Mohon tunggu...
Ajeng AndityaPutri
Ajeng AndityaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

Saya adalah seorang mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Inggris yang memiliki semangat belajar tinggi dan berkomitmen untuk meraih prestasi akademik yang baik. Saya sangat antusias untuk mempelajari hal-hal baru dan memiliki minat khusus dalam bidang studi saya. Selain itu, saya juga aktif dalam kegiatan organisasi atau kegiatan sosial yang dapat membantu meningkatkan keterampilan kepemimpinan, kerja sama tim, dan kemampuan berkomunikasi saya. Saya selalu berusaha untuk mencapai tujuan saya dengan cara yang positif dan terus berupaya mengembangkan diri saya secara pribadi dan profesional. Saya percaya bahwa pendidikan adalah kunci keberhasilan dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strong Earthquake Strikes Pacitan

9 Juni 2023   01:02 Diperbarui: 9 Juni 2023   01:06 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pacitan Earthquake. Source: www.detik.com

An earthquake occurred in Pacitan, East Java at 00.04 WIB, Thursday (8/6/2023) in the morning. The warning earthquake at 117 kilometers southwest of Pacitan has parameters with a magnitude of 6.0.

"With a depth of 10 kilometers," wrote BMKG in its official statement, Thursday (8/6/2023) early morning.

According to BMKG, a tsunami was not a possibility following the earthquake. The community was however warned to be on alert for any potential earthquakes.

DIY was affected by the earthquake's vibrations. In reality, quite strong vibrations were felt in every region and city in DIY. The same was true for people living in Sleman Regency, Bantul Regency, and the City of Yogyakarta who also felt the earthquake's vibrations. In fact, several people in Yogyakarta evacuated their homes as a result of the vibrations they had been going through.

The Pacitan earthquake and its effects on the DIY region exposed the gaps and weaknesses in disaster response and preparedness. The critical perspective suggests a thorough reevaluation of safety precautions, highlighting the significance of resilient infrastructure, quick reaction mechanisms, and efficient public participation. It challenges decision-makers to give top priority to developing efficient disaster mitigation plans that fit well to the risks and features of each region. Communities can increase resilience and minimize the potential effects of future earthquake disasters by addressing these worries and making informed choices in safeguards.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun