Mohon tunggu...
Ajat Sudrajat
Ajat Sudrajat Mohon Tunggu... -

Saya seorang anak petani

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Apa yang Bisa Dibanggakan Para Petani dan Nelayan Kita?

7 April 2014   16:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Khatulistiwa, itulah julukan negara Indonesia. Negara subur dengan iklim tropis yang mendukung untuk bercocok tanam. Sayur mayur, rempah-rempah, bahan pokok semua tumbuh subur di tanah Indonesia. Negara kepulauan dengan hamparan pesisir pantai disekelilingnya, tidak heran jika mayoritas masyarakat Indonesia banyak yang berprofesi sebagai petani dan nelayan.

Apa yang dapat dibanggakan oleh petani dan nelayan kita? Hasil laut yang melimpah kah atau hasil panen yang melimpah. Kalau masalah hasil laut dan hasil panen sudah pasti melimpah, toh kita ini kan negara subur yang tanahnya sangat cocok ditanami sayuran, dan lain sebagainya. Hasil laut juga pasti melimpah, toh negara kita kan setiap pulaunya dikelilingi hamparan pantai semua. Ia betul memang itu semua dapat tercapai (hasil tani dan menangkap ikan melimpah), kalau sarana dan prasarananya untuk mengolahnya tidak terus menerus berupa cara dan alat yang tradisional.

Coba kita belajar dari Jepang, mereka negaranya memang dikelilingi pantai, tapi tak seluas punya kita, memang memiliki daratan tapi tak seluas dan sesubur punya kita. Dan mereka bisa mencapai hasil yang lebih dari kita, itulah hebatnya mereka. Lalu di Indonesia yang salah apanya? Bisa jadi infrasturkturnya, bisa jadi juga suprastrukturnya. Jika tidak tejalin kerjasama yang baik antara keduanya, sesubur apapun tanah Indonesia, seluas apapun hamparan lautan kita, kita tidak akan pernah bangga dengan semuanya.

Toh yang terjadi akhir-akhir ini apa? Beras impor, ikan impor, bahan pangan banyak yang impor. Seolah-olah negara ini tidak mensyukuri kekayaan alam yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Jadi jangan salahkan Tuhan jika beberapa tahun terakhir ini banyak terjadi bencana alam dimana-mana, mungkin itu teguran bagi Indonesia.

Coba kalau saja para petani dan nelayan diberdayakan semaksimal mungkin, di berikan sarana dan prasarana yang memadai untuk menggarap ladangnya, untuk mengarungi lautannya. Mungkin kata “impor” tadi sudah pergi jauh dari Indonesia. Mungkin di negeri orang profesi petani dan nelayan itu bisa menjamin kehidupan sejahtera dan layak, tapi tidak negeri ini. Petani yang ada di desa-desa banyak yang hidupnya pas-pasan, bahkan tidak sedikit mereka yang berprofesi petani tapi tidak punya ladang sendiri. Begitupun dengan nelayan, dengan alat yang ala kadarnya mana mungkin bisa bersaing dengan kapal-kapal nelayan asing yang mencuri ikan di negeri kita ini.

Kembali lagi ke tadi, infrasturktur dan suprastrukturnya harus intropeksi diri masing-masing, dan juga disamping itu harus terjalin hubungan kerjasama yang baik. Karena demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini tidak cukup hanya infrasturktur saja yang banting tulang menggarap tanah subur negeri ini, butuh juga bantuan dan dukungan dari suprastrukturnya. Seandainya semua itu terlaksana dan terjalin hubungan yang baik, tidak menutup kemungkinan toh ada kebanggaan dari para petani dan nelayan kita akan hasil yang didapatkan dari bertani dan mengambil hasil laut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun