Mohon tunggu...
Ajar Alamsyah
Ajar Alamsyah Mohon Tunggu... Guru -

The little man.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Self-Destructive Habits

22 Januari 2016   11:36 Diperbarui: 25 Februari 2016   17:35 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya seorang S.Pd., Saya harus jadi Guru. Saya seorang Prof., masa Saya harus mengelola TK? Saya ini berpendidikan S-1, Saya tidak akan melamar pekerjaan yang speknya buat SMA. Definisi linear itu bisa sangat “menyesatkan”. Everybody is a genius, kata Albert Einstein, jadi jangan batasi potensi Pembaca dalam hal yang ada di atas kertas. Seorang arsitek juga dapat menjadi politisi atau pejabat yang berkinerja baik, itulah yang terjadi di Bandung dengan Ridwan Kamilnya. Mulai sekarang berubahlah, yakinkan diri Pembaca dengan, I’m possible.

5. Sudut Pandang Sempit, Competitive Myopic

Penulis akan menuliskan sebuah masalah dan seseorang yang memiliki sudut pandang sempit memberi solusi terhadap permasalahan tersebut. Masalahnya adalah jalanan di kota Jakarta yang semakin macet, dan ada seseorang sebut saja namanya Si Jenius. Si Jenius memberi solusi bahwa untuk solusi jalanan yang macet di kota Jakarta ialah dengan memperlebar jalanannya. Ya, memperlebar, dari kata dasar lebar.

6. Theoritical Impulse

Sebentar lagi, dalam waktu yang relatif dekat, warga Indonesia dapat merasakan layanan publik kereta bawah tanah dan kereta cepat. Tapi, apakah itu kabar gembira? Setengah iya, setengah laginya tidak. Bangsa Indonesia dapat merasakan naik kereta bawah tanah pada tahun di mana Singapura dan Vietnam lebih dari 20 tahun sudah merasakannya. Bukan agak telat atau pun kesiangan, kita kalah telak. Kalau di Sepak Bola kita di-bully 13-0, begitu juga kereta cepat. Mengapa mereka, bangsa-bangsa lain berada jauh di depan kita? Jawabannya sederhana, kita berbicara mengenai perubahan dan mereka melaksanakannya. Teori, teori, dan teori, kita berputar-putar di sana. Bangsa kita mungkin salah tafsir dengan quote dari Abraham Lincoln, “Jika Saya diberi waktu sebulan untuk memotong sebuah pohon, saya akan menggunakan 3 minggu lebih untuk mengasah kapak (teori), dan sisanya untuk menebang pohon tersebut (realisasi).” Alih-alih mengasah kapak, kita malah menjadi bangsa doyan menunda, karena tidak ada yang lebih mudah dari pada menunda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun