Mohon tunggu...
Ajeng Tialin Natasya
Ajeng Tialin Natasya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Sastra Inggris

Seorang Mahasiswa yang belajar mendalami Sastra

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenang, Mengulas Sambil Belajar dari Simposium Nasional

29 Oktober 2021   18:59 Diperbarui: 29 Oktober 2021   19:03 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang sastrawan juga merupakan seorang pahlawan yang berjuang dan mencerdaskan masyarakat melalui karya-karya seni yang dituliskan. Oleh sebab, itu sastrawan juga dianggap berjasa dan dikenang oleh banyak orang. Seperti halnya Prof. Dr. H. Budi Darma, M.A. yang merupakan salah seorang sastrawan Indonesia yang berasal dari Surabaya yang juga merupakan seorang pengajar di Universitas Negeri Surabaya dikenal sebagai seorang yang patut dijadikan sebagai panutan. 

Beliau bukan hanya mengajarkan mengenai ilmu, namun juga mengajarkan pentingnya karakter kepada para mahasiswa. Selain itu, beliau juga merupakan seorang yang rendah hati dan berwibawa dilingkungan masyarakat. Oleh karena itu, kepergian beliau begitu mengejutkan masyarakat terutama keluarga besar Universitas Negeri Surabaya dan juga rekan-rekan terdekat yang mengenal beliau dengan sangat baik.

Itulah salah satu alasan diadakannya Simposium Nasional "Menuju Teori Sastra Dunia Jungkir Balik Budi Darma" secara online oleh Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya pada 14 September 2021. Acara tersebut bertujuan untuk mengenang, memahami lebih dalam dan mengingatkan kembali kepada masyarakat khususnya kepada para mahasiswa UNESA seperti saya yang masih sangat awam dengan pembahasan sastra dan ingin mempelajari sastra lebih dalam juga agar lebih mengenal sosok sang kesatria Sastra tersebut. 

Bagi saya acara ini sangatlah menarik bagi para mahasiswa yang tertarik dengan sastra sebagai salah satu wadah untuk mengenal, mempelajari dan memahami hal-hal baru mengenai sastra dari teori-teori kegemaran sang sastrawan kita yakni Prof. Budi Darma dalam proses pembuatan karya-karya tulis yang sangat luar biasa yang diulas kembali oleh 16 narasumber yang merupakan para pakar hebat dari praktisi maupun akademi.

Seperti halnya yang telah dijelaskan oleh narasumber acara tersebut, yakni Dr. Seno Gumira Ajidarma, S. Sn., M.Hum, yang merupakan seorang ilmuan sastra Indonesia bahwa dalam karya-karya Prof. Budi Darma mengangkat persoalan-persoalan manusia. Pernyataan tersebut juga ditegaskan kembali oleh salah seorang narasumber yakni M. Shoim Anwar bahwa Prof. Budi Darma mengangkat persoalan-persoalan manusia yang menunjukkan kesendirian, kesepian, kegagalan, kesulitan dalam bersosialisasi, kesia-siaan dan berujung pada kesendirian lagi. 

Karya-karya tersebut ditulis dari hasil pengamatannya terhadap manusia disekelilingnya yang berasal dari prinsip teguh sang sastrastawan hebat kita, Prof. Budi Darma yang kemudian menjadi suatu obsesi yang diterapkan secara konsisten. Bahkan menurut hasil pengamatan narasumber lainnya yakni Bapak Suyatno, Prof. Budi Darma menjadikan peranan manusia seutuhnya sebagai subjek inti mengenai masalah internal hingga eksternal yang tidak dapat diprediksi dan berulang yang kerapkali terjadi didalam kehidupan.

Oleh sebab itu, dengan hanya berbekal inspirasi yang terlintas dalam otak Prof. Budi Darma dapat memunculkan cerita-cerita hasil pengamatnnya dan mengasilkan suatu karya tulis yang terselipkan pembelajaran yang sangat bermakna untuk menjalani kehidupan sebagai seorang manusia. Karena pada dasarnya manusia menjalani hidup dalam misi pencarian identitas, bertahan dan menghadapai rintangan walaupun berkali-kali menghadapi kegagalan. 

Dari pemikiran itulah Prof. Budi Darma mengatakan bahwa, menjadi seorang penulis tidak melulu harus berpendidikan tinggi, karena penulis sejati merupakan seseorang yang menulis tanpa adanya persiapan apapun namun, memiliki pengalaman batin, kepekaan, imajinasi dan kemampuan yang membuatnya dengan mudah dapat menulis suatu cerita. Dalam pernyataan narasumber Okky Puspa Madasari, kemampuan tersebut merupakan kepampuan intelektual yang menjadi salah satu syarat penting menjadi seorang penulis yang baik. 

Karena tidak ada seorang intelektual yang memiliki sifat individualis, para intelektual memiliki rasa peduli yang tinggi sehingga mereka terlibat pada apapun yang terjadi pada masyarakat. Tokoh-tokoh besar seperti Syed Hussein Alatas, dan Pramoedya Ananta Toer memiliki pendapat yang sama mengenai pentingnya intelektualitas dan mengulas mengenai hal tersebut pada tulisan-tulisan mereka. 

Bahkan Prof. Budi Darma pun sependapat akan hal tersebut dan mengatakan bahwa kualitas suatu karya ditentukan berdasarkan kemampuan intelektual sang penulis, karena bakat tanpa suatu tekat yang besar tidaklah cukup untuk itu antara penulis dengan lingkungan masyarakat haruslah tidak berjarak.

Dari beberapa ulasan tersebut kita semua dapat mengetahui mengenai kepribadian dan kehebatan Prof. Budi Darma. Tidak hanya sebagai seorang sastrawan, namun beliau memanglah pribadi yang sangat membanggakan dilingkungan masyarakat dilingkungan sekitar. Setiap karya yang dituliskan memuat suatu pengalaman yang dapat dijadikan suatu pembelajaran bagi semua orang. 

Terima kasih Prof. Budi Darma atas karya-karya luar biasa dan juga atas pelajaran dari pengalaman-pengalaman yang sangat bermaknanya. Selamat Jalan, Prof. Budi Darma. Karya-kaya hebatmu akan selalu menginspirasi dan sangat berarti bagi kami.
 

(Ajeng T N.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun