Mohon tunggu...
Wilujeng Windhiari
Wilujeng Windhiari Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar Sepanjang Hayat

Ibu rumah tangga, satu putra. Penulis buku-buku Ekonomi dan Akuntansi. Kadang jadi editor. Pernah jadi murid, mahasiswa, guru, akuntan, auditor, pebisnis, penjual sekaligus cs. From all of that, the best thing and I Love so much, is become a housewife and mother of my son.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mencari Wakil Rakyat yang Asli Indonesia

8 April 2014   21:58 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:54 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMILU sudah tinggal selangkah lagi. Beragam gambar caleg sudah dilepas dari pepohonan dan tembok atau pagar. Udara kembali berembus santai tanpa terhambat gambar bapak dan ibu calon legislator. Besok 9 April 2014 ditentukanlah siapa yang akan menjadi wakil rakyat Indonesia untuk masa 5 tahun mendatang.

Judul di atas dibuat, bukan karena sebagian besar warga negara Indonesia adalah orang asing. Indonesia memang memiliki banyak warga negara asing dan juga keturunan, namun yang maju menjadi caleg sebagian besar orang asli Indonesia. Tulisan ini juga tidak bermaksud memprofokasi atau SARA.

Sadarkah kita, sejak reformasi Indonesia di tahun 1999 banyak orang Indonesia menjadi bukan Indonesia. Setelah memegang kekuasaan, mereka akan menjadi orang partai. Orang-orang benar yang berseberangan dengan partainya tidak akan dipergunakan. Padahal tidak jarang mereka bisa memberi kontribusi besar untuk Indonesia. Lalu benarkah semua wakil rakyat yang dipilih untuk memelihara Indonesia, telah benar-benar menjadi orang Indonesia?

Orang asli Indonesia, berpikir untuk Indonesia bukan untuk kepentingan golongannya. Sejarah Indonesia dibentuk oleh beragam suku dan agama serta intelektualitas, namun dengan semangat sebagai orang Indonesia, para founding father mampu menjadikan negara yang terseok-seok sebab penjajahan ini dipandang oleh negara lain di dunia. Maka masa itu menjadi jaman awal yang gemilang, dimana banyak guru Indonesia menjadi tauladan bagi negara lain seperti Malaysia. Mereka orang Indonesia!

Masa berikutnya, kegemilangan tersebut berangsur turun. Sampai datanglah gelombang reformasi. Lalu terbentuklah beragam partai. Orang Indonesia menjadi golongan-golongan yang terpisah. Tidak masalah, namun ingat kita harus kembali menjadi orang Indonesia.

Kembali menjadi orang asli Indonesia, maka pemimpin tersebut berbuat segala sesuatu dengan memikirkan Indonesia. Jika ia akan melakukan korupsi, maka ia ingat bahwa perbuatannya akan merugikan Indonesia. Jika ia akan mengambil kebijakan, maka ia tidak perlu pertimbangan partai atau pengusungnya namun ia berpikir tentang Indonesia.

Saat ini banyak terjadi, pemimpin yang bukan lagi orang Indonesia. Ia adalah bapak GOLKAR, ibu PPP, saudara PKS, tante GERINDRA dan segala embel-embel partai lainnya. Jika partai yang menjadi tumpuan kerja para pemimpin maka kemana Indonesia? Indonesia bukan sekedar nama, namun kata para TNI "NKRI Harga Mati!"

Sungguh saya rindu pemimpin yang kembali menjadi orang Indonesia asli, yang mampu berpikir dan bertindak untuk Indonesia, bukan keamanan partainya.

PEMILU Legislatif tahun ini dibanjiri lagi dengan beragam janji. Ada yang akan memberikan beasiswa, kemudahan-kemudahan di bidang pemerintahan, partisipasi perempuan ditingkatkan dan beragam janji muluk lainnya, paling parah adalah terjadinya serangan fajar di pagi tanggal 9 April 2014.

Sebenarnya rakyat Indonesia, tidak butuh banyak janji. Kami hanya mencari wakil rakyat asli Indonesia. Ia berpikir, bekerja dan mengabdi untuk Indonesia bukan untuk partai atau pengusungnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun