Mohon tunggu...
Ajeela Mumtaz
Ajeela Mumtaz Mohon Tunggu... Lainnya - Cahya Amartya

Buih yang ingin menjadi ombak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku dan Konstribusiku untuk Negeri

24 Maret 2020   16:18 Diperbarui: 24 Maret 2020   16:22 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PERAIH MIMPI

Teruntuk negriku

Dari buih yang ingin mejadi ombak.

Saat umurku menginjak 16 tahun, aku berpikir untuk menjadi seorang yang bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga bagi lingkungan sekitar dan negriku Indonesia.

Mungkin aku hanyalah buih yang ingin menjadi ombak di lautan. Namun aku percaya, aku bisa menjadi ombak jika aku mau. Menjadi ombak yang membawa pelaut berlayar mengarungi samudra.

Apa sih yang aku cita-citakan untuk negeriku Indonesia?. Aku ingin negeriku menjadi negara yang maju, namun bagaimana caranya memajukan Indonesia?. Menurutku, untuk dapat memajukan Indonesia, yang diperlukan adalah kontribusi/partisipasi dari seluruh warga negara Indonesia dalam bidang pendidikan. Dimulai dari pendidikan usia dini, hingga pembentukan karakter yang bukan hanya menjadi tugas guru di sekolah. Tetapi utamanya adalah tugas orang tua sebagai tempat pertama seoarang anak mendapatkan pendidikan yang akan mempengaruhi pendidikan maupun karakter seorang anak.

Konstribusi yang ingin kupersembahakan untuk negriku adalah konsep pendidikan tentang pemerataan pendidikan bebas namun terarah. Aku ingin menyuarakan aspirasi-aspirasiku dan temanku sebagai siswa, mengenai kebebasan siswa dalam menentukan jalan hidup, bukan maksudku menyalahkan sistem yang sudah ada. 

Aku hanya menyalurkan aspirasi kami, bahwa setiap anak mempunyai minat bakat atau kecerdasaan sendiri. Anak tidak boleh didoktrin atau mengecap anak bodoh, Karna nilai matematikanya dibawah nilai rata-rata atau nilai bahasa Indonesianya tidak sampai angka 8. Doktrin atau cap itu yang mematahkan semangat anak yang berujung. keputusasaan yang berakibat anak merasa dirinya gagal.

Pendidikan karakter, adalah suatu pendidikan yang perlu diterapkan tak mengenyampingkan mengenai doktrin-doktrin yang sudah aku cantumkan, bahwa di Indonesia seringkali hanya mengedepankan nilai akademik, bahwa orang yang punya nilai matematika bagus itu penting.
Seharusnya pendidikan memberikan kebebasan anak untuk berpikir dan menentukan pilihannya. 

Selain itu aku juga ingin menyuarakan mengenai corak pendidikan kita yang masih cenderung hanya menyelenggarakan berdasarkan kebutuhan tenaga kerja, dengan alasan kita mempunyai SDM yang banyak. Tapi justru tujuan ini menjadi bom waktu karna pelajar sudah terkonstruksi hanya belajar untuk cari kerja bukan esensi dapat ilmu pengetahuan sehingga ketika diminta membuat inovasi sendiri dan membuat pembangunan sendiri tidak bisa, karna apa? Karna kita sudah sering didekte dari awal sampai akhir.

Penilaian pendidikan yang berorientasi kerja. Menjadikan kita bermental karyawan. Kenapa bisa dikatakan berorientasi kerja? Nilai yang dikembangkan semuanya harus sempurna, seakan orang yang pintar menggambar buruk dari pada orang yang pintar matematika. Kecerdasan tidak diukur dari nilai matematika bagus. 

Tapi ada nilai karakter yaitu pendidikan. Semua orang punya kecerdasan berbeda. Jangan jadi pendidikan yang memaksakan kecerdasan itu setara. Kalau kecerdasan dibuat setara, manusia seperti robot. Bagaimana kita belajar kepemimpinan?. Tidak harus memimpin suatu organisasi atau OSIS, akan tetapi belajar memimpin diri sendiri untuk menentukan kualitas hidup.

Di indonesia, seringkali kita dicekoki ilmu yang membuat mental kita lemah dan tunduk kepada kebodohan. Seharusnya, kita dibebaskan dan diberi kesemptan untuk memilih kemampuan kita apa. Dan kemudian murid-murid hanya perlu dibekali pendidikan moral agar mereka paham akan jati diri mereka. Pendidikan moral itu seperti sopan santun, mengenal budaya, berinteraksi dengan masyrakat. Pada kenyataannya setelah pendidikan kita akan kembali ke masyarakat. 

Dan pendidikan moralitas sangatlah cocok disandingankan dengan pendidikan yang sejalan dengan agama, maksudnya didalam pendidikan kita sudah membangun pondasi kuat (karakter siswa) yang mempunyai sikap moral yang tinggi sehingga mau jadi apapun siswa nantinya ia akan memegang teguh terhadap moral-moral yang ada, yang nantinya diharapkan menjadi pondasi kokoh siswa untuk tetap dalam kebaikan. 

Contohnya, banyak orang pintar didalam pemerintahan, tapi sedikit orang yang mempunyai moral, buktinya banyak orang pintar yang menjadi koruptor dan banyak kasus lainnya yang melibatkan orang pintar yang tidak bermoral. Hal ini tentunya perlu dukungan dari pendidik, dalam hal ini guru bukan hanya sekedar mengajar dikelas, dia adalah pendidik. Kalau pengajar itu hanya sebatas memberikan pengajaran di kelas, tanpa pendampingan. Kalau pendidikan selain mengajar, mendampingi, juga memberi contoh yang baik.

Pendidikan yang bebas terarah adalah pendidikan yang bebas mengkritisi  sistem pendidikan yang ada sekarang dengan mengacu pada undang-undang sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.  Yang saya simpulkan sebagai pendidikan bebas namun terarah. Bebas dalam pengertian siswa dapat menentukan jalan hidup dan menemukan jati diri, terarah dalam pengertian pengarahan atau penuntunan pendidikan dengan tujuan membimbimbing tanpa menyalahi atau membuat siswa merasa terkekang. Seperti salah satu program yang memenuhi minat bakat siswa atau sebagai wadah penyaluran bakat siswa di sekolah.

Selain itu pendididkan karakter yang bebas namun terarah ini aku juga ingin membangun rasa kepedulian seluruh lapisan masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan, mengingat fakta kita hidup di bumi yang memerlukan oksigen untuk bernapas, air sebagai sumber kehidupan dan segala aspek yang kita butuhkan untuk meneruskan hidup. Dan sebagai rasa terimakasih kita dalam menjalani hidup yang bergantung dengan alam sekitar kita sebagai warga bumi, terutama negara kita yang mempunyai SDA yang banyak tentunya kita harus menjaga, melindungi dan merawatnya, kalau bukan kita, siapa lagi?.

Salah satu prilaku yang mencerminkan rasa kepedulian terhadap lingkungan atau bisa dibilang kepekaan lingkungan ialah tidak membuang sampah sembarangan baik ke sungai, daratan maupun laut, melakukan reboisasi, menghemat air, dan masih banyak kegiatan peduli lingkungan yang dianggap remeh oleh sebagian orang namun mempunyai dampak yang besar. Misalnya jika seseorang seharinya membuang sampah sembarangan akan mengakibatkan banjir, bayangkan jika yang membuang sampah sembarang tidak hanya seorang, mungkin tidak hanya banjir, rusaknya habitat flora dan fauna, tercemarnya lingkungan ataupun matinya hewan karna menelan sampah plastik inilah yang sangat mengkhawatirkan Ditengah perubahan iklim yang sangat signifikan ini seharusnya kita sebagai warga bumi dan dengan negara kita yang dikenal sebagai "surga dunia" ini lebih menjaga lingkungan. 

Aku ingin menghilangkan predikat Indonesia sebagai pembuang sampah plastik terbesar nomor dua ke lautan, mengubah masyarakat Indonesia yang masih kurang peka dalam lingkungannya dengan contoh penebangan liar yang berdampak longsor ataupun pembukaan lahan yang berdampak kebakaran hutan. Hilangnya habitat satwa dan asap yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit. Dengan melakukan aksi yang dibarengi dengan sosialisasi, aku ingin menjadi seorang penggiat pendidikan sekaligus lingkungan yang memfokuskan dalam pendidikan bebas namun terarah juga dalam pembiasaan kepekaan lingkungan didalam pendidikan dengan adanya aksi-aksi yang terbungkus dengan kegiatan yang menarik dan bertujuan untuk meningkatkan kepekaan  seseorang dalam kepedulian lingkungannya.

Mungkin semua itu hanya harapan dari buih yang ingin menjadi ombak, namun buih ini ingin dan bertekad dalam mencapainya. Pendidikan bangsa kita tertinggal dengan konsep yang membuat seseorang kehilangan bakatnya. Terlebih di sektor lingkungan, kita masih kurang dalam pengolaan sampah, pengolahan SDA dan limbah. 

Di era moderen yang mempunyai banayk problematika bagi setiap negara tentunya mempunyai solusinya tersendiri dari berbagai sudut pandang. Menurutku untuk negriku aku ingin menjadi seorang penggerak pendidikan dan lingkungan yang sudah ku jelaskan mengenai pendidikan bebas namun terarah juga dalam pembiasaan kepekaan lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun