Hidup Bahagia. Siapa sih yang tidak mau Bahagia dalam hidupnya, tentunya semua orang pasti menginginkan kebahagiaan. Namun terlebih dahulu ketika ingin mendapatkan kebahagiaan kita perlu melihat kondisi pada saat ini, dimana perkembangan zaman sudah semakin pesat dan teknologi semakin canggih sehingga memudahkan kita untuk beraktivitas. Misalnya ketika kamu ingin memesan makanan, sekarang kamu tinggal buka aplikasi kemudian klik di aplikasi tersebut, setelah itu kamu hanya menunggu beberapa menit saja, tidak lama kemudian datanglah makanan yang sudah kamu pesan tadi. Atau ketika kamu ingin mengobrol sama pacar kamu karena sudah lama tidak bertemu, tapi sayangnya pacar kamu sedang berada diluar kota sementara kamu sedang berada di rumah. Sekarang kamu gak perlu pusing lagi, cukup buka WhatsApp cari kontaknya terus klik panggil, kamu sudah bisa terhubung dengan pacar kamu dan bisa langsung menikmati obrolannya. Kehidupan saat ini memang sangat mudah sekali, ketika kita ingin ini, ingin itu kita tinggal searching saja. Nah dengan teknologi yang sangat canggih ini dapat memudahkan kita dalam berbagai aktivitas, tapi disamping itu dengan canggihnya teknologi dapat berdampak pada kehidupan kita contohnya menjadi mager alias males gerak, pengennya berada dikasur sambil tiduran terus scroll-scroll tik-tok. Selain mager dampak lainnya juga kita akan mendapatkan informasi yang terlalu banyak seperti iklan cara peninggi badan, obat penurun berat badan, kasus KDRT dan masih banyak lagi. Akibatnya dengan informasi yang masuk kedalam pikiran kita terlalu banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan maka dapat menyebabkan setres, depresi, cemas dan khawatir. Contohnya ketika membuka Instagram kita melihat teman kita yang sudah sukses dalam bisnsinya atau anak muda yang berusia 20 tahun sudah bisa menghasilkan omsetnya 50 juta dalam satu bulan sementara kita masih kaya gini aja, maka kita akan berpikir selama 20 tahun saya sudah ngapain saja. Ketika pikiran negative tersebut larut dalam pikiran kita maka akan menyebabkan setres. Nah supaya kita tidak berpirkan negative dan hidup kita bahagia, penulis mempunyai salah satu tips dan trik yaitu dengan mengamalkan ajaran filsafat stoikisme atau filosofi teras.
Nah sebelum membahas cara hidup Bahagia ala stoa atau filosofi teras alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa aitu filosofi teras. Stoikisme merupakan sebuah ajaran filsafat yang mengajarkan kepada kita untuk hidup sederhana dan menerima nasib denga apa adanya. Ketika kita membicarakan filsafat maka dalam pikiran kita pasti akan mengatakan mumet. Filsafat stoikisme ini lahir dari seorang pedagang kaya bernama Zeno dari Citium sekitar tahun 311 SM. Latar belakang pemilihan judul Filosofi Teras sendiri tak lepas dari sejarah Stoa yang berarti teras. Konon dulu Zeno memberikan ceramah kapada orang-orang Yunani kuno tentang stoa di teras rumah. Oleh sebab itu, judul buku dalam bahasa Indonesianya yaitu Filosofi Teras.
Nah setelah kita tahu tentang filosofi teras, sekarang kita akan membahas cara hidup Bahagia ala filosofi teras. Dalam buku filosofi teras dijelaskan bahwa ada dua prinsip yang harus kita ingat yaitu hal-hal yang berada di bawah kendali kita dan hal-hal yang berada di luar kendali kita dalam Bahasa filosofi terasnya disebut dikotomi kendali. Seperti apa yang dikatakan oleh Epictetus “ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita dan ada hal-hal yang tidak berada di bawah kendali (tidak tergantung) kita”. Nah sekarang apa sih yang termasuk hal-hal di bawah kendali kita? yaitu, persepsi, prinsip hidup, tujuan hidup, keinginan dan segala sesuatu yang merupakan pikiran, dan tindakan diri sendiri. Kemudian hal-hal yang berada diluar kendali kita yaitu opini orang lain, reputasi, kesehatan, kekayaan, dan sebagainya. Nah apabila kita terobsesi dengan segala apa yang ada diluar kendali kita seperti opini orang lain, kekayaan, bahkan sampai kesehatan, maka siap-siap aja kamu akan kecewa. Misalnya menyesali hasil ujian. Ketika kita sudah berusaha menghafalkan semua materi kemudian kita melaksanakan ujian dan kita merasa sudah maksimal dalam menjawab soal tersebut akan tetapi hasilnya diluar ekspetasi maka kita akan kecewa. Bahkan kita akan banyak berkomentar “mengapa sih padahal saya udah maksimal mengerjakan soal tapi kok hasilnya jelek?”; ”mengapa sih nilai saya jelek padahal udah ngapalin materi sungguh-sungguh?”; dan tanggapan lain-lain.
Nah disini stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan itu datangnya dari diri sendiri (internal) bukan berada di luar diri kita. Dengan kata lain kebahagiaan itu didapatkan dari dalam bukan dari luar. Sebaliknya kebahagiaan tidak akan pernah tercapai ketika menggantukan kepada hal-hal yang berada diluar kendali kita. Ketika kita menggantungan kebahagiaan kepada hal-hal di luar kendali kita maka seperti budak yang dikendalikan oleh rajanya, ia akan terus manut kepada perintah rajanya tanpa pernah menolak. Menggantungkan kebahagiaan kepada hal-hal yang berada diluar kendali kita itu tidak rasional, karena bagaimana mungkin kita akan merasa bahagia jika pencapaian tersebut tidak sepenuhnya berada di tangan kita. sampai disini, mungkin dari dari teman-teman ada yang berpikir, bukankah reputasi dapat dibangun oleh diri kita, seperti menginformasikan segala hal-hal positif kepada orang lain, mengaploud hasil prestasi di media sosial?
Kemudian teman-teman juga akan bertanya mengapa kesehatan termasuk diluar kendali kita padahal sejak kecil kita sering diajarkan oleh orang tua kita untuk selalu menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga. Nah disnilah kita harus memahami bahwa “kendali” bukan hanya soal kemampuan kita “memperoleh” akan tetapi harus “mempertahankan”. Kenyataanya kekayaan, reputasi, dan kesehatan memang itu bisa diusahakan atau dimiliki oleh kita akan tetapi apakah kita yakin bisa mempertahankan sepenuhnya. Kenyataanya semua hal tersebut adalah rapuh. Mungkinkah kita akan bergantung kepada hal-hal yang rapuh? Jawaban teman-teman pasti tidak mungkin, karena ketika kita bergantung kepada hal-hal yang rapuh maka kita akan terjatuh laksana ketika kita berpegang kepada rumput disaat kita terbawa arus di sungai. Nah dari sekian banyak pembahasan pada intinya jika kita ingin bahagia maka harus bisa memisahkan mana yang termasuk dibawah kendali kita dan mana yang berada diluar kendali kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H