"Walaupun mirip tapi tetap aku tidak bisa seperti mereka, aku tidak merayakan Natal."
Ibu melihat keributan dua anaknya yang manis sambil menahan tawa. Perbincangan dua katak kecil yang belum tahu bagaimana seharusnya mereka menikmati hidup.
 "Kalian dari mana?" Tanya ibu yang sudah berdiri di depan pintu.
"Habis dari hutan, bu. Adu lompat tinggi." Jawab Taki.
"Lalu siapa yang menang?" Tanya ibu kemudian.
"Aku, donk. Taki lompatannya tidak setinggi aku. Dia kalah, bu." Jawab Taka sambil melirik kea rah Taki yang tengah menahan rasa kesalnya.
"Jelaslah Taka yang menang, Taka kan lebih besar, kaki Taka lebih panjang, jadi lompatan Taka lebih tinggi. Nanti kalau Taki sudah seumur kakak pun Taki bisa seperti kakak."
Kali ini Taki tak mau menyelah lagi, dirinya merasa dibela ibu. Kini berganti Taka yang mendengus kesal mendengar jawaban ibu.
Ibu lantas memberi komando pada kedua anaknya agar segera masuk, karena makan malam sudah disiapkan.
Di meja makan sudah tersedia tikus dan gupi, sepiring serangga, cacing, jangkrik dan beberapa siput hutan. Mata Taka dan Taki berbinar. Dua katak kecil itu menatap menu makan malam mereka dengan mata berbinar.
"Wah, makan malam kita banyak sekali, bu?"