Mohon tunggu...
Ajeng Rizqi Ningrum
Ajeng Rizqi Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya merupakan mahasiswi semester 1 fakultas ekonomi jurusan perbankan syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Indikator Moderasi Beragama dalam Hidup Bernegara

1 November 2023   23:48 Diperbarui: 1 November 2023   23:50 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENTINGNYA INDIKATOR MODERASI BERAGAMA DALAM HIDUP BERNEGARA


Indonesia merupakan negara demokrasi, sehingga perbedaan pandangan dan kepentingan sering terjadi. Begitu juga dalam beragama, negara memiliki peran penting dalam menjamin keamanan masyarakat untuk memeluk dan menjalankan agamanya sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan yang dipilih. Telah diketahui bersama, bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai macam pulau, ras, etnis, bahasa, dan suku yang berbeda-beda. Dengan adanya berbagai macam perbedaan, tersebut tidak heran jika Indonesia disebut sebagai salah satu negara multikultural.

Setiap agama pasti memiliki aturan terkait dengan toleransi. Islam sebagai agama terbesar yang dianut oleh mayoritas masyarkat Indonesia tentunya memiliki aturan-aturan yang mengacu kepada kemaslahatan umat. Setidaknya, aturan- aturan itu memiliki korelasi dengan misi moderasi beragama yang menjadi landasan negara Indonesia. Oleh sebab itu, perlu adannya moderasi dalam setiap keagamaan, karena tujuan utama moderasi ialah mengambil jalan tengah untuk setiap agama dan tidak condong ke satu agama serta tidak merugikan ke satu agama lain. Oleh karena itu, adanya moderasi sangat dibutuhkan bagi setiap agama.

Moderasi beragama sangat penting dalam memperkuat persatuan dan menjaga kerukunan antarumat bangsa Indonesia. Dalam konteks tersebut, perwujudan dari moderasi beragama dilakukan dengan berperilaku menjalankan ajaran agama dengan mengedepankan keadilan dan keseimbangan. Moderasi beragama bisa diwujudkan apabila seseorang memahami ajaran agamanya secara utuh.

Istilah moderasi berasal dari Bahasa Latin, yakni dari kata moderatio yang bermakna kesedangan (tidak berlebihan dan kekurangan) atau dapat juga bermakna sebagai bentuk penguasaan diri dari seorang individu untuk tidak melakukan sikap yang berlebihan maupun kekurangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata moderasi memiliki dua arti yaitu pengurangan kekerasan dan penghindaran keekstriman.
Dengan ini, moderasi beragama dapat dimaknai sebagai sikap yang tidak berlebihan atau tidak ekstrim terhadap satu agama tertentu. Atau dengan kata lain moderasi beragama berarti sikap yang seimbang antara mengamalkan ajaran agama sendiri dan menghormati adanya praktik agama yang lain.

Dalam konteks beragama, moderasi beragama berarti cara pandang, sikap dan perilaku yang selalu mengambil posisi di tengah-tengah, bertindak adil dan tidak ekstrim dalam beragama. Dengan ini dapat dikatakan, bahwa moderasi beragama merupakan unsur kunci untuk menciptakan iklim toleransi dan kerukunan dalam hidup bersama. Sikap ini merupakan jalan tengah yang dapat menghindarkan para pemeluk agama dari sikap keekstriman dan kefanatikan yang berlebihan.
Karena mengutamakan keseimbangan dan keadilan dalam pemahaman keagamaan, maka moderasi beragama akan terlihat indikatornya ketika paham keagamaan tersebut searah dengan diterimanya sikap tersebut terhadap nilai-nilai, budaya, dan kebangsaan. Pemahaman keagamaan ini lebih mengedepankan pada sikap toleransi untuk kemajuan bangsa dan negara yang didasari oleh semangat kebhinekaan. Berdasarkan pada realitas tersebut, indikator moderasi beragama ini adalah sikap ekspresi paham keagamaan dengan komitmen kebangsaan, toleransi, anti radikalisme dan kekerasan, dan melihat ekspresi keagamaan yang akomodatif terhadap kebudayaan lokal.

Indikator pertama dari moderasi beragama yaitu komitmen kebangsaan. Komitmen tersebut merupakan indikator yang sangat penting untuk melihat sejauh mana cara pandang dan perspektif keagamaan seseorang atau kelompok tertentu terhadap ideologi kebangsaan, terutama komitmennya di dalam menerima Pancasila sebagai ideologi dasar dalam bernegara. Persoalan komitmen kebangsaan saat ini sangat penting untuk diperhatikan terutama ketika dikaitkan dengan kemunculan paham-paham baru keagamaan yang tidak akomodatif terhadap nilai-nilai dan budaya yang sudah lama terlekat sebagai identitas kebangsaan yang luhur. Pada saat yang sama, persoalan komitmen kebangsaan saat ini juga sangat penting untuk diperhatikan ketika muncul paham-paham baru keagamaan yang bersifat multinasional.

Dalam indikator kedua, yaitu indikator toleransi, dimana indikator tersebut merupakan sikap untuk memberi ruang dan tidak mengganggu orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat serta aspirasi meskipun hal tersebut berbeda dengan yang kita yakini. Sikap terbuka seperti ini menjadi titik penting dari toleransi. Selain keterbukaan dalam menyikapi perbedaan, toleransi mengandung sikap menerima, menghormati orang lain yang berbeda, serta menunjukkan pemahaman yang positif.

Selain itu, indikator ketiga dalam moderasi beragama yaitu anti radikalisme dan kekerasan. Maksud dari indikator ini sendiri yaitu radikalisme dan kekerasan biasanya muncul sebagai akibat dari pemahaman keagamaan yang sempit. Sikap dan ekspresi yang muncul dari ideologi dan pemahaman ini cenderung ingin melakukan perubahan dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Kekerasan yang muncul dari sikap dan ekspresi keagamaan radikal tidak hanya pada kekerasan fisik, namun juga pada kekerasan nonfisik, seperti menuduh sesat kepada individu maupun kelompok masyarakat yang berbeda paham dengan keyakinannya tanpa argumentasi yang logis dan realistis.

Dan indikator moderasi beragama yang terakhir, yaitu adaptif terhadap budaya lokal. Indikator ini biasanya terjadi dimana perjumpaan antara agama, khususnya Islam, dan budaya kerap mengundang perdebatan yang cukup panjang dan menyisakan beberapa persoalan. Sementara budaya adalah hasil kreasi manusia yang dapat berubah sesuai kebutuhan hidup manusia. Hubungan antara agama dan budaya merupakan sesuatu yang bertentangan. Di titik ini, kerap kali terjadi pertentangan antara paham keagamaan, terutama keislaman dengan tradisi lokal yang berkembang di masyarakat setempat.

Sudah selayaknya kita sebagai umat beragama yang baik senantiasa untuk menanamkan moderasi dalam keagamaan karena sangat memiliki manfaat yang banyak. Untuk menanamkan yang namanya moderasi, berarti setiap agama harus mementingkan agama lain dan tidak mementingkan agamanya sendiri sehingga implementasi moderasi itu dapat terlaksana secara maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun