Mohon tunggu...
Ajeng arifianti
Ajeng arifianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Suka dan sedang belajar menulis untuk menghasilkan tulisan yang baik, menyukai bidang seni dan sejarah, tertarik dengan isu-isu yang berkembang di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mengintip Sejarah dari Jajanan "Onde-Onde" Makanan Khas Mojokerto

22 Januari 2025   22:01 Diperbarui: 22 Januari 2025   22:01 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Onde-onde adalah makanan khas dari kota Mojokerto. Bentuknya yang khas berbentuk bulat dengan isian kacang hijau di dalamnya juga taburan wijen di kulitnya menambah kesan menarik. Selain itu, rasanya yang gurih pada bagian kulit luarnya, di tambah rasa manis di dalamnya membuat onde-onde ini banyak di gemari berbagai kalangan dari anak-anak hingga dewasa. Seiring dengan perkembangan zaman, varian dari onde-onde pun sangat beragam. Tak hanya berisian kacang hijau, kini onde-onde hadir dengan berbagai macam varian rasa pada isiannya, hal tersebut lantaran jajanan ini menyesuaikan perkembangan zaman serta selera Masyarakat agar tetap digemari dan tidak dilupakan. Seperti rasa coklat, keju, strawberry, dan matcha. Tentu adanya varian rasa tersebut mampu kembali menaikkan eksistensi onde-onde diantara makanan-makanan modern yang booming di kalangan Masyarakat, khususnya anak muda.

Dalam sejarahnya, terdapat teori yang menyatakan bahwa jajanan ini telah ada sejak era Majapahit dan dibawa oleh bangsa China ke Indonesia. Pada catatan Sejarah, ditunjukkan jika onde-onde ini dibuat pada masa kekuasaan Dinasti Zhou di Tiongkok kurang lebih sekitar tahun 1045 SM sampai dengan tahun 256 SM. Pada mulanya, sajian jajanan ini hanya disajikan kepada para tukang kayu dan tukang batu yang sedang bekerja untuk membuat dan membangun istana kekaisaran.

Pada filosofinya, jajanan kue onde-onde yang dilapisi biji wijen di atasnya melambangkan sebuah keselamatan dan juga kebersamaan. Lalu bentuk bulat pada onde-onde yang khas memiliki makna keberuntungan dan juga harapan untuk kehidupan yang diharapkan akan menjadi lebih baik dan semakin baik. Pada era dinasti Tang, dikisahkan terdapat seorang sastrawan yang memiliki nama Wang Fanzhi, ia menuliskan jika pada sajian ini adalah salah satu makanan yang tergolong kategori makanan istimewa di istana kekaisaran Chan'an dan dikenal pula dengan istilah Ludeui.

Sebagian besar masyarakat mengenal onde-onde dengan istilah nama "matuan"  dan ada pula yang memanggilnya dengan sebutan ma yuan  dan ada pula yang menyebutnya jen dai. Untuk masuknya ke wilayah Nusantara, pertama kali kue onde-onde dibawa oleh para pedagang dari Tiongkok pada sekitar tahun 1300 sampai dengan 1500 Masehi. Pada mulanya makanan ini memiliki isi sejenis pasta gula yang berwarna merah dan memiliki rasa yang manis. Namun karena seiring berkembangnya zaman dan penyesuaian lidah orang-orang di Indonesia, maka lambat laun isian dari onde-onde ini pun berubah menjadi kacang hijau yang sudah digiling dan  dibentuk bulat-bulat kecil. Seiring waktu pun kini semakin bervariasi dengan banyak pilihan rasa.

Pembuatan onde-onde pun tergolong cukup mudah karena bahan-bahan yang digunakan juga gampang untuk didapatkan di warung-warung atau di supermarket. Bahan-bahan pembuatannya tak lain adalah seperti tepung ketan putih, lalu tepung kanji atau tepung tapioka, kemudian gula pasir, sedikit garam, santan kental yang sudah dihangatkan, wijen berwarna putih untuk ditaburkan pada kue onde-onde, serta minyak goreng untuk menggoreng adonan onde-onde yang sudah jadi. Kemudian untuk isian onde-onde sendiri adalah kacang hijau yang sudah dikupas, lalu satu sendok makan kecap manis, dan satu lembar daun pandan yang sudah diikat simpul.

Untuk cara membuat onde-onde sendiri cukup mudah, yakni dengan mengukus kacang hijau yang telah dikupas bersamaan dengan daun pandan hingga matang. Kemudian diangkat dan dicampur secara rata dengan kecap manis satu sendok dan gula pasir. Lalu ambil satu sedndok makan adonan, kemudian bentuk dengan talat bulat-bulat kecil. Untuk membuat kuliat onde-ondenya, cukup campur secara rata tepung ketan, tepung tapioka atau tepung kanji, kemudian gula, sedikit garam, dan menuangkan santan kental secara bertahap. Sembari menungkan santan adonan bisa diuleni hingga kalis atau sekalian dibentuk. Kemudian ambil satu sendok makan adonan yang sudah kalis kemudian di bulatkan lalu dipipihkan, kemudian isi adonan isian berupa kacang hijau yang sudah dibentuk bulatan-bulatan kecil tadi, kemudian tutup dan di benuk bulat-bulat lagi.

Jika sudah selesai, adonan yang delah diisi isian kacang hijau bisa di guling-gulingkan diatas wijen hingga permukaan kulit dari onde-onde bisa tertutup rata. Lalu ulangi kembali hingga adonan telah siap semua. Kemudian sembari memberikan wijen bisa memanaskan minyak goreng diatas kompor untuk menggoreng onde-onde. Jika minyak sudah dirasa panas, onde-onde bisa langsung digoreng hingga berwarna kecoklatan, lalu bisa ditiriskan kemudian disajikan.

Untuk jajanan onde-onde sendiri merupakan sebuah city brand dari kota Mojokerto. Hal ini diciptakan dari sisi sejarahnya yang telah ada sejak zaman Majapahit. Sehingga Kota Mojokerto dianggap menjadi asal muasal makanan onde-onde hadir di Indonesia. Kota Mojokerto sendiri merupakan sebuah kota kecil yang berada di provinsi Jawa Timur. Julukan "kota onde-onde" yang disematkan kepada Kota Mojokerto pun banyak memberikan manfaat kepada masyarakat Mojokerto sendiri khususnya kepada para penggelut usaha bidang industri kue  rumahan atau UMKM lain yang ada di Kota Mojokerto. Adanya label yang menandai "kota onde-onde" dapat dikatakan membantu mempromosikan produk dagang dari mereka. Hal tersebut terbukti dari beberapa UMKM toko roti yang berada di Mojokerto menyajikan onde-onde di menu yang mereka sediakan. Pelancong yang mengunjungi Mojokerto juga tidak sedikit yang membawa pulang onde-onde sebagai buah tangan ke kampung halaman.

Hal menarik dari makanan onde-onde ini adalah, orang Tionghoa bisanya menikmati onde-onde setiap terdapat acara untuk memperingati perayaan cap gomeh di hari kelima belas setelah perayaan tahun baru china. Sedangkan di Kota Mojokerto, jajanan onde-onde selalu ditemui pada acara-acara tradisional atau acara tradisi di desa-desa setempat untuk memperingati hari kelahiran, selamatan, atau hajatan-hajatan yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa onde-onde tetap selalu diingat dan digunakan dalam setiap acara-acara penting.

Sumber Bacaan dan Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun