Dua lelaki dengan hidup yang berbanding terbalik, Neil dan Brian, dipertemukan oleh nasib karena memiliki ketertarikan yang sama persis, yaitu topik penculikan alien. Ketika diulik lebih dalam, keduanya juga ternyata sama-sama memiliki masa lalu yang kelam, yaitu menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh pelatih bisbol saat keduanya masih kanak-kanak.Â
Film ini memperlihatkan bagaimana seseorang, khususnya laki-laki, berhadapan dan mengatasi trauma seksual yang ia alami di masa lalu. Sepanjang film, kedua protagonis sering diliputi oleh kilas balik yang mengganggu ketenangan batinnya. Sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri, mereka membuat sebuah keyakinan palsu bahwa mereka adalah korban penculikan alien.
     6. A Beautiful Mind - Skizofrenia
Film A Beautiful Mind mengisahkan seorang genius matematika sekaligus penerima penghargaan nobel bernama Nash yang menderita skizofrenia. Dia meyakini bahwa dirinya adalah mata-mata yang dikejar oleh agen federal. Meski demikian, sang istri terus setia mendampingi Nash dalam menghadapi penderitaan jiwa yang tak berkesudahan.
Skizofrenia yang dialami Nash hadir dalam wujud kecemasan tak masuk akal dan keyakinan yang tidak nyata. Ia melihat pola-pola imaginatif di banyak hal padahal mereka tidak saling berhubungan sama-sekali. Kondisinya ini akhirnya ditangani oleh seorang psikiater yang berhasil membantu Nash mengatasi gejala-gejalanya.
  7. A Man Called Otto - Depresi & Gangguan Obsesif Kompulsif
Seorang kakek tua penggurutu baru saja kehilangan istri tercintanya. Karena tidak memiliki keluarga ataupun anak, dia hanya menghabiskan waktu berkabungnya sendirian. Dilanda oleh rasa sepi dan depresi yang mendalam, ia beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri, tapi (untungnya) selalu gagal. Kehidupan Otto berubah setelah menjalin hubungan kekerabatan dengan keluarga yang baru pindah di sebelah rumahnya.
Film psikologi yang satu ini memperlihatkan tokoh dengan tanda-tanda gangguan obsesif kompulsif. Otto sangat tegas akan aturan. Dia bisa langsung marah, berteriak, atau memasang wajah kesal apabila ada orang yang mengabaikan aturan sekecil apapun. Gangguan tersebut diikuti oleh depresi yang membuat karakter ini sulit membangun hubungan dengan orang lain. Pada akhirnya ia bisa mengatasi kesulitannya.