Mohon tunggu...
Ajeng Nurasyiah
Ajeng Nurasyiah Mohon Tunggu... Lainnya - 🌻

Hanya insan biasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bangkit

10 Februari 2021   07:31 Diperbarui: 10 Februari 2021   07:40 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Beberapa bulan kemudian ibuku membangun sebuah usaha kecil-kecilan yang hingga saat ini masih dijalankan yaitu membuat kios mini untuk bahan-bahan sembako dengan adanya usaha itu dapat mencukupi kebutuhan hidup saat ayahku telah tiada.

Hari demi hari suasana dirumah berbeda kembali pada kesibukan masing-masing yaitu ibu berdagang,aku dan adik-adikku bersekolah sedangkan kakak ku masih terdiam dirumah mungkin kakakku masih belum ikhlas dengan keadaan seperti ini tetapi aku menasehatinya "kak jadilah sosok ayah yang tegar,sabar,bertawakal,semangat dan tidak mudah menyerah." Alhamdulillah kakakku sudah menerimanya dengan ikhlas,Karena kakakku berpikir bahwa ayahku bisa seperti orang yang dibanggakan dalam keluarga masa dia tidak bisa menirukannya seperti ayahku.

Keesokan harinya kakakku mencoba mencari sebuah pekerjaan tepatnya berada di SANBE setelah menunggu beberapa minggu kakakku akhirnya keterima untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Hari terus berganti aku menyendiri untuk menenangkan pikiran.Aku berpikir perkataan ayahku sebelum pergi untuk selama-lamanya itu sangat berkesan karena aku harus tetap tersenyum dalam hal sesulit apa pun.Aku sangat mengenang perjuangan ayahku selama masa hidupnya yang tak kenal lelah dan tak pantang menyerah.

Beberapa tahun ditinggalkan keluarga kami melewati hal-hal yang sulit tetapi kami tetap menjadi keluarga yang bahagia tidak terpuruk berlarut-larut untuk luka dalam ini.Kami bangkit untuk keluarga yang bahagia dan menjadikan sosok ayah yang patut diikuti dan dikenang.

Aku sangat amat kehilangan karena aku orang yang selalu dekat dengan sosok ayah,merasa hancur tak berdaya atas kehilangan sosok ayah yang segalanya untuk keluargaku.


Kuhampiri jalan yang sering kita lewati Setiap hari kita di sini ditempat perteduhan bumi ini ku menanti hadirmu 'tuk kembali tetapi tidak mungkin terjadi.Hanya kenangan yang tersisa di sini

Senyumanlah yang dapat menenangkan segalanya untuk itu aku dapat menjadi seorang yang murah senyum,karena seorang ayah yang membuatku untuk selalu tersenyum.

Kubiarkan senyumku ini menari di udara agar semua tahu kematian tak mengakhiri segalanya.

Terasa saat ayah tiada hari-hariku menjadi kurang suatu hal,tetapi aku dalam kekurangan itu aku menjadi semangat dalam belajar,membantu ibu,menemani adikku entah mengapa mungkin karena ayahku,jika ayahku melihat dari atas sana bahwa aku sudah baik-baik saja dan sudah ikhlas kehilangan sosok ayah.

Memang terkadang prosesnya tak semudah yang dikatakan,namun dengan tak menerima dan tak mengikhlaskan tak membuat prosesnya menjadi lebih mudah.

Aku harus menerima dan mengikhlaskan hal-hal yang telah terjadi,karena berhak untuk memperoleh kedamaian hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun