Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Administrasi - Mamanya Toby & Orlee

Pekerja yang nggak punya kerjaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cersama) Jadikan Saya Seperti yang Saya Minta

15 Agustus 2012   05:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:44 2632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_193186" align="aligncenter" width="445" caption="Doc : Cersama (pribadi)"][/caption]

Wajahnya cantik, dengan hidung bangir, bibir tipis warna merah delima, rambutnya dibiarkan panjang terurai, kemayu, tutur katanya halus, dan sikapnya sangat baik pada orang – orang di sekelilingnya. Namun yang namanya hidup tak pernah semanis yang diharapkan. Selalu ada realita yang harus di hadapi. Begitu juga dengan perempuan ini. Masalah datang silih berganti. Ia tak pernah lari dari kenyataan hidup walaupun itu teramat pahit. Ia berusaha tegar. Tegar dengan setiap konflik kehidupan yang menciptakan dilema baru dalam fase kehidupannya.

______________________________***________________________________

Ali. Ketika pertama kali ia menginjakkkan kaki di ibukota nasibnya sangat naas. Setiap melamar pekerjaan selalu ditolak dengan alasan Ali belum berpengalaman. Saat itu usia Ali 19 tahun. Ali bingung hendak kemana ia dengan membawa diri di tengah hiruk pikuknya Jakarta. Sampai akhirnya Ali berjumpa dengan seorang perempuan bernama Winda di sebuah taman kota. Malam itu Winda nampak cantik dengan gaun sexy super mini. Ali sedang asik duduk sambil memandangi sejumlah pengunjung lain di taman itu. Ada yang asik berpacaran, bahkan ada pula yang membawa hewan peliharaan untuk diajak bermain.

Kali pertama berjumpa dengan Ali, Winda sudah paham bahwa Ali membutuhkan bantuan, itu bisa diketahui dari cara Ali menceritakan kisah hidupnya dengan sangat gamblang tanpa keraguan. Winda yang notabene memiliki salon akhirnya mengajak Ali untuk tinggal di rumahnya dan berjanji akan mempekerjakan Ali di sana sebagai kapsternya. Entah mengapa, Ali yang laki – laki tak menolak di tawari pekerjaan sebagai kapster. Ia menurut saja, saat itu yang ada di benaknya hanyalah uang dan bagaimana cara untuk bertahan hidup di ibukota.

Ali mendapatkan training tiga bulan. Ali yang cerdas, sangat cepat memahami materi yang diberikan. Hari pertama Ali bekerja semuanya sangat lancar, sampai akhirnya datang seorang laki – laki dengan postur tubuh besar dan otot yang kekar minta dipotong rambutnya.

“Potong ya pak?”

“Dirapihkan saja.” jawabnya singkat.

Saat melakukan tugasnya, Ali sesekali melihat kearah kaca. Hanya untuk memastikan bahwa ia tak salah memotong rambut pria itu.

“Sudah selesai pak.”

“Oh, baiklah. Eh mas, apa ada barang baru disini?” tanya pria itu mengejutkan Ali.

“Barang apa maksudnya?”

“Pura – pura ya? Ya cewek lah.”

Ali sangat terkejut, ternyata salon milik Winda ini adalah salon plus – plus yang tempo hari ramai dibicarakan orang lewat tayangan televisi.

“Maaf pak saya kurang tahu. Sebentar saya tanyakan pada ibu Winda dulu.”

Laki – laki itu tersenyum nakal pada Ali. Ali berjalan cepat menuju kamar Winda. Memang antara salon dan rumah jadi satu.

“Permisi bu.”

“Kenapa Li?”

“Maaf, ada tamu yang menanyakan soal perempuan, ada barang baru atau tidak.”

Wenda tersenyum pada Ali. Namun Ali merasa bahwa senyum itu begitu aneh. Misterius.

“Ya sudah Li, sana kamu temani laki – laki itu.”

“Maaf bu, maksudnya?”

“Ya kamu layani dia, apapun yang ia minta kamu harus beri pelayanan nomor satu.”

Ali terkejut bukan main. Ia tak menyangka bahwa Winda adalah seorang germo yang mencari pria – pria bodoh sepertinya lalu dijadikan alat pemuas. Ali hampir menangis, ia memang laki – laki, namun hatinya sangatlah halus.

“Kenapa kamu diam saja Ali? Cepat lakukan!” Winda yang ia kenal baik mendadak memasang wajah angker. Wanita itu mendekati Ali, menarik tangan Ali kencang. Menyeretnya ke hadapan laki – laki kekar tersebut. Ali semakin ketakutan, ia ingin berontak, namun rasanya ia tak tega mengingat semua kebaikan Winda selama ini.

“Hai Pak Duto, apa kabar?”

“Hai Win, apa ini barang barunya?”

“Iya pak, silahkan, yuk saya antar ke kamar.”

Ali tetap diam, ia mendengarkan percakapan keduanya dengan hati pilu. Bayangan tentang Almarhumah emak dan almarhum bapak membuatnya menyesali keberangkatannya ke kota ini.

______________________________***________________________________

“Inget nggak Li lo tiga tahun lalu? Masih malu – malu lo esek – esek sama dia.”

“Hahaha, elo juga sih. Bikin gue kaget. Harusnya lo cerita dulu gue dibawa kesini untuk apa?”

“Gila lo, mana mungkin lo mau. Lo kan jaman itu masih lugu. Pasti kabur lah.”

“Iya sih, gue kan ngebayangin gimana sakitnya esek – esek Win.”

“Tapi enak kan?”

“Dulu sih sakit, sekarang gue bisa nikmatin. Eh Win, gue ga nyangka banget dulu lo laki – laki. Lo perfect banget. Gila ya, operasi transgender bener – bener bikin lo kelihatan sempurna kaya perempuan asli. Erwin jadi Winda, hahaha hebat banget. Salut sama keberanian lo.”

“Iya dong. Itu mimpi gue dari kecil. Gue benci liat bokap gue yang hobi mukulin nyokap. Gue nggak suka laki – laki kasar.”

“Sabar Win, semua kan udah berlalu.”

Tiba – tiba seorang dokter berwajah indo mendatangi keduanya yang tengah asik berbincang.

“Maaf saudara Ali, apa anda sudah siap dengan operasi ini? Kita masih bisa menundanya. Yakinkan hati anda dulu. Biar bagaimanapun agama melarang keras perbuatan ini.”

Ali nampak terdiam. Ia tahu keputusannya untuk melakukan transgender mengikuti Winda adalah sebuah kesalahan besar. Namun hatinya berkata lain. Ali sudah sangat yakin.

“Ayo dok. Ubahlah saya menjadi seperti yang saya minta.”

Dokter itu pun mengulas senyum. Ditepuknya bahu Ali seraya berkata, “Ikuti kata hatimu.”

______________________________***________________________________

Perempuan itu tersenyum saat ia tahu bahwa namanya masuk ke beberapa media. Ia dikenal sebagai perempuan muda yang sangat memperdulikan perkembangan mental orang - orang disekitarnya. Ia membuat sebuah panti rehabilitasi untuk para lelaki yang memiliki kelainan seksual. Bahkan ia mendapatkan penghargaan dari sebuah lembaga atas usahanya tersebut. Dialah Alika dengan nama lahir Ali Karmidi.

********************************************

Hidup adalah pilihan, apa yang menurutmu baik belum tentu baik di mata Sang Khalik

Pintar dan Bijaklah dalam mengambil sebuah keputusan

**************************************

______________________________________________________________

#Cersama adalah kependekan dari Cerita Bersama, adalah even yang dibuat oleh kami berenam yaitu Novi Octora, Inin Nastain, Vianna Moenar, Rieya MissRochma, Elhida, dan Ajeng Leodita

______________________________________________________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun