Napas saya sesak. Dada saya sakit. Saya terbatuk darah segar tumpah ke selimut belang-belang. Seorang datang tergopoh2 membawa masker oksigen.
"Mbak,.. Saya pasangkan masker yah! Selimutnya saya ganti yang baru" Meski dia mencoba bersikap manis.. Saya tahu dia enggan menyentuh saya.. Tangannya dibalut berlapis2 sarung tangan. Mulut dan hidungnya dilapisi masker berlapis2. Dia tampak takut2 memasukan selimut bekas muntahan darah saya ke dalam plastik kuning tetapi saya terlalu sesak untuk tersinggung..
Ulu hati saya sakit bukan main, apalagi bila batuk dan bernapas. Perut saya mengembang, hati saya membesar. Begitu suster lewat saya minta obat penurun sakit.
Suster itu tampak iba kemudian mengangguk dan cepat2 berlalu.
Lidah saya pahit dan kebal.. Ada jamur di situ putih-putih menjijikan membuat saya enggan melihat bayangan di cermin..
Separuh berat badan saya hilang, Payudara 36B saya yang dulu selalu dijamah dan dinikmati tangan dan mulut berbagai laki-laki menyusut turun. Jangan tanya kemaluan saya tempat masuk berbagai kemaluan pria.. Penuh luka-luka bernanah menjalar sampai ke paha..
Seluruh tubuh saya kesakitan, demam, keringatan dan lemah. Terngiang perkataan dokter
"Anda terinfeksi virus HIV"
Astaga Tuhan!
Ini hukumankah?
karena saya begitu suka menjajahkan tubuh saya kepada pria hidung belang?
Kalau hukuman, ambil saya sesegera mungkin.
Saya tidak sanggup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H