Sejarah islam tidak dapat dijauhkan dari kehidupan Rasulullah SAW sebagai rahmatal lil 'alamiin. Rasul memulai langkahnya ketika hijrah ke Madinah dengan membangun masjid yang dikenal dengan masjid Nabawi, mempersaudarakan antara kaum muslimin tanpa mengenal latar belakang keluarga, suku, ras dan golongan, membuat traktat pertama kali dala sejarah dan merupakan perjanjian kesepakatan pertama di dunia yakni Madinah Charter atau Piagam Madinah yang berisi persatuan umat islam dan non muslim, perjanjian perdamaian dan kerjasama. Dalam piagam tersebut juga tertera beberapa prinsip dalam hidup bermasyarakat yakni :
- Al Musawah. Persamaan kedudukan sebagai warga negara
- Al Hurriyyah. Kebebasan berlandaskan syari'at
- Al 'Adalah atau keadilan
- Al ukhuwah (persaudaraan)
- Al Tasamuh (toleransi)
Dari prinsip tersebut pemerintahan Islam mulai dibangun dengan metode dan struktur pemerintahannya sendiri. Pemerintah Islam telah memulai hubungan diplomatik dengan penguasa lain dengan menirim diplomat untuk berdakwah ke beberapa raaja yang berkuasa saat itu seperti Najasyi di Habasyah (Ethiopia), Hiroklius penguasa Romawi, Kisra penguasa Persia (Iran), Muqauqis di Yaman dan lainya. Selain berdakwah, jalinan hubungan diplomatis Rasul terus menyebar dan meluas hingga Persia, Mesir, Yerussalem, Romawi dan beberapa negra lain tunduk di pangkuan Islam. Disaat yang sama, interaksi individu, kelompok dan negara mulai berkembang dan tuntutan kepada aturan yang jelas bagi aktivitas  mereka menjadi suatu keharusan dalam bentuk kesepakatan, perjanjian maupun aturan yang selanjutnya ditetapkan menjadi sebuah hukum internasional. Hukum ini merupakan suatu aturan dan tata hukum dengan ketentuan yang mengikat pergaulan antar negara serta hubungan yang terjalin diantaranya (Hamodurrahman, 1976: 90-92).
Pada tahun 9 Hijriah, Rasul menerima duta besar dan utusan dari negara lain diantaranya utusan dari Thaif, Kristen Najran, Bani Sa'ad, Bani Thayyi, Bani Tamim, Bani Hanifa, Raja-Raja Himyar, dan Kind. Sehingga tahun tersebut terkenal dengan sebutan tahun duta-duta (Afzal Iqbal, 2000: 49-74).
Rasulullah juga mengirim surat sebagai dakwah islam dengan mengutus beberapa utusan n                           yakni surat kepada Heraklius itu kemudian dibawa oleh Dhya bin Kholifa, surat kepada Kisra dibawa oleh Abdullah bin Hudhafa, surat kepada Najasyi oleh 'Amr bin Umayya, surat kepada Muqauqis oleh Hatib bin Abi Balta', surat kepada penguasa Oman oleh 'Amr bin Al'Ash, surat kepada penguasa Yamama oleh Salit bin 'Amr, surat kepada Raja Bahrain ole 'Ala bin Al-Hadzrami, surat kepada Harith bin AlGhassani, raja perbatasan Syam oleh Syuja' bin Wahb. Surat in Umayya (M. Husain Haikal: 414-417).
Disamping misi dakwah, secara politis pengiriman utusan dan surat ke berbagai raja sekaligus juga untuk memberitahukan keberadaan sebuah negara baru yang berpusat di Madinah. Misi ini berhasil dan Madinah mulai diakui dan disegani sebagai sebuah negara yang berdaulat. Dengan demikian Rasulullah mulai dilirik dalam hal politik dan pemerintahan (M. Syafi'i Antonio, 2009: 170-172). Pola Hubungan Internasional dalam islam justru lebih banyak dilatarbelakangi dengan dakwah serta perluasan kekuasaan islam serta pembebasan negara-negara yang berada dibawah hegemoni kekuasaan Romawi atau Persia.
Semakin berkembang, pola hubungan internasional mulai membentuk kerjasama yang lebih luas seperti dalam bidang perdagangan, jalur transportasi darat dan laut, sosial budaya dan lainya. Sebagaimana dalam pemerintahan Mamalik, Syafawi, Mughal dan kawasan Asia Tenggara seperti Aceh dan Selat Malaka yang menjadi pelabuhan internasional.Â
REFERENSI
Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Litera Antar Nusa, 1993.
Muhammad Syafi'i Antonio, Muhammad SAW, The Super Leader Super Manager, Jakarta : ProLM Centre & Tazkia Publishing, 2009.
Afzal Iqbal. Diplomacy in Early Islam (terjemahan). 2000
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H