Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Administrasi - Mamanya Toby & Orlee

Pekerja yang nggak punya kerjaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ku Jual Anakku dengan Harga 2 Juta

24 November 2011   13:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:15 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Google"][/caption]

Dewasa ini banyak kasus aborsi bermunculan. Bayi ditinggal di selokan, dimasukkan ke dalam tas besar, bayi ditinggal di dalam kardus dengan ari – ari yang masih menempel di tubuhnya. Kejam? Memang !!

Permasalahan utama adalah hubungan intim sebelum pernikahan. Kurangnya perhatian orangtua. Kurangnya pendidikan agama yang ia dapat dari lingkungan keluarga. Dan sejumlah faktor lainnya.

Masalah ini sudah makin mengkhawatirkan. Ini biasanya terjadi pada mereka yang masih berusia muda. Belasan tahun. Tak kurang juga persoalan ini menimpa perempuan dewasa yang ingin menutupi perbuatannya. Entah perselingkuhan atau lain sebagainya.

Kasus ini saya angkat dari sebuah perbincangan dengan seorang tetangga yang secara langsung mengalaminya. Sebut saja ia Dahlia (19 tahun). Cantik dan menarik. Beberapa tahun lalu ia bekerja di sebuah café di bilangan Jakarta Pusat setelah lulus sekolah. Ia tidak memiliki biaya untuk meneruskan ke jenjang perkuliahan. Oleh karena itu Dahlia memilih untuk bekerja. Dahlia orang yang supel. Ia akrab pada semua pengunjung. Sampai akhirnya ia terlibat cinta lokasi dengan seorang warganegara asing. Berawal dari kunjungan si bule ke café itu sampai akhirnya berani datang ke tempat kos Dahlia. Mereka berhubungan intim layaknya suami istri. Andrew nama bule itu. Dia bekerja sebagai konsultan di sebuah perusahan yang bergerak di bidang asuransi. Setahun mereka akhirnya tinggal bersama. Karena Dahlia mulai merasakan kenikmatan hubungan gila ini. Sampai akhirnya Dahlia mengandung. Di saat yang sama Andrew pun harus kembali ke Australia, tanah kelahirannya. Dahlia memiliki perasaan tak enak. Ada ketakutan kalau Andrew takkan pernah kembali lagi. Dan benar saja sampai hari ini Andrew tak pernah kembali.

Mulailah Dahlia meyusun banyak rencana atas buah dari perbuatan mereka. Ada keinginan bunuh diri. Ada keinginan menggugurkan. Namun naluri keibuan itu muncul dengan sendirinya. Dahlia memilih untuk mempertahankan kandungannya.

Pada bulan ke-7 kehamilannya, Dahlia kenal dengan seorang wanita setengah baya. Sebutlah dia ibu Rosa. Ibu Rosa adalah seorang admin di sebuah panti asuhan. Ibu Rosa mengatakan bahwa di Panti tersebut banyak wanita yang hamil di luar nikah  menitipkan anaknya disana agar mendapatkan orangtua asuh. Kebanyakan kasusnya adalah karena tak memiliki suami dan masalah ekonomi. Segala biaya persalinan di tanggung pihak panti. Lalu munculah keinginan untuk menitipkan bayi dalam kandungannya disana jika sudah lahir.

Hanya bermodalkan foto kopi KTP maka perjanjian pun dibuat. Point yang Dahlia jelaskan pada saya mengenai isi surat perjanjian adalah ;

1.Si anak akan dihargai sebesar Rp. 2.000.000,-

2.Ibu dari si anak tidak boleh bertemu kembali dengan si anak walaupun sudah besar. (kecuali ada perjanjian dengan orang yang mengadopsi.

3.Segala biaya persalinan di tanggung pihak Panti (jika si ibu termasuk dalam kategori orang tidak mampu, dan harus menyertakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari RT/RW dimana si ibu tinggal).

Kemudian surat perjanjian di tandatangani oleh Dahlia dan Pihak panti. Tidak lupa meterai disertakan guna keabsahan surat perjanjian tersebut.

Lalu saya tanyakan pada Dahlia, apa dia tak merasa sedih dengan apa yang telah ia perbuat. Dahlia hanya pasrah. Karena ia tak mau anaknya lahir tanpa ayah. Dahlia pikir ini jalan terbaik daripada ia mengaborsi anak tersebut. Kerinduan pada sang anak kerap kali muncul. Dahlia pernah menyusui bayi itu paling tidak selama dua hari setelah ia lahir. Ikatan bathin itu kini menyiksanya. Namun sang anak sudah berada di Thailand sekarang. Dahlia mendengar itu dari ibu Rosa. Sekarang apa yang mau dilakukan? Menangis? Menyesali? Tidak perlu saya rasa. Doakan saja si anak akan mendapatkan didikan yang baik. Dan semoga  mereka menyayangi si anak seperti menyayangi anak sendiri.

Saya kemudian meninggalkan Dahlia yang terpaku di muka rumahnya dengan linangan airmata penyesalan.

Dari kasus ini kita akan berfikir betapa mudahnya seorang ibu menjual anaknya dengan harga sangat murah. Bahkan lebih murah dari harga pasaran BB. Apapun alasan yang mengilhami kejadian ini namun kita wajib peduli.

Penyelesaian mungkin sulit. Tapi bagaimana dengan pencegahan? Mari kita coba.

1.Gerakan Anti Free Sex yang harus selalu kita demokan

2.Pendekatan orangtua pada anak perempuannya

3.Ilmu agama yang HARUS diajarkan sejak dini

4.Perhatian orangtua yang berkala pada anak (tak harus dikekang)

5.Jauhkan anak dari lingkungan yang mendukung kejadian ini berlangsung

6.Pendidikan mengenai sex perlu juga diperkenalkan pada anak sejak dini

7.Biasakan memberi anak waktu untuk bertanya tentang hal yang tabu agar ia tidak penasaran untuk mencoba

8.Tumbuhkan rasa pada diri anak bahwa ia adalah harapan orangtua satu –satunya (walaupun anak anda berjumlah lebih dari satu orang)

9.Kenali siapa saja yang berteman dengan anak

10. Buatlah ia merasa nyaman memiliki orangtua seperti anda.

Bagaimana dengan Anda? Apakah sudah menjadi yang terbaik untuk anak anda?

Semoga bermanfaat :D

salam cengengesan

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun