Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Administrasi - Mamanya Toby & Orlee

Pekerja yang nggak punya kerjaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Ajeng&Revangga] Dava

6 Maret 2012   10:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:26 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_160961" align="aligncenter" width="630" caption="http://velnita.blogspot.com/2010/05/cinta.html"][/caption]

Ajeng Leodita

Dia tetangga rumahku. Namanya Dava. Tampan, dan selalu membuat orang – orang di sekitarnya merasa nyaman. Dava memiliki kepribadian yang menyenangkan. Tutur katanya lembut dan sopan. Tawa renyahnya selalu membawaku berangan – angan. Sejak kecil kami selalu menghabiskan waktu bersama di taman. Taman dekat rumah yang penuh bunga bermekaran. Karena seringnya kebersamaan, rasa itupun singgah tanpa bisa ditahan.

Waktu berselang, kami mulai beranjak dewasa di usia dua puluhan. Kini Dava sedang mengejar cita – citanya di negeri sebrang. Mimpinya saat kami masih usia belasan. Namun aku tetap disini menanti kembalinya sang Pangeran. Tapi walau terpisah  kami masih saling berbagi kabar keadaan. Aku menceritakan padanya tentang taman bunga yang kini tak lagi indah seperti beberapa tahun silam. Ia pun menceritakan tentang indahnya 4 musim yang ia lalui tanpa bosan. Tapi hatiku mulai tak tenang, manakala Dava bercerita tentang kisah percintaannya dengan seorang gadis Jerman. Ada satu ketakutan, takut kehilangan. Tapi aku mencoba terus mendengarkan, segala ceritanya tentang sebuah harapan akan masa depan dengan si gadis Jerman.

Tapi hati kecilku selalu mencoba untuk tetap kuat dan tak menyerah dengan keadaan. Aku masih menyimpan rasa sayang hanya pada Dava seorang.

Revangga Dewa Putra

Beberapa hari lagi Dava-ku pulang … Akhirnya waktu itupun tiba….

Awal Februari,Dava ku kembali, melalui pesan singkatnya dia memberitahukan dia sudah tiba di dan tentu saja dengan berita dia kembali denga sang calon Istri,Jasmine Freed cewek bule berkebangsaan Jerman. Aku yang masih menyimpan asa untuk dapat merajut hari esok lebih baik terpaksa terpuruk dalam asa dan angan serta rindu dan kangen yang terpendam. Bebrapa hari kemudian,Dava mengirimi pesan singkat padaku untuk ketemu disenua Mall, ini adalah kesempatan pertama bertemu dengan Dava semenjak dia kembali.

6 Februari,Pukul 16.35. Disebuah kedai kopi pada mall RA kami ketemu dan segala ekspresi dan cerita mengalir begitu lancar sekalipun hatiku penuh galau karena semua ini terasa semu. Akhirnya akupun bertanya tentang kekasihnya itu. Dava memberi penjelasan ,dia lagi sibuk mempersiapkan segala sesuatu karena kami akan segera menikah mendengar hal itu serasa terbang jiwa ini karena baru terasa betapa aku menyukainya,menyayanginya bahkan aku sungguh telah jatuh cinta padanya.Selamat ya Dav,.” lirih terucap dari bibirku. Dan akhirnya kami pun berpisah,akhir hari yang menyiksa bagiku. Lima hari berlalu tanpa kabar dan kontak apapun dari Dava tergelitik rasa ingin menghubungi tetapi masih ada rasa malu mengganggu persiapan mereka.

12 Februari Pada saat aku berada di bandara untuk ke Manado karena sesuatu urusan,pesan singkat masuk “ Dava lagi di Rumah Sakit , Dava pesan SMS ke no ini,Mamanya Dava”. Aku membalasnya,besok pulang dari Manado aku ke RS.

13 Februari Dari bandara langsung aku ke RS seperti yang disms. Sungguh….setibanya disana aku seperti mau mati rasanya,tubuh dava terbaring kaku,diiringi isak tangis keluarga. Rava saudaranya menyampaikan,Dava telah pergi,kamu terlambat. Dirumah Dava,sepucuk surat diserahkan kepada ku : “Dita yang baik,aku tau engkau menyukai dan menyayangiku dari dulu tetapi aku tak bisa,aku juga tak mau kau tahu,aku ke Jerman sebenarnya ingin operasi jantungku yg bermasalah,cuman operasinya gagal dan waktuku tinggal menunggu hari,gadis jerman itu tak pernah ada, sejujurnya aku mencintaimu…..selamat tinggal” Derai air mata tak bisa kutahan aku terisak dalam dengan sudut hati yang nelangsa melihat tubuh dava yang terbujur kaku.

Valentine,14 Februari 2012…..Dava dimakamkan……bersama dengan terkuburnya harapan mengungkap rasa kasihku padanya. Selamat jalan Dava.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun