Mohon tunggu...
Ajeng Kania
Ajeng Kania Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru di SD yang sedang asyik menemani bayi mungilnya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selamatkan Generasiku dari Residu Bahan Kimia!

30 Juni 2010   09:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:11 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_181476" align="alignleft" width="134" caption="Saus dibuat merah menyala digemari anak-anak, sering di"bumbui" pewarna tekstil Rhodamin B oleh produsen "nakal" (Sb: ktk.kompas.com)"][/caption] Dalam tayangan investigasi sebuah televisi swasta baru-baru ini, mengungkap proses pembuatan mie goreng dari mie basi yang diperoleh dari limbah pabrik mie yang dikeringkan. Sebagian lagi mie tidak habis dari pedagang mie.  Sebelumnya mengungkap tabir pembuatan agar-agar dengan menggunakan zat pewarna tekstil. Warna menyala, rasa manis tajam dan rasa lada saus ilegal disinyalir menggunakan bahan kimia berbahaya.  Ironinya, menurut pengakuan mereka, mereka tidak berani memberikan penganan itu pada anaknya. Weleh-weleh... Ternyata penganan itu digandrungi anak-anak sekolah usia SD. Jiwa lugu dan selalu ingin mencoba, itulah karakter anak-anak dimanfaatkan oknum pedagang ini. Sudah menjadi hal lumrah, bila orang tua selalu memberi uang jajan kepada anaknya setiap hari. Jajanan di sekolah, semestinya dapat mengganjal rasa lapar dan haus selama di sekolah. Dengan asupan nutrisi, murid pun mendapat tambahan energi sehingga berkonsentrasi dalam belajar. Akan tetapi, pada praktik di lapangan, penggunaan bahan kimia berbahaya, seperti formalin, borax, rhodamin B atau MSG ternyata sengaja atau tidak sengaja menjadi konsumsi generasi kita.  Dampak pendeknya terasa pusing dan mual. Bahan-bahan ini bila terakumulasi pada tubuh dan bersifat karsinogenik memicu bahaya laten kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Efek karsinogenik juga ditimbulkan dari penggunaan minyak goreng bekas (jelantah) dipakai berkali-kali. Pendeknya, bila hal ini terus dibiarkan, generasi mendatang memanggul risiko persoalan kesehatan serius di masa depan. Salah Siapa? Pihak sekolah diharapkan dapat menggiatkan kembali unit berbasis kesehatan, semisal UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), PMR atau dokter kecil. Kedua, pemberdayaan kantin sekolah sebagai parameter sekaligus pembelajaran dalam menyajikan jajanan bersih, sehat, dan bergizi. Dengan demikian, di kantin sekolah tidak bakal  dijumpai rokok, makanan kadaluarsa atau beralkohol, juga mengandung bahan berbahaya. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dituntut peran sertanya. Seyogianya secara berkala melakukan sosialisasi, monitoring dan melakukan uji sampel terhadap jajanan anak di sekolah. Daripada menguber-uber PKL atau  pedagang sebaiknya mereka diberikan pengetahuan  tentang bahan pangan yang higienis, pemrosesan hingga pengemasan, termasuk pengetahuan tentang bahan kimia dilarang bagi pangan dan dampak pengunaannya serta sanksi hukumnya. Selamatkanlah Generasiku!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun