Mohon tunggu...
Ajeng Ayu Wulaningtyas
Ajeng Ayu Wulaningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 21107030021

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selamatkan Bumi Mulai Dari Rumah

27 Mei 2022   16:18 Diperbarui: 27 Mei 2022   16:34 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tempat pensil dari botol bekas/ sumber foto: diadona.id

Tahun 2050, Jakarta di prediksi akan tenggelam. Begitu pula kota-kota terpadat di dunia, seperti Alexandria, Kairo, Mumbai, Shanghai, dan Bangkok. Hal ini karena suhu bumi meningkat ekstrim. Menyebabkan Gletser di kutub mencair yang akan menaikkan permukaan air laut. Dibarengi dengan turunnya permukaan tanah tiap tahunnya.

Bersumber: The Future We Choose: Surviving the Climate Crisis. Christiana Figures and Tom Rivett-Carnoc. Tahun 2050, dua miliar orang berhadapan langsung dengan suhu yang bisa meroket sampai 60 derajat celcius.

Sedangkan di laut, pada tahun 2050. Jumlah plastik akan lebih banyak dari pada ikan. Mengutip perkataan Ellen MacArthur, seorang pelaut Inggris yang mendapatkan gelar kehormatan 'Dame' dari kerajaan Inggris. Konsumsi plastik mencapai 20 % lebih tinggi daripada industri minyak dalam 35 tahun mendatang. Hanya 5 % plastik yang bisa didaur ulang dengan benar. Sisanya akan berakhir di tempat pembuangan sampah dan di laut.

Melihat kondisi yang seperti itu, apa yang kita butuhkan? Kita butuh kebijakan pemerintah yang mendukung pengurangan karbon, pengelolaan sampah yang baik, dan ketegasan pemerintah kepada perusahaan-perusahaan besar penghasil limbah.

Namun, pastinya akan sangat lama menunggu kebijakan pemerintah yang mendukung. Oleh karena itu, kita bisa ikut memulainya dengan melakukan hal-hal kecil dari rumah dan mulai mengubah kebiasaan sedikit demi sedikit. Berikut hal kecil yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi mulai dari rumah:

1. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai

Kantong Plastik atau yang biasa kita sebut kresek, penggunaannya sangat masif dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Mulai dari toko kelontong, minimarket, supermarket, bahkan mall dengan mudahnya kita menemukan penggunaan kantong plastik. Untuk menguranginya, kompasianer bisa membawa tas belanja sendiri dari rumah sebagai kantong untuk membawa barang-barang belanjaan.

Selain kantong kresek, plastik-plastik sekali pakai jenis lain juga bisa kita kurangi. Contohnya, sedotan plastik bisa diganti dengan sedotan stainless steel, lebih sering membawa botol minum sendiri dari rumah daripada harus membeli air mineral diluar, selain lebih hemat juga dapat mengurangi sampah botol plastik.

Kompasianer juga bisa memberi catatan kepada penjual ketika berbelanja makanan di aplikasi online. Misal, agar tidak perlu diberi sedotan plastik, sendok atau garpu plastik, dan belanjaan bisa ditaruh dalam kantong plastik yang sama.

2. Mengganti barang kebutuhan sehari-hari yang sekali pakai, dengan yang bisa dipakai secara berulang

Ilustrasi: Popok bayi kain/ sumber foto: alodokter.com
Ilustrasi: Popok bayi kain/ sumber foto: alodokter.com
Kompasianer bisa mengganti penggunaan tisu dengan lap kain agar lebih ramah lingkungan. Karena tisu juga dibuat dari kayu yang dihasilkan oleh pohon. Tidak apa-apa tetap menggunakan tisu, asalkan penggunaannya diminimalisir.

Mengganti penggunaan pembalut wanita dan popok bayi yang sekali pakai dengan yang bisa dipakai secara berulang juga bisa diterapkan. Saat ini, sudah tersedia pembalut Wanita yang bisa dipakai secara berulang karena terbuat dari kain. Begitu pula dengan popok bayi, kompasianer bisa mencucinya dengan bersih setelah digunakan. Lalu dijemur agar bisa dipakai kembali. Selain ramah lingkungan karena tidak mengandung zat racun yang terlarut dalam air, ini akan jauh lebih hemat karena tidak perlu membeli stok pembalut ataupun popok tiap bulannya.

3. Memilah sampah

Ilustrasi: Bank sampah/ sumber foto: waste4change.com
Ilustrasi: Bank sampah/ sumber foto: waste4change.com
Sampah rumah tangga sangat beragam, mulai dari sisa makanan, kemasan sachet, kantong kresek, botol plastik dari sampo maupun sabun, dan masih banyak lagi. Sampah yang tidak diolah dengan baik, hanya akan berakhir di tempat pembuangan akhir bahkan laut.

Memilah sampah dari rumah adalah solusi yang tepat. Kompasianer bisa mengumpulkan sampah yang telah dipilah dalam kategori tertentu seperti sampah sachet yang sudah bersih, sampah botol plastik maupun sampah kardus dan kertas lalu disetorkan ke bank sampah terdekat. Sedangkan sampah sisa makanan bisa kompasianer olah menjadi pupuk kompos dengan menimbunnya di halaman rumah. Atau bisa juga dijadikan sebagai pakan hewan ternak.

4. Mendaur ulang sampah menjadi kerajinan tangan

Ilustrasi: Tempat pensil dari botol bekas/ sumber foto: diadona.id
Ilustrasi: Tempat pensil dari botol bekas/ sumber foto: diadona.id
Banyak kerajinan tangan yang bisa kita buat dari sampah. Tentunya sampah yang sudah dipilah, bersih, dan layak guna. Sampah botol plastik misalnya, bisa kita gunakan kembali menjadi pot tanaman, kerajinan mobil-mobilan, tempat alat tulis, dan lainnya, tentunya dengan sedikit modifikasi.

Sampah sachet bisa kita olah menjadi tas, gaun fashion show untuk festival, bunga imitasi, juga ecobrick. Yang mana ecobrick ini dapat mengunci sampah-sampah sachet dalam jumlah besar yang kemudian bisa digunakan sebagai bata ramah lingkungan maupun furniture sederhana seperti kursi dan meja.

5. Memilih transportasi umum dibanding transportasi pribadi

Ilustrasi: Transportasi umum/ sumber foto: dishub.jogjaprov.go.id
Ilustrasi: Transportasi umum/ sumber foto: dishub.jogjaprov.go.id
Selain masalah sampah. Emisi karbon juga menjadi masalah yang dapat memperburuk keadaan bumi. Dengan lebih memilih naik transportasi umum dibanding motor atau mobil pribadi, kompasianer bisa lebih menghemat pembakaran bahan bakar yang umumnya berasal dari fosil.

Apabila tempat yang dituju dekat, kompasianer bisa berjalan kaki ataupun naik sepeda yang mana merupakan pilihan yang lebih sehat juga. Kita jangan terlalu bergantung pada kendaraan pribadi meskipun lebih efisien dan hemat tenaga. Sering-seringlah menggunakan transportasi umum jika hendak pergi ke suatu tempat.

6. Menghemat air dan listrik

Tak bisa kita pungkiri air dan listrik sudah menjadi kebutuhan hidup yang sangat penting saat ini. Air diambil dari tanah dan sungai, namun mirisnya sungai-sungai di Indonesia tidak lagi sehat. Karena tercemar sampah rumah tangga dan limbah pabrik yang tidak diolah terlebih dahulu. Ini akan semakin parah bila masyarakat tidak menghemat air, air tanah yang terus berkurang akan menyebabkan turunnya permukaan tanah. Yang kemudian menjadi salah satu penyebab tenggelamnya suatu daerah.

Rumah-rumah di Indonesia mayoritas menggunakan listrik yang bahan bakarnya berasal dari batu bara. Apabila batu bara dieksploitasi secara terus menerus dalam jumlah besar, gas karbon yang dihasilkan dari pembakaran batu bara juga akan sangat besar. Hal ini dapat mempercepat terjadinya pemanasan global.

Untuk konsisten melakukan hal-hal tersebut, awalnya memang sulit. Namun, jika kita percaya dan mau terus berusaha serta mengevaluasi diri. Yakinlah, kita bisa menyelamatkan bumi bersama. Karena bumi adalah rumah yang menjadi tanggung jawab seluruh penghuninya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun