Tahun 2050, Jakarta di prediksi akan tenggelam. Begitu pula kota-kota terpadat di dunia, seperti Alexandria, Kairo, Mumbai, Shanghai, dan Bangkok. Hal ini karena suhu bumi meningkat ekstrim. Menyebabkan Gletser di kutub mencair yang akan menaikkan permukaan air laut. Dibarengi dengan turunnya permukaan tanah tiap tahunnya.
Bersumber: The Future We Choose: Surviving the Climate Crisis. Christiana Figures and Tom Rivett-Carnoc. Tahun 2050, dua miliar orang berhadapan langsung dengan suhu yang bisa meroket sampai 60 derajat celcius.
Sedangkan di laut, pada tahun 2050. Jumlah plastik akan lebih banyak dari pada ikan. Mengutip perkataan Ellen MacArthur, seorang pelaut Inggris yang mendapatkan gelar kehormatan 'Dame' dari kerajaan Inggris. Konsumsi plastik mencapai 20 % lebih tinggi daripada industri minyak dalam 35 tahun mendatang. Hanya 5 % plastik yang bisa didaur ulang dengan benar. Sisanya akan berakhir di tempat pembuangan sampah dan di laut.
Melihat kondisi yang seperti itu, apa yang kita butuhkan? Kita butuh kebijakan pemerintah yang mendukung pengurangan karbon, pengelolaan sampah yang baik, dan ketegasan pemerintah kepada perusahaan-perusahaan besar penghasil limbah.
Namun, pastinya akan sangat lama menunggu kebijakan pemerintah yang mendukung. Oleh karena itu, kita bisa ikut memulainya dengan melakukan hal-hal kecil dari rumah dan mulai mengubah kebiasaan sedikit demi sedikit. Berikut hal kecil yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi mulai dari rumah:
1. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai
Plastik atau yang biasa kita sebut kresek, penggunaannya sangat masif dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Mulai dari toko kelontong, minimarket, supermarket, bahkan mall dengan mudahnya kita menemukan penggunaan kantong plastik. Untuk menguranginya, kompasianer bisa membawa tas belanja sendiri dari rumah sebagai kantong untuk membawa barang-barang belanjaan.
KantongSelain kantong kresek, plastik-plastik sekali pakai jenis lain juga bisa kita kurangi. Contohnya, sedotan plastik bisa diganti dengan sedotan stainless steel, lebih sering membawa botol minum sendiri dari rumah daripada harus membeli air mineral diluar, selain lebih hemat juga dapat mengurangi sampah botol plastik.
Kompasianer juga bisa memberi catatan kepada penjual ketika berbelanja makanan di aplikasi online. Misal, agar tidak perlu diberi sedotan plastik, sendok atau garpu plastik, dan belanjaan bisa ditaruh dalam kantong plastik yang sama.
2. Mengganti barang kebutuhan sehari-hari yang sekali pakai, dengan yang bisa dipakai secara berulang
lingkungan. Karena tisu juga dibuat dari kayu yang dihasilkan oleh pohon. Tidak apa-apa tetap menggunakan tisu, asalkan penggunaannya diminimalisir.
Kompasianer bisa mengganti penggunaan tisu dengan lap kain agar lebih ramah