Mohon tunggu...
Ajeng Oxa Nisa
Ajeng Oxa Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN walisongo semarang tahun angkatan 2020

bekerja keraslah selagi masih muda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Munculnya Virus Corona (Covid-19) di Era Generasi Millenial

24 April 2022   12:52 Diperbarui: 24 April 2022   19:11 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Munculnya Virus Corona (Covid-19) di Era Generasi Milenial

Ajeng Oxa Nisa

 Universitas Islam Negri Walisongo Semarang

Email : ajengnisa0352@gmail.com

 

Corona Virus Disease atau dengan nama lain virus corona atau covid-19 yang pertama kali muncul di Kota Wuhan Cina pada akhir tahun 2019, virus ini kemudian mendadak menjadi teror mengerikan bagi masyarakat dunia, setelah merenggut ribuan nyawa manusia dalam jangka waktu yang sangat singkat. Virus corona (covid-19) adalah penyakit menukar yang disebabkan oleh virus SAR-Cov. Menurut Kemenkes RI (2020), Coronavirus (CoV) adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan hingga berat. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia), penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civetcats) ke manusia.

Pandemi covid-19 sangat berpengaruh dalam aspek kehidupan manusia seperti pembatasan di kegiatan sehari-hari. Pemberlakuan berbagai kebijakan baru dari pemeritah untuk menghindari penyebaran penyakit, yaitu dengan jaga jarak, bekerja dan belajar dari rumah, pembatasan kegiatan skala besar dan pembatasan bepergian, memaksa masyarakat untuk menyesuaikan diri dalam keadaan tersebut. Belum lagi rasa takut tertular covid-19, kondisi ini menyebabkan timbulnya masalah psikologis seperti kecemasan, harapan rendah, dan emosi negatif. Upaya untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan mental remaja generasi milineal sangat diperlukan, salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah meningkatkan pemahaman manajemen diri dalam menghadapi masalah psikologis akibat covid-19.

Generasi  millenial  menjadi  generasi  yang  mendominasi usia  produktif  dan berperan  besar  pada  era  saat ini.  Sebagai  generasi  dengan  populasi terbesar,   generasi   milenial   akan   memegang   kendali   atas   roda   pembangunan khususnya  dibidang  ekonomi, namun  generasi  milenial  juga  dikenal  sebagai generasi yang konsumtif. Disisi lain, pandemi covid-19 yang melanda dunia telah memberikan  dampak besara bagi para generasi milineal,bahkan tidak sedikit dari berbagai belahan dunia generasi milineal ini menjadi korban terjangkitnya virus corona (covid).

Covid-19 di Era Generasi Milineal

Menurut Yuswohady (dalam Hidayatullah 2018:241) generasi millenial, adalah generasi modern yang hidup di pergantian milenium. Pada era ini teknologi digital mulai merasuk ke segala aspek kehidupan. Generasi millenial atau yang disebut juga generasi Y ini lahir sekitar tahun 1980 sampai 2000, jadi bisa dikatakan generasi milenial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia sekitar 22--40 tahun. Studi Lancaster & Stillman dalam (Hidayatullah 2018:242) menjelaskan bahwa generasi millenial ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan, seperti email, SMS, instant messaging dan media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram dll, sehingga generasi juga diidentikkan dengan generasi yang tumbuh pada era internet booming.

Pada tanggal 2 Maret 2020, Presiden  Republik  Indonesia  mengumumkan secara resmi adanya kasus covid-19, tak lama berselang sekitar 16 Maret 2020 covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO). Setelah itu pemerintah Indonesia menginstruksikan untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada setiap daerah. Pola tatanan kehiupan baru dengan munculnta covid-19 ini mengharuskan masyarakat, termasuk generasi millenial menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini dan siap tidak siap mereka harus menghadapi tantangan baru, seperti perubahan rutinitas sehari-hari, keterbatasan berinteraksi, adaptasi dengan teknologi, dan ketidakpastian hingga kapan situasi tersebut akan berakhir. Menurut survey Deloitte Millennial Global 2020 bahwa di 43 negara, ada 48 persen generasi millenial mengalami stres setiap saat, salah satu faktor yang membuat generasi millenial mengalami peningkatan stres adalah akibat pengaruh masalah keuangan, kesejahteraan keluarga, dan masa depan karier (Deloitte 2020:4-12).

Dalam menghadapi situasi krisis Generasi millenial menerapkan berbagai macam strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dengan menggunakan strategi yang diadopsi dari Suharno (2003) yang menggolongkannya menjadi tiga kategori, yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan, sebagaimana yang akan dibahas berikut ini.

Strategi Aktif

Strategi aktif ini sendiri merupakan strategi atau cara bertahan hidup seseorang dengan mengoptimalkan dan memanfaatkan segala potensi dan pengalaman yang dimiliki, dalam rangka mencari pekerjaan sampingan untuk mendapatkan pendapatan, seperti memanfaatkan hobi yang diminati, bekerjasama dengan teman serta keluarga yang memiliki potensi yang sama, dan pengalaman kerja. Kondisi pandemi Covid-19, membuat strategi aktif ini menjadi salah satu strategi penting bagi millenial dalam bertahan hidup dengan memanfaatkan segala potensi, pengalaman dan kemampuan yang ia miliki.

Strategi Pasif

Strategi pasif ini merupakan strategi bertahan hidup dengan berusaha meminimalisir pengeluaran. Selama masa pandemi Covid-19, strategi pasif ini menjadi salah satu strategi dimana generasi millenial mencoba hidup Strategi Generasi  Millenial Bertahan Hidup Dalam Masa Pandemi Covid-19  dengan berhemat atau berusaha meminimalisir pengeluaran yang tidak penting (seperti mengubah gaya hidup, dari hidup komsumtif menjadi hidup berhemat). Selain itu, melakukan penghematan dengan cara memprioritaskan sandang dan pangan serta mengefisienkan sumber daya yang dimiliki.

Strategi  jaringan 

Strategi jaringan yang umum dilakukan generasi millenial yaitu dengan cara memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dengan cara meminjam atau meminta bantuan berupa uang pada kerabat, pihak pengadaian dan memanfaatkan bantuan sosial lainnya. Bantuan sosial yang diterima oleh generasi millenial ini menjadi modal sosial yang sangat berperan penting sebagai penyelamat ketika ada generasi millenial dari keluarga yang membutuhkan uang, dan kurang mampu atau tergolong miskin.

Covid dalam pandangan Islam.

Wabah covid-19 yang terjadi saat ini hampir sama  dengan pada zaman Nabi Muhammad SAW. yang juga sama terjadi wabah menular dan mematikan. Cara pencegahanya pun hampir sama, walaupun sampai saat  ini belum ada yang menemukan obat penyembuh covid-19. Mengingat kembali kejadian wabah yang terjadi pada zaman Rasulullah, wabah tersebut bernama kusta atau lepra. Kusta adalah wabah yang menular dan mematikan sebelum ditemukan obatnya. Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae, kuman ini terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat (Mongi 2012). Secara psikologis kuman ini mengakibatkan bercak, benjolan-benjolan pada kulit membentuk paras yang menakutkan, dan kecacatan , hal ini menyebabkan penderita kusta merasa rendah diri, depresi, dan menyendiri(Laksmono 2009:18). Penyakit kusta ditularkan melalui kontak langsung melalui kulit dan saluran pernapasan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang lama (Depkes RI 2005).

Pada saat itu Nabi Muhammad SAW merupakan kepala negara dan pemimpin agama, semua urusan dunia atau akhirat merupakan pedoman untuk kaumnya hingga sekarang, karena wahyu datangnya langsung dari Allah SWT dalam bentuk perintah atau larangan(Mukharom 2020 :239 ). Pada saat Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah ke Madinah juga terdapat wabah, tetapi bukan penyakit kusta seperti yang Nabi Muhammad SAW temui, lalu Beliau memerintahan kepada para pengikutnya agar bersabar dan selalu mengharapkan pertolongan yang datang dari Allah SWT. Disebutkan pada hadits riwayat Bukhari yaitu bagi orang yang bersabar dijanjikan surga dan pahala untuknya karena penyakit kusta tersebut sangat mudah menular, maka Nabi memperingkatkan kepada kaumnya untuk menjaga jarak atau jangan mendekati wilayah yang sedang terjangkit wabah tersebut. Pada hadits riwayat Bukhari menjelaskan "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya, tetapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." hadits tersebut sangat mirip dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah saat terjadinya wabah virus covid-19, yaitu karantina wilayah. Karantina wilayah merupakan kegiatan pembatasan masyarakat pada suatu wilayah dan juga termasuk wilayah pintu masuk dan isinya yang ada dugaan tertular penyakit atau terpapar covid-19 untuk mencegah penyebaran virus penyakit atau yang terkontaminasi (Pasal 1 angka 10 UU Kekarantinaan Kesehatan). Pasal 9 Undang-Undang dengan nomor 6 tahun 2018 dijelaskan tujuan diselenggarakannya kegiatan karantina wilayah yaitu agar masyarakat terlindungi dari covid-19 dan meningkatkan keutuhan ketahanan Nasional pada bidang kesehatan didalam masyarakat serta memberi jaminan pelindungan maupun kepastian hukum untuk masyarakat serta petugas di bidang. Kesehatan, berguna untuk mengetahui apakah pendatang tersebut muncul gejala-gejala tertular virus covid-19, apabila muncul gejala-gejala tersebut maka akan dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

Kembali lagi pada wabah penyakit yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW menaklukkan Irak dan Syam, setelah peperangan yang sangat sengit di Yarmuk, kemudian kaum muslimin menetap di negeri Syam. Setelah itu datanglah wabah penyakit korela yang menelan kurang lebih 25.000 jiwa pada saat itu( Mahir Ahmat 2007:46 ). Oeh sebab itu tidak heran jika virus covid-19 sering disangku pautkan dengan penyakit ini, karna memang keduanya hampir rmirip dan sama sama menelan korban puluhan juta jiwa.

Kajian Islam ilmiah pun disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. 'Abdurrazzaq bin 'Abdil Muhsin Al-'Abbad Al-Badr pada 14 Rajab 1441 H/09 Maret 2020 M. saat ini manusia banyak sekali membicarakan tentang suatu musibah yang besar yang ditakuti oleh kebanyakan masyarakat, yaitu virus yang terkenal dengan virus corona (covid-19), dimana masyarakat banyak membicarakan tentang pengaruh dan bahaya yang akan terjadi oleh virus ini, juga mereka membicarakan tentang tata cara untuk menghindar dan selamat dari virus tersebut. Kemudian beliau memaparkan tentang petunjuk-petunjuk Alquran dan cara-cara yang dapat menerangkan jalan seorang mukmin untuk menghadapi permasalahan seperti ini. Diantara petunjuk-petunjuk Alquran yang sangat agung yaitu bahwa seorang hamba tidak akan ditimpa suatu musibah kecuali Allah SWT telah menuliskan dan mentakdirkan musibah tersebut

Allah SWT  berfirman:

 "Katakanlah: Tidak akan menimpakan kami kecuali apa yang Allah telah tuliskan untuk kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah[9]: 51).

Allah SWT. juga berfirman:

"Tidak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, akan Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya." (QS. At-Thaghabun[64]: 11)

Allah SWT. juga berfirman:

 "Tidak ada suatu musibah yang turun di bumi juga yang menimpa diri-diri kalian kecuali telah dituliskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala." (QS. Al-Hadid[57]: 22)

Maka tidaklah seorang hamba ditimpa satu musibah kecuali apa yang Allah telah tuliskan kepadanya. Maka sungguh seorang hamba sangat butuh dalam kondisi seperti ini untuk selalu memperbaharui keimanannya, memperbaharui keyakinannya terhadap takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan bahwasanya semua yang ditulis pasti terjadi. Dan apa yang menimpa seorang hamba tidak akan meleset darinya dan apa yang meleset dari seorang hamba tidak akan menimpanya dan apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala inginkan pasti terjadi dan apa yang Allah tidak inginkan tidak akan terjadi.

Kesimpulan.

Untuk dapat bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19, generasi millenial menerapkan tiga macam strategi, yaitu strategi aktif, strategi pasif, dan strategi jaringan. Strategi aktif dilakukan dengan membuka usaha dan berkreasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki . Srategi pasif dilakukan dengan cara hidup berhemat, mulai berhemat makanan, listrik, dan pangan. Strategi jaringan diterapkan dengan bantuan keluarga (berbentuk peminjaman), bantuan lembaga peminjaman (dalam bentuk uang tunai untuk usaha), dan bantuan pemerintah (berupa sembako). Di antara ketiga strategi tersebut, ada yang mengombinasikan antara strategi aktif dan pasif.

Penyakit Covid ini kerap disamakan dengan penyakit yang muncul pada zaman Nabi Muhammad SAW, dan pada tahayul atau keykinan masing masing orang, ada yang menyebutkan bahwa setiap generasi kemungkinan besar akan muncul masamasa pagebluk, masa ini yang dimaksud munculnya penyakit dengan memakan tidak sedikit korban dan kemunculannya mendunia atau menyebar ke berbagai belahan dunia.

Referensi

Ahmad Ash-Shufiy, Mahir, 2007. "Tanda-Tanda Hari Kiamat, Tanda-Tanda Kecil dan Menengah". Solo : Tiga Serangkai, 46.

Deloitte. 2020. The Deloitte Global Milennial Survey 2020 Resilient Generations Hold The Key To Creating A "Better Normal", 4-20.

Hidayatullah, S. 2018. Perilaku Generasi Milenial Dalam Menggunakan Aplikasi Go-Food, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 241-242.

Istiarti, Tinuk and Laksmono Widagdo. 2009. "Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Persepsi Penderita Terhadap Stigma Penyakit Kusta," Promosi Kesehatan Indonesia, 4, no. 1 : 18-24. https://doi.org/10.14710/jpki.4.1.18-24

Kemkes. " Pertanyaan Dan Jawaban Terkait COVID-19,", https://www.kemkes.go.id/article/view/20031600011/pertanyaan-dan-jawaban-erkait-covid-19.html..

Mukharom Mukharom and Havis Aravik, "Kebijakan Nabi Muhammad SAW Menangani Wabah Penyakit Menular Dan Implementasinya Dalam Konteks Menanggulangi Coronavirus Covid-19," SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7, no. 3 (2020): 239--246, https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15096

Mongi, Rilauni Angelina. 2012. "Gambaran Persepsi Penderita Tentang Penyakit Kusta Dan Dukungan Keluarga Pada Penderita Kusta di Kota Manado," http://fkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads/2012/10/Rilauni-Mongi.pdf.

Muharry, Andy. 2014  "Faktor Risiko Kejadian Kusta," Kesehatan Masyarakat no. 2 , 82-174, https://doi.org/10.22146/bkm.25569.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun