disorot Anak Muda Zaman Now", Oktober 2022.
  • hotcourses.co.id, "Menjadi Isu Global, Ini Pentingnya Kesehatan Mental Mahasiswa dan Pelajar", April 2022.
  • mediaindonesia.com, "Agama Diturunkan Tuhan untuk Memerdekakan Manusia", Agustus 2019.
  • republika.co.id, "Media Sosial dan Potensi Konservatisme Beragama Generasi Muda", Desember 2021.
  • republika.co.id, "Sebab-sebab Pemicu Kemunduran Umat Islam Era Kini", Oktober 2021.
  • sekolahathirah.sch.id, "Mengapa Umat Islam Mengalami Kemunduran dan Mengapa Umat Lainnya Mengalami Kemajuan?", Agustus 2021.
  • unair.ac.id, "Infografik: Isu Kesehatan Mental Remaja Indonesia", November 2022.
  • uii.ac.id, "Menguak Penyebab Kemunduran Umat Islam".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun