Mohon tunggu...
Ajeng Gendis
Ajeng Gendis Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Money

Volalitas Harga pada Komoditas Cabai di Indonesia

19 Juni 2020   13:13 Diperbarui: 19 Juni 2020   13:06 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Volalitas harga adalah istilah yang digunakan unuk menggambarkan fluktuasi harga pada suatu komoditas. Volalitas dihitung berdasarkan presentase perbedaan harga dari komoditas tersebut. Harga pasar dipengaruhi oleh permintaaan dan penawaran yang ada di pasar. Ketidakstabilan dari harga komoditas tersebut disebabkan oleh mekanisme pasar tidak bekerja, distribusi antar pelaku pasar tidak adil sehingga hal ini menunjukkan bahwa pasar cabai merah tidak efisien atau tidak sehat. Pasar yang tidak sehat dapat ditunjukkan dengan harga terlalu murah akan merugikan produsen, dan harga terlalu mahal merugikan konsumen, hal ini terjadi akibat perubahan penawaran dan permintaan yang menimbulkan fluktuasi harga. Sehingga fluktuasi harga secara ekonomi dapat berpengaruh bagi ekonomi karena akan menyulitkan prediksi bisnis.

Permintaan terhadap sayuran dan buah buahan di Jawa Timur cenderung meningkat, namun hal ini tidak diiringi dengan peningkatan penawaran dari petani. Sehingga, kondisi terebut mendorong pemerintah untuk melakukan impor terhadap sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan adanya sistem perdagangan bebas, dimana pergerakan harga sayuran di pasar internasional yang cenderung tidak stabil dan tidak dapat diprediksi mengakibatkan ketidakstabilan harga serta fluktuasi harga sayuran yang tidak dapat diprediksi sehingga resiko yang dihadapi petani semakin tinggi. Terdapat 3 jenis sayuran yang dapat dianalisi menjadi penyebab fluktuasi harga di pasaran, antara lain yaitu tomat, cabai, dan bawang merah (Laila dkk., 2017).

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas di Indoensia yang sering kali mengalami ketidakstabilan harga di pasar. Volalitas harga cabai ini disebabkan oleh permintaan dan penawaran pasar yang amat besar. Semakin tinggi angka penawaran, maka harga di pasar akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya apabila penawaran rendah maka harga di pasar akan tinggi. Harga dari cabai yang sangat fluktuatif menjadikan komoditas ini amat sangat sulit untuk diprediksi (Musrhalis, 2007).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Laila dkk., (2017), berdasarkan data data yang digunakan adalah data produksi sayuran (Kg) dan harga sayuran bulanan (Rp) selama 15 tahun mulai bulan Januari 1997 sampai dengan bulan Desember 2011. Data dianalisis dengan menggunakan uji standar deviasi, uji analisis kointegrasi dan uji ECM. Hasil penelitian antara lain menunjukkan bahwa komoditas cabai mempunyai rata-rata nilai volatilitas terbesar mencapai 0.00031 persen, dibandingkan dengan komoditas tomat sebesar 0.00010 persen dan komoditas bawang merah yang memiliki nilai volatilitas sebesar 0.00016 persen. Hal ini menunjukkan seberapa besar resiko usaha dan ketidak pastian harga komoditas di masa depan.

Nilai volatilitas cabai yang tinggi menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi oleh petani cabai adalah tinggi, dimana risiko yang dimaksud adalah kerugian yang akan ditanggung petani. Kerugian yang ditanggung petani lebih disebabkan oleh ketidakpastian harga cabai dunia yang secara tidak langsung mempengaruhi harga cabai lokal. Ketidakpastian inilah yang membuat petani enggan untuk menanam cabai sehingga banyak petani yang beralih untuk menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan. Semakin sedikitnya petani yang bercocok tanam cabai mengakibatkan produksi cabai lokal semakin turun sehingga satusatunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi permintaan cabai yang semakin hari semakin meningkat adalah dengan impor cabai. Dimana dengan adanya impor cabai maka fluktuasi harga yang ada akan semakin besar disebabkan adanya persaingan yang semakin ketat antara cabai impor dan cabai lokal yang akhirnya mengakibatkan semakin terpengaruhnya harga cabai lokal dengan cabai impor.

Harga sayuran yang berfluktuasi dapat menghasilkan pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Fluktuasi harga pada komoditas sayuran di Jawa Timur menyebabkan produsen kesulitan dalam menetapkan harga. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu analisis risiko harga komoditas sayuran agar fluktuasi harga dapat segera diatasi. Pengukuran volatilitas perlu dilakukan untuk memetakan ketidakpastian tersebut. Volatilitas harga sayuran di Jawa Timur dapat memberikan gambaran komoditas sayur apa yang mempunyai fluktuasi harga paling tinggi serta ada tidaknya pengaruh volatilitas terhadap produksi sayuran di Jawa Timur.

Cabai merupakan jenis sayuran yang banyak dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu harga merupakan salah satu topik yang sangat sensitif bila dikaitkan dengan cabai. Semakin tinggi fluktuasi harga cabai maka akan semakin banyak pula petani yang enggan menanam cabai. Nilai volatilitas cabai yang bergerak tidak stabil mengindikasikan bahwa fluktuasi harga cabai juga masih belum stabil. Salah satu alasan tidak stabilnya nilai volatilitas cabai adalah dikarenakan adanya cabai impor yang masuk ke Jawa Timur, dimana harga cabai lokal terpengaruh secara tidak langsung oleh harga cabai impor. Produksi cabai yang terus turun secara tidak langsung akan semakin mempengaruhi nilai volatilitas cabai dikarenakan akan semakin banyak cabai impor yang masuk ke Jawa Timur sehingga fluktuasi harga cabai akan semakin naik dan semakin tidak stabil.

Penyebab berkurangnya produksi cabai di Jawa Timur selain karena semakin sedikitnya petani yang menanam cabai karena beralih menanam komoditas lain yang mempunyai keuntungan lebih besar, juga disebabkan oleh faktor cuaca/iklim, distribusi cabai yang tidak merata dan ketidakpastian harga cabai dunia yang berpengaruh terhadap harga cabai lokal. Beberapa penyebab fluktuasi harga cabai mengindikasikan bahwa fluktuasi harga sangat mempengaruhi nilai volatilitas cabai sehingga hal paling mendasar yang harus diperhatikan dari komoditas cabai agar nilai volatilitas cabai tidak terlalu besar adalah harga cabai yang harus terus dijaga.

Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam stabilisasi harga melalui penerapan pertanian modern, antara lain dengan melaksanakan SOP dalam rangka GAP untuk komoditas cabai yang telah memasukkan inovasi Badan Litbang Pertanian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jambi (2016), menunjukkan bahwa penerapan SOP dan GAP menunjukkan kestabilan harga pada cabai. Namun, penerapan SOP da GAP ang belum optimum membuat cabai masih kerap kali mengalami fluktuasi harga. Belum optimumnya dampak penerapan SOP GAP cabai dalam mengatasi fluktuasi harga salah satunya disebabkan karena sulitnya memastikan konsistensi petani dalam menerapkan SOP GAP cabai dan belum adanya insentif yang cukup memadai untuk mendorong petani menerapkan SOP GAP dalam budidaya cabai. Beberapa permasalahan penerapan SOP GAP cabai di lapangan adalah: 1) GAP dan SOP masih banyak yang didasarkan pada kebiasaan petani dalam melaksanakan budidaya, belum sepenuhnya memasukkan inovasi teknologi pertanian, hal ini disebabkan oleh adopsi teknologi yang belum banyak dilakukan oleh masyarakat, 2) pelaksanaan SL-PTT GAP belum dapat sepenuhnya memasalkan penerapan GAP -- SOP di dalam masyarakat, karena petani masih memiliki kendala keterbatasan lahan pertanian, modal, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya, meskipun di beberapa lokasi sudah berjalan dengan baik, 3) konsumen hortikultura di dalam negeri umumnya masih belum peduli mutu, termasuk mutu fisik, aman pangan dan aman kesehatan. Upaya menyediakan bahan pangan aman melalui penerapan GAP belum diapresiasi secara memadai. Hal ini terbukti dari belum adanya insentif harga yang diterima petani dari penerapan GAP. Bahkan penerapan GAP membebani petani karena petani harus mengadakan pembelian sarana prasarana yang diprasyaratkan untuk mengaplikasikan GAP. Pola bertani yang menanam padi dan cabai secara bergantian tergantung musim tanam menyebabkan petani tidak mampu memenuhi kontinuitas pasokan yang dipersyaratkan.

DAFTAR PUSTAKA

Jambi, B. P. T. P. 2016. Dampak Penerapan Pertanian Modern Melalui Sop Gap Cabai Di Ciamis Terhadap Fluktuasi Harga Cabai Di Indonesia Dalam Era Masyarakat Ekonomi Asean.

Laila, A. N., Anindita, R., & Koerniawati, T. 2018. Analisis Volatilitas Harga Sayuran di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 1(2), 143-154.

Musrhalis, Alex. 2007. Peramalan dan Faktor faktor Penentu Fluktuasi Harga Cabai Merah di Enam Kota Besar Di Jawa --Bali. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Sukmawati, D. 2017. Fluktuasi harga cabai merah keriting (Capsicum annum L) di sentra produksi dan pasar induk (tinjauan harga cabai merah keriting di Kecamatan Cikajang dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta). Mimbar Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 1(2), 165-172.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun