Mohon tunggu...
Ajeng Mustika
Ajeng Mustika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Airlangga

Library(an)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lumbung Ilmu Sepanjang Waktu

11 Juni 2022   23:00 Diperbarui: 11 Juni 2022   23:02 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lempeng huruf paku berjajar rapih sesuai dengan pokok bahasannya. Di tata sesuai dengan warna untuk membedakan klasifikasi sumber ilmunya. Gambaran ini merupakan sebuah perpustakaan tertua di dunia. Perpustakaan Ashurbanipal yang memuat hampir 30.000 lempeng huruf paku. Salah satu koleksi ternamanya adalah Epic Gilgamesh yang merupakan puisi epik dari zaman mesopotamia kuno. Sejak zaman dahulu, perpustakaan memang dianggap sebagai tempat disimpannya pengetahuan. Dimana masyarakat mencari informasi dan menyebarkan informasi yang menyangkut dengan ilmu pengetahuan melalui perpustakaan.

Gedung dan buku merupakan padu padan sebagai pembangun perpustakaan. Sebuah gedung jika dilihat dari prespektif gunanya tidak akan seberapa jika di dalamnya tidak tersimpan sebuah fungsi pengetahuan yang akan memberikan manfaat kepada manusia. Akan tetapi makna yang terkandung didalamnya akan menjadi sangat bermakna apabila di isi dengan sebuah buku yang sering disebut dengan jendela dunia. Bayangkan, manusia hanya berdiam di tempat dengan sebuah buku saja ia dapat mengetahui sebuah informasi. Bisa jadi informasi yang diketahui merupakan sebuah rahasia dunia hanya dengan melalui buku yang dibacanya.

Demikian dengan buku, karena bisa jadi sebuah buku ditulis dan dikarang yang informasinya memberikan manfaat kepada orang lain. Buku merupakan harkat yang tidak terhingga. Perpustakaan tidak hanya tempat menyimpan dan terkenal sebagai lokasi dimana kutu buku berkumpul. Menurut saya, perpustakaan adalah lumbung ilmu. Dimana semua pengetahuan sepanjang waktu tersimpan. Manusia masa kini mungkin tidak akan mengingat Einstein sebagai manusia paling cerdas pada masanya atau Isaac Newton yang kepalanya pernah dijatuhi dengan buah apel sehingga dapat menemukan adanya gaya grafitasi. Tanpa disimpannya informasi penting seperti itu, nama manusia yang memiliki jasa dalam penemuannya tidak akan dikenal hingga saat ini. Bayangkan berapa periode zaman yang akan hilang dan tidak akan dikenang dalam ingatan jika sebuah perpustakaan sebagai lumbung pengetahuan hilang begitu saja?

Sesuai dengan perkembangan sejarah, buku-buku pada perpustakaan Alexandria di Mesir pernah terbakar. Muncul aroma kata-kata dan ilmu pengetahuan berasal dari abu buku yang berterbangan. Peristiwa tersebut terjadi pada masa saat penguasa Alexandria diduduki oleh Penguasa Romawi, Julius Caesar. Padahal kebanyakan masyarakat pada masa ini menjadikan perpustakaan sebagai lokasi pencarian informasi melalui buku atau teks yang tersedia. Perpustakaan Alexandria ini juga menjadi lokasi pembelajaran di sekitar Mediterania. Banyak pemikir hebat yang terlahir dengan adanya perpustakaan ini. Namun, akibat dari peristiwa kebakaran yang ternilai rupanya menyebabkan banyak informasi penting hilang dan lenyap dengan begitu saja.

"Jika ingin menghilangkan sebagian besar catatan sejarah, maka musnahkan saja perpustakaan yang tersedia pada masanya."

Berkaca dari kejadian pada masa itu, artinya perpustakaan memiliki peran yang penting. Sesuai dengan berkembangnya zaman, perpustakaan tidak hanya menjadi media informasi yang menyediakan buku. Namun juga dokumen, rekaman, arsip wilayah, dan masih banyak lagi. Saat ini perpustakaan mulai berkembang menjadi berbagai jenis, menyesuaikan dengan lembaga yang menaunginya. Unsur perpustakaan tidak lagi gedung dan buku saja, tetapi ada juga pustakawan sebagai nyawa yang menghidupkan unsur tersebut.

Saya pernah mendapatkan sebuah rekomendasi film mengenai pustakawan sebagai nyawa dari perpustakaan itu sendiri. Film yang berjudul The Librarian From Black Lagoon menceritakan seorang tokoh pustakawan yang memiliki kepribadian kurang ramah, sehingga menakuti para pemustaka untuk berkunjung ke perpustakaan. Nilai etika perpustakaan sangat dipengaruhi oleh pelayanan pustakawan terhadap pemustaka. Pustakawan yang dulunya hanya dicap sebagai 'penjaga buku', saat ini memiliki fungsi yang lebih kompleks sebagai knowlegde manager dan subject specialist mengingat saat ini banyak lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan baru. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan bahan pustaka pada masa kini, pustakawan memiliki kewajiban dalam membuat koleksi digital untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

Sekarang meskipun berjarak dengan perpustakaan, pengguna dapat menjadi lebih dekat dengan ilmu pengetahuan. Transformasi perpustakaan masa kini telah menambah fitur baru sebagai tempat pengembangan diri. Untuk menarik pengunjung datang, biasanya perpustakaan mengadakan kursus ataupun seminar yang berguna untuk pembacanya. Dampak dari semakin berkembangnya teknologi yang semakin kompleks, perpustakaan selalu memperbarui fitur dan fasilitasnya agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan informasi penggunanya. (AM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun